WARTAJOGLO, Solo – Kota budaya Surakarta kembali jadi sorotan dunia dengan hadirnya dua agenda besar berskala internasional yakni Solo International Performing Arts (SIPA) 2025 dan Festival Payung Internasional (Fespin) 2025.
Dua event yang telah rutin digelar belasan tahun ini akan kembali meramaikan Solo pada awal September.
SIPA 2025 berlangsung pada 4–6 September 2025 di Pamedan Pura Mangkunegaran, sedangkan Fespin 2025 digelar pada 5–7 September 2025 di Taman Balekambang.
Dalam konferensi pers di Pendapi Gede Balai Kota Surakarta, Rabu 3 September 2025, Wali Kota Solo Respati Ardi menegaskan bahwa pemerintah kota selalu memberikan dukungan penuh bagi event-event yang terbukti konsisten dan berkontribusi bagi masyarakat.
Pernyataan ini menanggapi suara miring yang menilai pemerintah tidak adil dalam mendukung event-event tertentu.
“Untuk event yang sudah berjalan belasan tahun, tentu pihak penyelenggara sudah memiliki pertimbangan tersendiri terkait sisi positif dan negatifnya. Berbeda dengan event yang hanya digelar sekali atau dua kali lalu selesai, biasanya hanya karena kepentingan tertentu. Karenanya ke depan jangan sampai ada upaya saling menyalahkan terkait dukungan yang diberikan pemerintah,” jelas Respati.
Ia juga menekankan bahwa kondisi Solo tetap aman meski sempat terjadi aksi massa beberapa hari sebelumnya.
“Solo selalu dalam kondisi aman. Saya jamin tidak akan ada masalah dalam penyelenggaraan event-event seperti SIPA dan Fespin,” tegasnya.
Memasuki tahun ke-17, SIPA 2025 hadir dengan tema “Nifty, Artful, and Visionary”. Festival ini menghadirkan 18 kelompok seniman dari delapan negara dan sepuluh daerah di Indonesia.
Delegasi internasional yang tampil antara lain:
- Colectivo Glovo (Spanyol) dengan koreografi puitis penuh makna.
- Dongbaek Circus & POD Dance Project (Korea Selatan) dengan eksperimen musik dan eksplorasi teknis panggung.
- Khambatta Dance Company (Amerika Serikat) dengan kekuatan tari modern.
- Kolaborasi Singapura x Indonesia dengan energi lintas bangsa.
- PARRA DICE (Belanda) dengan musik eksperimental.
- Sanggar Kirana (Malaysia) dan Seoul National University (Korea Selatan) yang membawa nuansa tradisi Asia.
Dari dalam negeri, sederet seniman turut tampil, mulai dari NoizeKilla (Bali), Congwayndut (Karanganyar), Rentak Gading Ethnic Bengkulu (Bengkulu), Duo Etnicholic (Malang), Sanggar Seni Lepas (Sumbawa Barat), Darryl Simeon (Halmahera Barat), hingga SAMOHUNG (Trenggalek).
Selain itu, Patricia Arstuti ft. Ekosdance Company, Semarak Candrakirana Art Center, dan Kemantren Langenpraja Pura Mangkunegaran (Solo) tampil dalam opening performance yang penuh wibawa.
Lebih dari sekadar panggung hiburan, SIPA menjadi ruang dialog lintas generasi, mempertemukan tradisi dengan inovasi.
Dukung Penuh Gelaran SIPA 2025, Wali Kota Solo: Jangan Saling Menyalahkan Terkait Dukungan Pemerintah https://t.co/AyoAFnGVu0
— 🇼🇦🇷🇹🇦🇯🇴🇬🇱🇴 (@wartajoglo) September 7, 2025
Penonton tidak hanya disuguhi seni pertunjukan kelas dunia, tetapi juga diajak meresapi harmoni global dan potensi seni masa depan.
Event ini juga memberi dampak positif pada perekonomian lokal, terutama sektor pariwisata dan UMKM, dengan meningkatnya kunjungan wisatawan ke Kota Solo. //Bang