POPULER

Semangat Persatuan di tengah Kebhinekaan dalam Acara Kulanuwun Solo

Semangat Persatuan di tengah Kebhinekaan dalam Acara Kulanuwun Solo



Menjaga etika menjadi point penting yang selalu ditekankan, kepada para para pendatang baru. Agar tidak memicu gesekan dengan tuan rumah


WARTAJOGLO - Peristiwa gesekan antara mahasiswa asal Papua dengan sekelompok masyarakat di Kota Surabaya beberapa waktu lalu, seolah menegaskan bahwa bangsa kita masih bisa dengan mudah diprovokasi dengan latar belakang SARA. Sehingga akibat peristiwa itu, akhirnya memicu gejolak yang lebih besar. Karena banyak pihak yang ikut bermain demi kepentingan tertentu.

Namun terlepas dari penyebab konflik tersebut, setidaknya ada hal yang cukup membuat siapapun mengelus dada. Di mana yang terlibat dalam konflik ini adalah kalangan mahasiswa, yang selama ini dipandang sebagai kaum terpelajar dan menjadi panutan banyak pihak.

Berangkat dari peristiwa itulah, akhirnya sekelompok masyarakat penggiat budaya yang menamakan dirinya Putra Ibu Pertiwi (PIP) menggagas sebuah acara bertajuk 'Kulanuwun Solo'. Acara yang dilandaskan pada filosofi 'di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung' ini, menjadi ajang para mahasiswa baru, untuk meminta doa restu kepada warga Solo selaku tuan rumah, di mana mereka menuntut ilmu. Sehingga ke depannya bisa terjadi pembauran dengan baik bersama seluruh warga.

Para peserta Kulanuwun Solo memasuki Pendhapi Gede

Diikuti oleh sekitar 500 mahasiswa yang berasal dari 29 kampus dan 1 SMK. Acara ini menjadi sangat penting karena para penyelenggara berharap agar para mahasiswa pendatang bisa senantiasa mawas diri dengan menjaga sikap dan perilaku. Sebab biar bagaimanapun mereka adalah pendatang yang harus selalu mematuhi segala peraturan dan etika yang berlaku.

"Kejadian di Surabaya, tergerak lagi untuk tampilkan wajah mahasiswa yang punya etika sosial dalam acara Kulanuwun Solo," ungkap Gress Raja, Ketua PIP dalam acara jumpa pers sebelum pelaksanaan kegiatan 'Kulanuwun Solo'.

Acara Kulanuwun Solo sendiri digelar pada Kamis (24/10) malam. Di mana dari pengamatan Wartajoglo.com, para peserta yang hampir semuanya mahasiswa sudah mulai berdatangan ke Balai Kota Surakarta sejak jelang maghrib. Mereka lantas berkumpul di halaman depan Pendhapi Gede, sambil mengenakan pakaian adat masing-masing.

Beberapa saat kemudian, bersamaan dengan datangnya wakil walikota Surakarta, Achmad Purnomo, para mahasiswa inipun segera berbaris rapi. Dipandu empat orang yang berdandan ala empat punakawan, mereka lantas bergerak memasuki Pendhapi Gede sambil menyanyikan lagu 'Kulanuwun Solo'. Lagu ini pun disambut oleh Achmad Purnomo dengan kalimat, "Monggo Pinarak!"

Kalimat ini menjadi simbol bahwa masyarakat Solo bersedia dengan lapang dada menerima kehadiran para pendatang. Dan mereka akan diperlakukan dengan baik, tanpa dibeda-bedakan.

Usai seremoni singkat itu, para peserta segera masuk ke dalam Pendhapi Gede, guna mengikuti rangkaian prosesi adat yang lain. Dibuka dengan pagelaran tari Gambyong dan nyanyian lagu Indonesia Raya, acara dilanjut dengan pengucapan pesan orang tua dari beberapa perwakilan mahasiswa, dalam bahasa daerah mereka. Lalu ada pemakaian baju lurik oleh para pejabat kepada perwakilan peserta, yang menyimbolkan bahwa mereka saat ini telah diterima sebagai bagian dari masyarakat Solo.

Wakil walikota Surakarta memakaikan baju lurik kepada perwakilan peserta Kulanuwun Solo 

Prosesi inti berikutnya adalah penyerahan ujung bendera merah putih sepanjang 1000 meter kepada perwakilan peserta, oleh wakil walikota. Bendera ini lantas diarak bersama-sama menuju Keraton Surakarta Hadiningrat, yang merupakan simbol dari pusat kebudayaan Jawa. Bersamaan dengan itu pula, para peserta juga memekikkan bait-bait sumpah pemuda. Yang tujuannya untuk menanamkan kembali rasa persatuan dan cinta tanah air.

"Bulan Oktober ini kan bulan sumpah pemuda. Karena itulah dalam acara ini kita juga berusaha mengingatkan kembali semangat sumpah pemuda itu pada diri semua peserta, dan tentunya seluruh masyarakat Indonesia," terang Bambang Sudarsono, ketua panitia Kulanuwun Solo 2019.

Sementara wakil walikota Surakarta dalam sambutannya mengatakan bahwa Solo adalah miniatur nusantara. Di mana terdapat beragam suku bangsa yang berbaur menjadi satu tanpa harus bergesekan. Karena itulah sudah dua tahun ini, Solo menempati posisi pertama sebagai kota ternyaman di Indonesia.

"Solo ini memiliki kebhinekaan yang luar biasa. Dan semua bisa saling menjaga toleransi. Sehingga bisa hidup berdampingan dengan baik. Karena itu, mari kita jaga kondisi ini. Jangan sampai peristiwa-peristiwa di luar sana, terjadi di sini," ungkap wakil walikota. //sik

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close