Didesain dengan nuansa Bali, rumah makan Omahe Whawin menyajikan sensasi yang berbeda bagi mereka yang berkunjung ke sana
WARTAJOGLO, Solo - Alunan suara rindik (alat musik bambu khas Bali) sayup-sayup terdengar, saat memasuki gerbang pintu masuk rumah makan Omahe Whawin, di Jl. Kelud, Kota Solo. Berpadu dengan aroma bunga kamboja yang khas, suara itu seolah menguatkan nuansa Bali yang sengaja diciptakan di rumah makan ini.
Dibuat dengan konsep outdoor. Yang memadukan taman air dengan bangunan-bangunan bernuansa Hindu, serta berbagai benda antik. Membuat rumah makan milik artis serba bisa ini benar-benar menyajikan sensasi tersendiri bagi yang mengunjunginya.
Karenanya tak heran kalau siapapun akan betah berlama-lama di tempat ini. Terutama mereka yang sangat suka dengan suasana di Pulau Dewata.
Whawin Lawra |
Djoko Suprihanto atau yang lebih dikenal dengan sebutan Whawin Lawra memang menjadi aktor utama di balik terciptanya tempat ini. Pengalaman tinggal selama beberapa bulan di Bali, membuatnya tidak bisa dengan mudah melupakan suasana di sana. Sehingga kemudian tercetuslah ide untuk mengusung suasana itu ke rumahnya di Kota Solo. Dan jadilah rumah makan yang diberi nama Omahe Whawin.
"Saya memang sempat beberapa bulan tinggal di Ubud Bali. Dan suasana di sana benar-benar bikin saya terpesona. Baik alamnya maupun budayanya. Pokoknya rasanya damai. Makanya saat kembali ke Solo, dan kangen dengan suasana itu, saya langsung terpikir untuk membuatnya di rumah," kenang Whawin saat ditemui Wartajoglo.com pada Selasa (3/3) siang.
Halaman rumah yang kebetulan sudah berhias beberapa ornamen barang antikpun, dengan cepat disulap menjadi taman khas Bali. Tambahan beberapa bangunan seperti bale bengong, gapura macan angop, serta tempat pemujaan berbalut kain motif kotak hitam putih menambah kuat nuansa Bali di tempat itu.
Nuansa Bali di Omahe Whawin |
"Awalnya di sini dulu kerap dipakai teman-teman untuk nongkrong ataupun kumpul-kumpul membahas macam-macam. Di saat kumpul itulah terkadang kita kesulitan nyari makanan. Makanya kemudian saya langsung berpikir untuk memanfaatkan situasi itu dengan membuka semacam warung wedangan, hingga terus berkembang sampai saat ini," jelas Whawin.
Menekuni bisnis kuliner sebenarnya bukan hal baru bagi Whawin. Sebab menurutnya sang ibu juga memiliki restoran di Semarang. Selain itu menurutnya dunia kuliner adalah dunia yang tidak ada matinya. Apalagi di kota Solo ini hampir tiap saat berdiri tempat-tempat wedangan baru, dan selalu dipadati pengunjung.
Karena itulah kemudian Whawin terpikir untuk mengembangkan sebuah bisnis kuliner, tapi dengan kemasan yang berbeda. Yang tentunya agar para pengunjung yang datang bisa senantiasa memiliki kenangan tersendiri. Sehingga kemudian mau datang lagi. Dan konsep nuansa Bali kemudian dipilih.
Meski mengusung suasana Bali, Whawin justru tidak menyajikan menu-menu khas Bali. Sebab saat pertama kali buka dan dia menyajikan menu itu, ternyata peminatnya kurang. Akhirnya diputuskan untuk tetap menyajikan menu masakan Jawa.
"Bagaimanapun tempat ini ada di Solo. Jadi otomatis pengunjungnya juga orang-orang Solo. Makanya yang saya sajikan tetap menu-menu yang umum (di Solo). Serta beberapa tambahan menu khas Semarangan seperti mangut ikan manyung dan yang lainnya," sambung artis yang sudah menelurkan beberapa single itu.
Kini setelah lebih dari 5 tahun berdiri, rumah makan miliknya semakin banyak dikenal. Tiap hari terutama pada akhir pekan selalu ramai didatangi pengunjung. Yang umumnya memang ingin merasakan eksotika Pulau Dewata dari tempat ini.//bang