WARTAJOGLO, Solo - Usai dilantik sebagai walikota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka langsung mencanangkan delapan program kerja untuk membangun Kota Surakarta. Delapan program ini terbilang menjadi program prioritas, mengingat banyak sektor yang terpuruk akibat pandemi.
Program-program itu di antaranya adalah pemulihan ekonomi, menjaga daya beli masyarakat dan kesehatan. Lalu program Penggalian Sumber Pendapatan, Pendapatan Daerah dan Pembiayaan Pembangunan. Kemudian program di bidang Pendidikan dan Kesehatan dengan penyelenggaraan wajib belajar 12 tahun, melalui jalur pendidikan formal, non formal dan informal.
Gapura Taman Sriwedari Solo |
Di bidang Pariwisata dan Industri Kreatif juga tak lepas dari perhatian putra sulung Presiden RI Joko Widodo ini. Sebab sektor ini terbilang sangat terdampak akibat adanya pandemi corona.
Untuk itu inovasi dan promosi pariwisata secara daring juga perlu ditingkatkan. Hal tersebut menyesuaikan tren pariwisata di era new normal. Selanjutnya perlu juga diperhatikan terkait perbaikan manajemen kegiatan seni budaya dan industri kreatif.
Implementasi dari serangkaian program itu salah satunya adalah upaya untuk merevitalisasi Taman Balekambang dan menjadikannya sebagai pusat kegiatan budaya di Kota Solo. Yang tentu saja langsung mendapat respon positif dari masyarakat.
Namun di Kota Solo bukan hanya Taman Balekambang saja yang menjadi ikon kota dan perlu mendapat sentuhan. Ada Taman Sriwedari yang saat ini kondisinya memprihatinkan karena tak terurus. Padahal tempat ini pernah berjaya sebagai pusat hiburan bagi warga Kota Solo dan sekitarnya.
Tak Tersentuh, FOKSRI Desak Walikota Gibran Segera Revitalisasi Taman Sriwedari https://t.co/91zdbzM23i
— WARTAJOGLO (@wartajoglo) April 6, 2021
Rencana revitalisasi sebenarnya sudah pernah dilontarkan oleh Presiden Joko Widodo saat masih menjabat sebagai walikota Surakarta. Saat itu Jokowi memimpikan kalau kawasan Taman Sriwedari bisa dikembalikan sebagaimana awal mula dibangun, yakni menjadi taman kota dan konservasi alam.
Ya, Taman Sriwedari memang sengaja dibangun oleh mendiang Sinuhun Pakubuwono X pada tahun 1901, karena terinspirasi Kebun Raya Bogor. Karena itulah PB X lantas membuat sebuah taman di atas lahan seluas lebih dari 10 hektare lengkap dengan kebun binatang serta telaga buatan.
Namun sayangnya hingga Jokowi menjadi presiden, rencana itu belum terealisasi. Sehingga kondisi kawasan Taman Sriwedari makin memprihatinkan. Kawasan yang dulu begitu rapi dan asri, kini tampak kumuh karena tak terurus.
Para anggota FOKSRI mendesak Walikota Surakarta untuk segera merevitalisasi Taman Sriwedari |
"Di Taman Sriwedari itu ada banyak paguyuban, yang telah berpuluh-puluh tahun menggantungkan hidup di sana. Ada paguyuban pemain wayang orang, penjual buku bekas, pengrajin pigura, pengetikan komputer, lalu pedagang kaki lima dan yang lainnya. Dan yang menarik, keberadaan mereka sudah jadi semacam ikon tersendiri bagi Kota Solo. Karena itu saya rasa hal ini tidak boleh diabaikan. Sebab telah menjadi bagian dari perjalanan sejarah Kota Solo," ungkap pemerhati sosial budaya asal Kota Solo, BRM. Kusumo Putro, SH, MH, saat ditemui Senin (5/4) sore, di kawasan Taman Sriwedari.
Kusumo yang juga pembina dan penasihat Forum Komunitas Sriwedari (FOKSRI) ini melihat bahwa keberadaan Taman Sriwedari yang terletak di jantung Kota Solo tidak bisa diabaikan. Karena hal itu tentu akan mempengaruhi pandangan masyarakat, terutama yang dari luar kota, saat berkunjung ke Kota Solo.
BRM. Kusumo Putro, SH, MH, Pembina dan Penasihat FOKSRI |
Karena itulah, pihaknya mendesak agar walikota segera melakukan kunjungan ke kawasan Taman Sriwedari. Agar bisa melihat secara langsung bagaimana kondisi tempat yang pernah menjadi kebanggaan masyarakat Kota Solo itu.
"Baru saja kami menggelar pertemuan dengan para ketua paguyuban, untuk membahas nasib Taman Sriwedari ke depan. Sebab nasib mereka dan keluarganya sangat tergantung pada apa yang terjadi di Taman Sriwedari. Karena itu, kami berencana mengadakan audiensi dengan walikota. Untuk selanjutnya mendesak walikota agar berkunjung dan melihat kondisi yang ada di Taman Sriwedari," jelas Kusumo.
Kusumo dan para anggota paguyuban menyadari adanya polemik di balik situasi yang terjadi di Taman Sriwedari. Namun mereka berharap hendaknya hal itu jangan dijadikan alasan untuk membiarkan kawasan ini tak terurus. Karena penyelamatan kawasan Taman Sriwedari jauh lebih mendatangkan manfaat besar bagi Kota Solo. Baik untuk pengembangan tata wilayah kota maupun upaya membangkitkan ekonomi kerakyatan.
"Intinya kami ingin agar walikota baru, Mas Gibran segera memasukkan kawasan Taman Sriwedari dalam agenda program kerjanya. Sehingga program revitalisasi yang sudah direncanakan sejak Pak Jokowi jadi walikota, bisa segera terealisasi. Dan kami yang selama ini menggantungkan hidup di kawasan ini bisa lebih tenang," pungkas pria yang juga seorang pengacara anggota PERADI Kota Surakarta ini. //sik