POPULER

Pegiat Media Myanmar, Belajar Survive dari Radio Komunitas di Indonesia

Pegiat Media Myanmar, Belajar Survive dari Radio Komunitas di Indonesia


Kemampuan bertahan para kru radio komunitas, di tengah berbagai keterbatasan. Membuat para pegiat media di Myanmar tertarik, untuk belajar menyiasati ketatnya pengawasan pemerintah di sana. 


ADA suasana yang berbeda terlihat di lantai atas komplek Pasar Klewer Solo, Jawa Tengah pada Senin, 19 Agustus 2019 siang. Karena siang itu, komplek pasar busana terbesar di Kota Solo ini kedatangan serombongan pengunjung dari luar negeri. Mengenakan kaos putih seragam, para pengunjung ini lantas berkumpul bersama di salah satu sudut pasar. Setelah sebelumnya beberapa di antara mereka tampak sibuk mengambil foto, untuk mengabadikan momen-momen menarik di sekitarnya.

Sebenarnya datangnya pengunjung manca negara bukan hal baru bagi para pedagang di Pasar Klewer. Namun kedatangan rombongan dari Myanmar ini cukup menarik perhatian mereka. Sebab selain jumlahnya cukup banyak, tujuan mereka datang ke Pasar Klewer adalah untuk melakukan studi banding. 

Ya, rombongan dari Myanmar ini adalah sekumpulan anggota komunitas penggiat media di sana. Dan ketatnya regulasi tentang penyiaran di negaranya, mendorong mereka melakukan studi banding ke Indonesia. Yang mana salah satu tempat jujugannya adalah radio komunitas Gapura Klewer, yang berada di kawasan Pasar Klewer. Jadi bukan mau studi banding untuk jualan batik.
Anggota komunitas media Myanmar mendatangi studio Radio Gapura Klewer

Radio Gapura Klewer dipandang sebagai salah satu media yang berhasil berkembang di tengah berbagai keterbatasan yang ada. Yang mana kondisi seperti itu dianggap bisa diterapkan untuk pengembangan media-media di Myanmar, di tengah ketatnya kontrol dari pemerintah. 

Bertemu langsung dengan manager dari Radio Gapura Klewer, Lusy Caritas, rombongan dari Myanmar yang menamakan diri mereka 'Community Media Myanmar' itu mendapat banyak cerita terkait perjalanan Radio Gapura Klewer. Karenanya rombongan yang dipimpin oleh Letyar ini, tampak antusias mendengar cerita dari Lusy, terkait bagaimana upaya kru menghidupkan Radio Gapura Klewer .
Lusy (kanan) sedang berbagi pengalaman dengan para pegiat media dari Myanmar

"Ketatnya pengawasan pemerintah Myanmar terhadap perkembangan media, memang membuat para pegiat media di sana kesulitan berkembang. Makanya mereka mencoba untuk studi banding ke sini. Sehingga bisa dapat masukan terkait langkah-langkah apa yang bisa dilakukan di tengah keterbatasan yang ada. Di mana selama ini mereka hanya sebatas melakukan siaran lewat media sosial. Yang tentunya akan terbatas untuk jumlah audien yang menerima informasi mereka," terang Lusy di tengah kesibukannya memandu para anggota rombongan dari Myanmar itu, menyaksikan studio Radio Gapura Klewer.

Usai mendapatkan cerita terkait perjalanan Radio Gapura Klewer, para anggota rombongan ini melakukan tinjauan ke studio Gapura Klewer. Mereka cukup dibuat kagum dengan militansi dari  kru radio ini, yang bisa terus bertahan di tengah keterbatasan yang ada. Puas menyaksikan aksi para penyiar Radio Gapura Klewer, rombongan inipun tampak asyik melihat-lihat setiap sudut Pasar Klewer yang memajang berbagai karya busana khas Kota Solo, terutama batik.
Para anggota komunitas media Myanmar' menyaksikan para kru Radio Gapura Klewer yang sedang siaran

"Mereka ini adalah rombongan dari komunitas media, yang terdiri dari enam media baik online maupun radio. Sesuai rencana mereka akan mengunjungi beberapa radio komunitas di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Salah satunya Radio Gapura Klewer yang dipandang memiliki keunikan karena menggunakan sistem line, bukan frekuensi. Lalu radio yang lain adalah Lintas Merapi di Gunung Merapi, lalu Wiladeg di Gunung Kidul dan juga Radio Pendowo  FM di Sidoarjo," pungkas Lusy. //Her


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close