Jelang Imlek, para warga Tionghoa di Kota Solo melakukan bersih-bersih di halaman Pura Mangkunegaran |
WARTAJOGLO, Solo - Dalam rangka menyambut Tahun Baru Imlek Yi-Si Year (2576 Kongzili, Tahun 2025), Komunitas Masyarakat Tionghoa di Kota Solo menginisiasi kegiatan GUÒNIÁN QÍJIĀN DǍSǍO FÁNGZI atau bersih-bersih menyambut Imlek di area Pura Mangkunegaran, pada Minggu 26 Januari 2025.
Kegiatan ini menggambarkan sinergi antara dua budaya besar, Tionghoa dan Jawa, yang berkolaborasi untuk merayakan keberagaman dan memperkokoh kebersamaan.
Bagi masyarakat Tionghoa, tradisi membersihkan rumah menjelang Tahun Baru Imlek memiliki makna mendalam.
Pepatah dari Dinasti Song berbunyi, “Pada hari kedua puluh empat bulan kedua belas lunar, bersihkan debu dan sapu rumah,” mengisyaratkan bahwa aktivitas ini tidak sekadar membersihkan fisik rumah, tetapi juga melambangkan pembersihan diri dan melepaskan hal-hal negatif dari tahun yang telah berlalu.
Sebagai pusat budaya yang terbuka untuk semua lapisan masyarakat, Pura Mangkunegaran terus mengembangkan nilai-nilai tradisi melalui visi “Culture Future” dari K.G.P.A.A. Mangkoenagoro X.
Pendekatan revitalisasi dan pengelolaan warisan budaya ini bertujuan agar kekayaan budaya Nusantara dapat terus hidup, relevan, dan bermanfaat bagi generasi mendatang.
Momentum Imlek 2025 ini menjadi bagian dari rangkaian acara yang mengedepankan semangat multikulturalisme, bertepatan dengan peringatan Tingalan Wiyosan Jumenengan Dalem pada 7 Februari 2025 dan perayaan Cap Go Meh pada 12 Februari 2025.
Tema acara tahun ini, “Hanebu Sauyun,” terinspirasi dari wejangan Kanjeng Gusti Mangkoenagoro I: “Seperti serumpun batang tebu, jika terendam air, semuanya turut terendam tanpa ada yang dipilih.”
Filosofi ini mencerminkan semangat kesetaraan, kebersamaan, dan solidaritas, yang relevan dalam menjaga harmoni budaya di tengah keberagaman.
Pada kegiatan bersih-bersih ini, Pura Mangkunegaran bekerja sama dengan Komunitas Masyarakat Tionghoa, yang diwakili oleh tiga komunitas utama yakni Paprika (Muda Mudi Hakka), Pakin (Pemuda Khong Hu Cu) dan SYC (Solo Youth Club, muda-mudi PMS).
Kegiatan ini dibuka oleh Sumartono Hadinoto, Ketua Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS), didampingi K.P.H. Benny Irawan dan K.R.T. Supriyanto Waluyo, perwakilan dari Mangkunegaran.
Sebagai wujud harmoni budaya, acara ini juga menghadirkan kudapan khas dari tradisi Tionghoa dan Jawa, seperti Onde-onde dan kue ku sebagai simbol keberuntungan. Lalu Arem-arem yang melambangkan persatuan, serta Jeruk sebagai lambang kemakmuran.
Para peserta bersih-bersih juga disuguhi jamu asem, minuman khas Jawa khususnya yang disiapkan oleh para abdi dalem Mangkunegaran.
Kegiatan bersih-bersih ini bukan sekadar langkah simbolis, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya kolaborasi budaya dalam memperkuat persatuan bangsa.
Wujud Harmoni, Warga Tionghoa Kota Solo Bersih-bersih Pura Mangkunegaran Jelang Imlek https://t.co/PDLK79WnSe
— 🇼🇦🇷🇹🇦🇯🇴🇬🇱🇴 (@wartajoglo) January 27, 2025
Selain merayakan Imlek, acara ini membuka jalan bagi Mangkunegaran untuk terus mempromosikan keberagaman budaya Nusantara sebagai kekayaan yang patut dijaga dan dikembangkan.
Dengan tema “Hanebu Sauyun,” masyarakat Solo diajak untuk memaknai bahwa keberagaman adalah aset yang menyatukan, bukan memisahkan.
Melalui langkah kecil seperti bersih-bersih bersama, tercipta harapan untuk membangun perubahan yang lebih besar bagi masyarakat yang inklusif dan penuh harmoni. //Sik