Warna bulu pada ayam aduan diyakini bisa membawa keberuntungan dan kesialan pada pemiliknya, terutama saat ayam tersebut diadu dalam arena laga |
WARTAJOGLO, Solo - Munculnya tren kontes sabung ayam, tak dapat dipungkiri berdampak positif pada perkembangan hobby ayam aduan di masyarakat. Yang mana jumlah penghobby ayam aduan ditengarai semakin meningkat. Ini tentu tak lepas dari system yang diberlakukan dalam kontes, yang benar-benar mengharamkan perjudian. Sehingga para penghobby tidak lagi merasa khawatir kalau mereka akan digerebek petugas keamanan.
Dengan system yang diterapkan, pemenang kontes akan ditentukan dari penilaian dewan juri. Jadi bukan lagi memosisikan ayam bertarung sampai mati. Sebab dengan pembatasan hanya sampai tiga ronde, maka secara fisik ayam tidak akan sampai benar-benar drop. Apalagi dalam pertarungan itu taji dan kadang paruh ayam juga ditutup dnegan alat khusus. Yang tidak memungkinkan untuk menimbulkan luka parah pada ayam yang berlaga.
Persiapan yang matang baik secara teknik maupun fisik menjadi kunci utama bagi ayam-ayam yang akan diikutkan dalam kontes. Sebab berbeda dengan di pertandingan pro yang memungkinkan pemilik bisa memilih lawan, dalam kontes para pemilik tidak memiliki wewenang apapun. Dia harus rela menerima lawan tanding yang ditentukan panitia, selama memiliki berat tubuh yang seimbang. Sebab pengklasifikasian kelas dalam kontes hanya didasarkan pada berat badan ayam.
Karena itulah, pertandingan kontes kerap disebut lebih menantang dibandingkan dengan kelas pro atau pertandingan yang diikuti perjudian. Sebab bukan tidak mungkin ayam-ayam muda, bisa bertemu langsung dnegan ayam yang tua dan memiliki banyak pengalaman, karena kebetulan berat badannya sama. Namun bukan tidak mungkin pula dari pertemuan-pertemuan ini, kerap terkjadi hal-hal yang tidak terduga, di mana ayam yang kurang pengalaman justru mengalahkan ayam yang sudah tua.
Hal seperti ini bukan hal yang aneh. Sebab dengan pertarungan tanpa taji, tentu seekor ayam memiliki peluang yang sama untuk mengalahkan lawannya. Apalagi bila dia memiliki teknik bertarung yang bagus, yang memungkinkannya bisa mendapatkan lebih banyak point dari juri. Sehingga akhirnya memenangkan kontes.
Namun di balik itu ada juga di kalangan para penghobi yang juga masih memegang mitos-mitos tertentu, terutama terkait dnegan warna bulu ayam yang akan diadu. Yang mana mereka yakin bahwa untuk bulu-bulu tertentu, dipandang memiliki kelebihan secara spiritual yang memungkinkannya bisa mengalahkan lawan-lawannya dnegan mudah.
“Keyakinan terhadap warna bulu memang tetap dipegang sebagian penghobi ayam. Karenanya ada penghobi yang fanatic cuma memelihara ayam dnegan warna bulu tertentu. Bahkan tak hanya warnanya, ada pula yang percaya bahwa waktu maupun tempat mengadu ayam juga berpengaruh pada kemenangannya,” jelas Rudianto Ketua Papaji Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Menurut Rudiyanto, ayam dengan warna bulu tertentu memang diyakini memiliki kekuatan lebih dibanding ayam warna lain. dan hal itu konon juga berpengaruh pada sang pemilik. Di mana sang pemilik akan senantiasa mendapatkan keberuntungan dari ayam tersebut. Dalam hal ini tentu konteksnya adalah kemenangan dalam setiap pertarungan.
Ayam dengan warna bulu kekuningan atau wiring kuning adalah jenis ayam yang paling banyak disukai oleh para penghobi. Sebab ayam wiring kuning terutama yang memiliki cirri-ciri fisik tertentu seperti jengger telon atau belah tiga, lalu bola mata kuning bersinar, dan taji berwarna hitam diyakini mudah mengalahkan lawan-lawannya.
Lalu ada pula ayam dengan warna wiring galih yang juga diyakini memiliki keistimewaan tersendiri. Hal ini terutama pada ayam yang emmiliki jengger telon, bola mata kuning bersinar serta kaki berwarna hitam. Dan keistimewaan itu akan semakin sempurna bila di kakinya terdapat sisik melik. Yang konon meningkatkan kemampuannya dalam bertarung, sehingga dengan mudah mengalahkan lawan-lawannya.
“Ada yang percaya bahwa dengan membawa ayam warna tertentu, bisa meningkatkan kepercayaan diri pemiliknya. Dan hal ini biasanya memang lebih banyak berlaku pada pertarungan pro. Tapi bukan berarti di arena kontes hal ini tidak ada. Karena sebagai orang Jawa, masih banyak orang yang percaya dengan mitos-mitos warisan leluhur, salah satunya terkait warna bulu ayam,” sambung Rudiyanto.
Tak hanya wiring kuning dan wiring galih, warna wido cempaka dengan jengger telon serta kaki dan taji berwarna kuning bersih. Kemudian warna blorok, dengan kaki kuning dan taji hitam juga diyakini memiliki keistimewaan. Apalagi bila itu blorok madu yang memiliki taji cantel. Ayam jenis ini akan susah dikalahkan dalam setiap laga.
Namun demikian warna bulu ayam tidak sepenuhnya berpengaruh pada keberuntungan seekor ayam dan pemiliknya. Sebab ada hal lain yang menyangkut katuranggannya. Sehingga meski seekor ayam memiliki warna bulu wiring kuning, tapi bila dia tidak memiliki ciri tertentu yang mengikuti, maka ayam itu tidak akan memiliki keistimewaan. Contohnya adalah ayam wiring kuning yang matanya berwarna merah dan kakinya kuning bersih. Ayam yang satu ini justru diyakini memiliki banyak kelemahan, sehingga gampang kalah di arena laga.
Pun demikian dengan ayam blorok yang memiliki warna mata kemerahan, serta jengger lombok (kecil memanjang). Ayam dengan cirri seperti ini, sebagus apapun bentuk fisik dan teknik bertarungnya, diyakini mudah sekali dikalahkan oleh lawan-lawannya. Bahkan tak hanya susah untuk menang, ayam yang satu ini juga diyakini bisa membawa kesialan pada pemiliknya.
“Meski percaya dengan mitos-mitos seperti itu, tapi selama ini saya lebih focus pada materi dari ayam itu. apalagi dalam arena kontes tidak ada pertarungan sampai kalah. Penilaian berdasarkan point pukulan. Sehingga tentunya ayam yang memiliki teknik bertarung bagus, akan berpeluang untuk memenangkan kontes,” pungkas Rudiyanto. //bang