POPULER

Mengintip Geliat Ketoprak Balekambang di Tengah Pandemi

Mengintip Geliat Ketoprak Balekambang di Tengah Pandemi

WARTAJOGLO, Solo - Ambisi Pangeran Surowiyoto untuk bertahta di Kesultanan Demak Bintoro tergambar apik dalam pagelaran kesenian ketoprak di Gedung Kesenian Taman Balekambang, Kota Surakarta, Sabtu (13/3) malam. Karakter sang tokoh yang emosional, bisa diperankan dengan baik oleh anggota grup Ketoprak Balekambang. 

Dalam pagelaran terbuka pertama setelah harus pentas tanpa penonton itu, dipentaskan lakon Haryo Penangsang. Sosok Adipati Jipang Panolan yang dipandang kontroversial, di era Kerajaan Demak. 

Lakon ini nantinya akan terbagi dalam beberapa babak. Pada pementasan pertama bercerita tentang sejarah lahirnya tokoh Haryo Penangsang. Yang dilatarbelakangi dengan gejolak di Kesultanan Demak, karena bertahtanya Pangeran Trenggono, sepeninggal Pati Unus. 

Surowiyoto yang merasa lebih berhak dengan tahta Demak, tidak terima dengan diangkatnya Trenggono. Sehingga diapun berusaha untuk merebut tahta itu. Dan untuk bisa memudahkan keinginannya itu, dia berusaha mendapatkan keris pusaka Setan Kober yang tersimpan di Cirebon.

Ketoprak Balekambang
Salah satu adegan dalam pementasan ketoprak Balekambang dengan lakon Haryo Penangsang
Diapun memaksa Ratu Panggung istrinya untuk mencuri keris itu dan berhasil. Keris itu selanjutnya dibawa Surowiyoto ke Sunan Kudus gurunya. Oleh Sunan Kudus, Surowiyoto diminta untuk meninggalkan kerisnya agar bisa dijamas.

Namun sebuah kisah yang mungkin tak banyak diketahui terjadi. Di mana istri Sunan Kudus yang diminta untuk menjaga keris itu selama sang wali pergi, telah berbuat lalai. Karena dia dengan mudah diperdaya oleh Raden Mukmin, sehingga bersedia memberikan keris itu kepada putra Sultan Trenggono tersebut.

Slamet Meteor sang sutradara, dengan apik menggambarkan sosok istri Sunan Kudus tak lebih dari seorang wanita biasa, yang banyak memiliki kekurangan. Dia digambarkan sebagai sosok yang genit dan gampang dirayu oleh pria muda dan tampan, seperti Raden Mukmin. 

Hal itu tentu saja membuat Sunan Kudus marah dan menghukumnya dengan pengasingan di dalam hutan selama 40 hari. Namun tak hanya mendatangkan hukuman bagi dirinya. Akibat kekhilafannya itu, Surowiyoto harus terbunuh di tangan Pangeran Mukmin. Yang tentu saja membuat Sunan Kudus sangat bersedih.

Hanya saja dalam cerita yang dibangun oleh Slamet, ada sedikit perbedaan terkait meinggalnya Ratu Panggung, istri Surowiyoto. Kalau selama ini pada umumnya diketahui bahwa Ratu Panggung meninggal saat melahirkan Haryo Penangsang. Di pementasan tersebut justru digambarkan bahwa Ratu Panggung meninggal dengan cara bunuh diri, setelah mengetahui Surowiyoto terbunuh.

Bangunan cerita ini memang agak janggal. Karena bagaimana mungkin tiba-tiba sebagai seorang adipati, Surowiyoto harus membawa anaknya yang masih bayi berkelana. Sementara sang istri masih hidup. Hingga akhirnya bertemu Raden Mukmin, dan terbunuh dengan keris Setan Kober.

Namun lepas dari perbedaan versi cerita, yang pasti Arya Penangsang yang masih bayi akhirnya ditemukan Sunan Kudus dan dititipkan ke Patih Matahun. Dan kelak menjadi salah satu murid kesayangan Sunan Kudus. 

Lakon Haryo Penangsang sedianya akan dipentaskan sebanyak 5 babak di tiap Sabtu malam, dari tanggal 13 Maret hingga nanti tanggal 10 April 2021. Sedangkan untuk pemilihan temanya, Tatak Prihantoro selaku koordinator panggung menyebutkan tidak ada alasan khusus. Hanya saja dari beberapa kali pementasan yang dilakukan, ada kecenderungan bahwa cerita yang berseri lebih banyak diminati. 

"Sebenarnya di masa pandemi ini kita juga tetap pentas. Tapi hanya live streaming. Dan dari pementasan sejak Juli 2020 lalu, kami melihat ada tren bahwa untuk cerita-cerita yang berseri, cukup diminati penonton. Sehingga di pementasan live perdana ini kita putuskan mengangkat lakon Haryo Penangsang. Yang kebetulan bisa dibagi dalam beberapa seri," ujar Tatak saat ditemui usai pementasan. 

Ditambahkan Tatak bahwa tiap babak akan ditangani oleh sutradara yang berbeda. Sehingga penonton akan merasakan nuansa cerita yang berbeda di tiap serinya. Karena tentunya tiap sutradara memiliki sentuhan yang berbeda saat menggarap sebuah cerita.

"Sebelumnya kita semua berunding dan saling sharing. Tiap sutradara menyampaikan konsep cerita yang akan diangkatnya. Dan tentunya akan ada rasa yang berbeda di tiap serinya nanti. Karena tiap sutradara memiliki sentuhan atau pola pikir yang berbeda-beda. Yang nantinya akan dituangkan dalam penggarapan cerita," imbuhnya.

Ketoprak Balekambang sendiri memiliki anggota sekitar 70 orang. Di mana anggota tertua mereka berusia 83 tahun dan yang termuda berusia 10 tahun.

Proses regenerasi memang menjadi masalah tersendiri seiring perubahan pola pikir dan budaya masyarakat. Karena itulah dibutuhkan peran serta dari pemerintah, untuk ikut campur tangan dalam upaya pelestarian budaya warisan leluhur ini.

"Saya berharap pemerintah daerah berperan aktif dalam upaya regenerasi dengan membangun semacam pelatihan atau mungkin sekolah khusus seni ketoprak dan wayang orang. Karena dua kesenian ini adalah ikon budaya Kota Solo yang harus dilestarikan," jelas Ketua Forum Budaya Mataram BRM. Kusumo Putro, SH, MH, saat ikut nonton bareng pementasan perdana Ketoprak Balekambang. //Sik

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close