Dalam Peringatan Hari Meteorologi Dunia, tertuang pesan agar masyarakat menjaga lingkungan, untuk menghindari terjadinya bencana hidrometeorologis
WARTAJOGLO, Jakarta - Di tengah situasi dunia yang sedang diguncang wabah COVID-19, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingati Hari Meteorologi Dunia (HMD) yang ke-70. Tahun ini, Peringatan Hari Meteorologi Dunia secara internasional mengangkat tema "Climate And Water".
Tidak ada perayaan khusus terkait peringatan ini. Namun momentum yang ada digunakan untuk mengingatkan seluruh masyarakat akan dampak perubahan iklim. Yang salah satunya menjadi lenyebab merebaknya wabah penyakit, termasuk Corona.
Hal ini disampaikan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati. Menurutnya saat ini mata dunia sedang tertuju pada isu Iklim dan Air. Yang mana perubahan Iklim saat ini ditandai oleh semakin meningkatnya frekwensi kejadian bencana hidrometeorologis, serta meningkatnya penyakit terkait iklim.
"Bencana Hidrometeorologis itu di antaranya kekeringan yang kita alami tahun lalu. Sehingga berdampak pada ketersediaan air bersih serta kebakaran hutan dan lahan. Selain itu curah hujan ekstrim pemicu banjir di beberapa tempat pada musim hujan awal tahun ini, juga merupakan bencana terkait cuaca dan iklim yang berdampak luas. Yang akan meningkat berdasarkan proyeksi perubahan iklim di masa mendatang," jelas Dwikorita di Kantor BMKG, Senin (23/3).
Karena itulah BMKG memandang perlunya upaya peningkatan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim tersebut, untuk kesejahteraan masyarakat. Terutama untuk ketahanan air. Yang dalam hal ini menurut Dwikorita, warga bisa ikut berperan dalam mitigasi dengan melakukan hal-hal yang tampaknya sepele, namun dapat mengurangi emisi gas rumah kaca.
Dwikorita Karnawati |
"Kita bisa melakukan langkah-langkah sederhana, seperti membatasi penggunaan kendaraan bermotor, mulai beralih ke sarana transportasi umum, menghemat penggunaan listrik dan air, mengurangi penggunaan sampah plastik, dan menanam pohon di lingkungan sekitar," ungkapnya.
Menyiasati Perubahan Iklim
Hal-hal yang tampak sederhana itu, menurut dia, akan membawa dampak besar dalam upaya mencegah efek buruk perubahan iklim. Bahkan, menurut Dwikorita, World Meteorological Organization (WMO) selalu mengkampanyekan ke seluruh dunia. Untuk melakukan aksi nyata dalam mengurangi emisi karbondioksida, agar bisa menahan laju kenaikan temperatur global.
Dwikorita menjelaskan perubahan iklim merupakan perubahan jangka panjang dari distribusi pola cuaca, secara statistik sepanjang periode waktu, mulai dasawarsa hingga jutaan tahun. Bisa diartikan sebagai perubahan keadaan cuaca rata-rata atau perubahan distribusi peristiwa cuaca rata-rata. Contohnya, jumlah peristiwa cuaca ekstrem yang semakin banyak atau semakin sedikit.
Perubahan iklim dapat terjadi secara lokal, terbatas hingga regional tertentu, atau dapat terjadi di seluruh wilayah permukaan bumi. Dari data historis curah hujan di Jakarta selama 120 tahun yang dikumpulkan oleh BMKG teridentifikasi adanya trend intensitas dan frekwensi hujan ekstrem yang semakin tinggi. Hal ini berkorelasi dengan kejadian banjir di Jabodetabek sejak 30 tahun terakhir (1990-an). Yang mana intensitasnya melonjak hingga mencapai 377 mm per hari di tahun 2020 ini.
"Intinya, dalam rentang waktu yang sangat panjang iklim telah berubah," imbuh kepala BMKG.
Perubahan itu ditandai setidaknya oleh empat hal, pertama karena adanya perubahan/kenaikan temperatur secara global, kedua kenaikan tinggi muka air laut, ketiga semakin sering terjadinya kondisi cuaca ekstrim dan lainnya, dan keempat terjadi perubahan pola curah hujan. Itulah indikasi-indikasi dari perubahan iklim.
“Salah satu dampak dari perubahan iklim ini adalah cadangan ketersediaan air yang semakin berkurang dan atau bahkan bisa menyebabkan kelebihan jumlah debit air pada waktu yang lain," pungkas mantan Rektor UGM ini.
Peringatan Hari Meteorologi Sedunia setiap tanggal 23 Maret, didasari peristiwa pada tanggal yang sama di tahun 1950. Yakni terbentuknya sebuah badan spesialisasi di bidang Meteorologi di bawah naungan PBB bernama World Meteorological Organization atau WMO.
WMO adalah organisasi antar pemerintah yang saat ini beranggotakan 187 negara dan 6 teritori regional. Indonesia masuk menjadi anggota WMO pada 16 November 1950 dan berada di Regional V Pasifik Barat Daya. WMO berperan penting dalam menjaga keselamatan dan keamanan masyarakat, kesejahteraan ekonomi, dan perlindungan lingkungan hidup. //lis