POPULER

Gelar Syawalan di Solo Safari, Shinta Adithya: Apalah Artinya Kita Tanpa Sejarah

Gelar Syawalan di Solo Safari, Shinta Adithya: Apalah Artinya Kita Tanpa Sejarah

WARTAJOGLO, Solo - Syawalan menjadi salah satu momen istimewa dalam tradisi masyarakat Jawa, yang ditandai dengan saling berbagi ketuipat. 

Hal ini pula yang coba dilestarikan oleh Solo Safari dengan menggelar tradisi Syawalan yang bekerja sama dengan pihak Keraton Surakarta Hadiningrat, pada Minggu 14 April 2024. 

Tradisi ini sebenarnya merupakan tradisi tahunan, yang selalu digelar saat Solo Safari masih bernama Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ). 

Sebab acara Syawalan yang juga disebut dengan Bakda Kupatan ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi masyarakat, untuk datang berkunjung ke TSTJ saat itu. 

Wakil Wali Kota Surakarta (baju batik) menyerahkan tombak kepada tokoh Jaka Tingkir sebagai tanda dimulainya Syawalan di Solo Safari

Acara ditandai dengan kirab prajurit keraton yang mengawal dua buah gunungan berisi ribuan ketupat. 

Dalam iring-iringan juga terlihat sosok tokoh Jaka Tingkir yang menjadi tokoh sentral dalam tradisi ini.

"Jaka Tingkir menjadi simbol regenerasi dari Majapahit menuju Mataram hingga Surakarta Hadiningrat," jelas KGPH Adipati Dipokusumo, Pengageng Parentah Keraton Surakarta di sela-sela acara.

Gusti Dipo juga menjelaskan keterkaitan nilai historis yang mengikuti pemilihan Solo Safari sebagai tempat penyelenggaraan Bakda Kupatan. Yang mana menurutnya karena letaknya yang berada di tepi Sungai Bengawan Solo. 

Sungai ini sangat berkaitan erat dengan sosok Jaka Tingkir yang diceritakan pernah mengarunginya dan menghadapi buaya-buaya penunggu kawasan tersebut.

Karena itulah dalam acara itu digelar pula drama pendek terkait perjalanan Joko Tingkir dari Demak menuju Pajang. 

Yang di tengah perjalanannya sempat dicegat oleh sekawanan buaya, namun bisa ditaklukkan dan bahkan kemudian membantu mendorong perahu Jaka Tingkir hingga sampai di tempat tujuan. 

Sementara gunungan ketupat mengandung makna filosofi yang sangat dalam terkait upaya menjaga silaturahmi. 

Ketupat atau dalam bahasa Jawa disebut kupat dimaknai sebagai singkatan dari ngaku lepat atau mengakui kesalahan masing-masing untuk menciptakan hubungan yang baik lagi dengan sanak saudara ataupun teman dan kerabat. 

“Kupat itu kan sebenarnya singkatan dari ngaku lepat. Hal yang memang akan dilakukan sebagai bagian dari upaya menjalin dan mempererat silaturahmi, dengan keluarga dan orang-orang di sekitar kita. Dan itu bisa terlihat dari bentuknya yang berupa jalinan anyaman daun janur, yang dibuat saling terikat untuk saling merekatkan butiran beras yang ada di dalamnya,” lanjut Gusti Dipo, panggilan akrab Dipokusumo.

Warga berebut ketupat dalam acara Syawalan di Solo Safari

Drama perjalanan Jaka Tingkir yang menyeberangi Bengawan Solo juga ditampilkan. Di mana sosok Jaka Tingkir yang diperankan oleh KRA. Rizki Baruna Ajidiningrat terlihat mengarungi danau di tengah kawasan Solo Safari dengan menggunakan getek, menuju area panggung terbuka, tenpat digelarnya tradisi Bakda Kupatan.

Sesampainya di area panggung terbuka, Jaka Tingkir lantas mengikuti serangkaian seremoni berupa sambutan dari tokoh masyarakat, yang dalam hal ini dilakukan oleh Wakil Walikota Surakarta, Teguh Prakosa, Pengageng Parentah Keraton Surakarta, KGPH Adp Dipokusumo serta General Manager Solo Safari, Shinta Adithya.

Kepulan asap kemenyan menandai prosesi seremoni pembukaan, yang dilanjut dengan ritual doa oleh ulama keraton.

Usai ritual doa, sosok jaka Tingkir lantas menyerahkan nasi wilujengan kepada GM Solo Safari, yang dilanjut dengan pembagian ribuan ketup[at dari salah satu gunungan ke para pengunjung.

Dalam waktu singkat, ribuan ketupat itu langsung ludes diambil para pengunjung, yang meyakini bisa membawa berkah.

"Ini adalah bagian dari upaya kita melestarikan sejarah. Karena apalah artinya kita sebagai anak muda bila tidak mau mengenal sejarah. Karena itulah Taman Safari Indonesia melalui Solo Safari bekerja sama dengan Keraton Surakarta Hadiningrat menggelar acara Syawalan ini," jelas Shinta.

Usai diperebutkan pengunjung, salah satu gunungan ketupat lantas dibawa keluar area Solo Safari untuk diperebutkan oleh masyarakat umum.

"Acara ini menjadi salah satu yang disajikan Solo Safari kepada para pengunjung di tengah momen libur lebaran," pungkas Shinta. //Bang

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close