Meski dipastikan meninggal karena kecelakaan. Namun ada pandangan yang menyebut, bahwa Nike Ardilla sengaja dibunuh melalui sebuah konspirasi
WARTAJOGLO - Sebuah poster berukuran besar memampang wajah cantik Nike Ardila dengan gaya rambut khasnya, di salah satu sudut Rumah Kenangan Nike Ardila, yang dijadikan semacam museum di Bandung. Tatapan matanya yang tajam seolah menyambut siapapun yang datang ke tempat ini, agar tak segera lupa akan sosoknya.
Terlebih alunan lagu-lagu hits yang pernah dinyanyikan almarhumah Nike Ardila selalu berkumandang, untuk membawa angan dari para pengunjung museum, ke masa di mana Nike Ardilla sedang berada di puncak karirnyya.
Bagi para penggemar Nike Ardila yang tergabung dalam Nike Ardila Fans Club, bulan Maret adalah salah satu bulan penting yang tidak bisa dilupakan begitu saja. Sebab di bulan inilah, tepatnya tanggal 19 seperempat abad yang lalu, sang idola menghembuskan nafas terakhir secara tragis, karena kecelakaan.
Nike Ardilla meninggal di tengah puncak ketenarannya. Yang mana saat itu baru berusia 19 tahun. Hal ini tentu saja mengejutkan para penggemar setianya, yang kebanyakan masih tak percaya kalau sang idola akan pergi dengan cara seperti itu. Terlebih ada kesan misterius di balik peristiwa yang merenggut jiwa sang idola.
Ya. Hari itu, tanggal 18 Maret 1995 sepertinya menjadi hari yang sangat melelahkan bagi Nike Ardilla. Bagaimana tidak, sedari pagi dia sudah harus datang ke lokasi syuting sebuah sinetron di kawasan Jalan Atletik Bogor, yang berjalan hingga malam.
Usai syuting, ditemani Sofiatun sang manajer, Nike sempat pulang sebentar ke rumahnya di Bandung, sebelum akhirnya beranjak ke Hotel Jayakarta untuk menemui beberapa orang temannya.
Tak berhenti sampai di situ, beberapa waktu kemudian saat malam sudah beranjak dini hari, Nike berpindah ke Diskotik Pollo di kawasan jalan Asia Afrika Bandung.
Entah apa yang dilakukan perempuan bernama lengkap Raden Rara Nike Ratnadilla ini di diskotek tersebut. Yang pasti jelang pagi dia memutuskan untuk pulang. Dan dari sinilah malapetaka itu akhirnya terjadi.
Di tengah rasa kantuk dan lelah, Nike yang menyetir mobil Honda Civic Genio miliknya berusaha mendahului sebuah mobil berwarna merah yang berjalan pelan di depannya. Namun naas. Saat baru saja mendahului, tiba-tiba dari arah depan meluncur sebuah mobil Taft yang melaju dengan kecepatan tinggi. Nike berusaha menghindari mobil itu dengan membanting setir ke kiri.
Sayangnya karena terkejut, hal itu membuat Nike membanting setir terlalu ke kiri hingga mobilnya langsung menabrak pohon. Tak berhenti sampai di situ, usai menabrak pohon mobil itu langsung menghajar sebuah pagar beton tempat sampah yang berada di tepi jalan Riau (sekarang jalan RE Martadinata).
Tabrakan yang begitu keras membuat mobilnya ringsek serta menyebabkan Nike mengalami luka parah di bagian kepala dan dada. Pertolongan yang diberikan dengan membawa Nike ke rumah sakitpun tak mampu membantu menyelamatkan jiwanya. Nike pun akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 19 Maret 1995 di usia 19 tahun, di mana karirnya sebagai seorang artis sedang berada di puncak.
Teka Teki
Kepergian Nike Ardilla karena kecelakaan tragis tak ayal langsung menghebohkan publik. Banyak orang yang masih tak percaya kalau hal ini bisa terjadi. Berbagai spekulasi pun sempat berkembang di seputar kematian Nike. Mulai dari pengaruh narkoba, alkohol sampai adanya teori konspirasi karena rumor hubungan pelantun tembang 'Bintang Kehidupan' ini dengan anggota keluarga Cendana.
Keterkaitan dengan narkoba maupun alkohol akhirnya terbantahkan dengan keterangan dari saksi kunci kejadian itu, Sofiatun. Yang menyebut bahwa Nike hanya minum jus jeruk di diskotik. Dan hal ini juga diperkuat dengan keterangan pihak kepolisian, yang menyatakan bahwa tidak ada kandungan alkohol maupun narkoba dalam darah pengagum aktris Marlyn Monroe itu.
Sedangkan terkait rumor adanya konspirasi di balik tewasnya Nike, hal itu sampai sekarang belum bisa dipastikan kebenarannya. Meski di masa itu sudah bukan hal yang aneh, bila angggota keluarga Cendana kerap dekat dengan seorang artis terkenal. Sebab dengan kekuasaan dan kekayaan yang mereka miliki, segala sesuatu bisa dengan mudah diwujudkan.
Namun tentunya hal ini tidak mudah dibuktikan. Terlebih dugaan itu hanya muncul karena tiba-tiba ban mobil Nike bocor sebelum meninggalkan Diskotik Pollo. Dengan ukuran ban pengganti yang lebih kecil, kuat dugaan bahwa laju mobil Nike susah dikendalikan, apalagi dalam kecepatan tinggi. Dan hal inilah yang diduga menjadi salah satu penyebab kecelakaan, selain kelelahan dan mengantuk.
Tetap Dipuja
Lepas dari berbagai praduga di balik kematiannya, yang pasti sang idola banyak orang itu telah tiada. Ribuan orangpun ikut hadir dalam prosesi pemakamannya di TPU Cidudu, Dusun Lebak Lipung, Desa Imbanagara, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Tak hanya para fans, banyak artis dan para tokoh yang hadir dalam pemakaman penyanyi sekaligus pemain film itu.
Bahkan bak seorang tokoh besar, hingga kini makamnya tidak pernah sepi dari para peziarah. Sampai-sampai George Quinn, dosen Australian National University, menyejajarkan Nike Ardila dengan Wali Songo dalam artikel berjudul "Nike Ardilla: Instant Pop Saint,". Kebetulan George Saint pernah melakukan penelitian tentang perilaku masyarakat Jawa yang suka berziarah ke makam para wali. Sehingga kemudian dia menangkap ada kesamaan fenomena para penggemar Nike Ardilla dengan para peziarah di makam wali.
Tentu saja apa yang disampaikan George Quinn tidak ada salahnya. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa 'pemujaan' terhadap sosok Nike Ardilla terus berlangsung hingga kini. Di tiap peringatan hari kelahiran pada 27 Desember dan kematian 19 Maret, komplek makamnya akan selalu dipadati ribuan peziarah yang berasal dari para penggemarnya.
Yang menarik para penggemarnya yang tergabung dalam Nike Ardilla Fans Club ini beranggotakan para penggemar yang berasal dari beragam golongan dan usia. Bahkan banyak juga fans yang justru lahir jauh setelah sang tokoh meninggal. Itu artinya bahwa mereka tak perlu harus melihat secara langsung sosok Nike Ardilla untuk bisa mengaguminya. Bagi mereka karya-karya emas yang sudah ditorehkan jauh lebih penting untuk menilai apaah seorang artis pantas dikagumi atau tidak.//rad