WARTAJOGLO, Salatiga - Pernah berjaya sebagai salah satu penghasil vanili pada tabun 1980 an, Kota Salatiga, Jawa Tengah akhirnya dicanangkan sebagai Kota Vanili pada Rabu (31/3) siang. Pencanangan dilakukan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di Pendopo Walikota Salatiga.
Keberadaan vanili di Salatiga sendiri bukan sesuatu yang baru. Sebab wilayah ini sudah dikenal sebagai penghasil vanili sejak jaman penjajahan Belanda. Dan hal itu masih terus bertahan hingga sekarang.
Kementerian Pertanian juga telah membuat progran Gerakan Ekspor Tiga Kali Lipat (Gratieks), dengan memasukan vanili sebagai salah satu komoditas unggulan ekspor hasil perkebunan, bersama kopi, kelapa, dan lada. Bahkan usai pencanangan sebagai Kota Vanili, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo langsung memerintahkan Dirjen Tanaman Pangan menyalurkan 10 ribu bibit vanili untuk masyarakat Salatiga.
Bamsoet menyerahkan bibit tanaman vanili ke salah seorang warga |
"Pencanangan sebagai Kota Vanili merupakan momentum untuk memberdayakan perekonomian masyarakat Salatiga dengan basis pertanian vanili. Mengingat kondisi geografis Kota Salatiga di ketinggian 450-825 meter di atas permukaan laut (mdpl). Serta berada di daerah cekungan kaki Gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil, yaitu Gunung Telomoyo, Gunung Ungaran, Gunung Payung, dan Gunung Rong. Hal ini menyebabkan Salatiga sangat cocok untuk tanaman vanili," ujar Ketua MPR RI Bambang Soesatyo yang ikut hadir dalam acara pencanangan itu.
Menurut Walikota Salatiga, saat ini tanaman vanili yang sudah dibudidayakan penduduk mencapai 8.900 batang, dengan luas tanam lahan mencapai 3,74 hektar. Tersebar di Kelurahan Kalibening, Kauman Kidul, Bugel, Kumpulrejo, Kutowinangun, Randuacir, dan Dukuh. Bahkan pemerintah kota Salatiga juga membuat program, satu rumah sepuluh tanaman vanili.
Bangkitkan Perekonomian Warga, Salatiga Dicanangkan Sebagai Kota Vanili https://t.co/Xly8vySyzL
— WARTAJOGLO (@wartajoglo) April 4, 2021
"Sebagai komoditas unggulan, vanili mempunyai nilai ekonomi sangat tinggi. Tahun 2020 lalu harga jualnya menembus Rp 4 hingga 6 Juta per kilogram vanili kering. Menempatkan Indonesia sebagai pengekspor vanili terbesar kedua di dunia setelah Madagaskar," terang Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Bahkan kandungan vanilin dalam tanaman vanili produk Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia, mencapai 3,9 persen. Ini lebih tinggi dari kandungan vanilin produksi Madagaskar yang hanya sebesar 2 persen. Karena itu pangsa pasar vanili masih sangat menjanjikan. Yang mana sebagian besar importir vanili produksi Indonesia adalah negara-negara maju seperti Amerika (47,73 persen), Prancis (18,10 persen), dan Jerman (9,31 persen).
"Yang masih menjadi tantangan adalah optimalisasi pengolahan produk vanili untuk pasar global, sehingga produk yang diekspor adalah produk yang mempunyai nilai tambah. Tantangan yang tidak mudah, namun dengan gotong royong seluruh elemen bangsa, pasti kita bisa mewujudkannya," tandas Bamsoet, sapaan akrab Bambang Soesatyo usai melakukan penanaman simbolis bibit vanili. //Lis