WARTAJOGLO, Temanggung - Seperti biasanya, jelang perayaan hari Tri Suci Waisak, umat Buddha di Indonesia akan melakukan pengambilan air suci dari Umbul Jumprit di Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Dan pada perayaan Waisak 2566 Buddhis Era (BE) tahun ini sedikitnya 6.000 botol air berkah diambil untuk keperluan peribadatan di Candi Borobudur.
Ketua II DPD Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Jawa Tengah yang juga Koordinator Waisak 2566 BE di Candi Borobudur Tanto Soegito Harsono di Temanggung, Minggu, mengatakan air berkah Waisak tersebut hari ini dibawa ke Candi Mendut untuk disakralkan.
Pada Senin (16/5/2022) pagi air berkah Waisak baru dibawa ke Candi Borobudur bersama api dharma Waisak yang diambil dari Mrapen, Kabupaten Grobogan yang telah disemayamkan di Candi Mendut sejak Sabtu (14/5/2022) sore.
Para biksu mengambil air suci dari Umbul Jumprit |
"Nanti air berkah bisa dimanfaatkan siapa saja dalam perayaan Waisak di Borobudur," katanya.
Pada ritual pengambilan air berkah di Umbul Jumprit dilakukan oleh para biksu dari sejumlah sangha secara bergantian.
Sebelumnya mereka melakukan puja bakti bersama umat Buddha di altar Umbul Jumprit.
Bante Kamsai Sumano Mahathera mengatakan pengambilan air berkah dilakukan setiap tahun dalam rangkaian Tri Suci Waisak.
"Air itu sifatnya dingin, air itu sifatnya bersih, maka kehidupan sehari-hari menggunakan air. Tubuh banyak air sehingga bisa sehat, selamat," katanya usai melakukan ritual pengambilan air berkah di Umbul Jumprit.
Ia menyampaikan air berkah didoakan lebih dulu sehingga menjadi air bersih dalam tubuh.
"Air suci di sini juga didoakan supaya ini dukungan air bersih dalam tubuh dan juga Hari Waisak adalah hari suci. Jadi dua suci itu adalah alami dan Sang Buddha orang yang suci. Terdapat kesucian maka air dalam tubuh kita juga sehat, kalau air kebijaksanaan juga menjadi air suci," katanya.
Dalam setiap peringatan Waisak, pengambilan air selalu dilakukan di Umbul Jumprit.
Sebab sumber air yang berada di lereng Gunung Sindoro ini memang diyakini memiliki keistimewaan.
Nama Jumprit sendiri konon diambil dari nama seorang ahli nujum Majapahit yakni Ki Jumprit yang menghabiskan masa hidupnya dengan menjadi pertapa di Gunung Sindoro.
Ki Jumprit yang juga dikenal dengan sebutan Begawan Ciptaning konon memiliki pembantu yang bernama Ki Dipo. Yang mana memiliki tugas menjaga sumber mata air, yang sekarang dikenal dengan sebutan Umbul Jumprit.//Rad