POPULER

Siasati Pandemi, Warga Desa Guli Ubah Limbah Kayu Jadi Rejeki

Siasati Pandemi, Warga Desa Guli Ubah Limbah Kayu Jadi Rejeki

WARTAJOGLO, Boyolali – Tak bisa dipungkiri bahwa pandemi Covid-19 telah berpengaruh pada berbagai sektor usaha. Salah satunya industri meubel yang ada di Desa Guli, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali. 

Namun demikian, hal ini tak membuat para warga pengrajin di desa ini patah semangat. Dari upayanya memutar otak, kini mereka justru menemukan sebuah jalan terang yang membuat usaha mereka terus berjalan. Yakni memanfaatkan limbah kayu untuk dijadikan kerajinan.

Kerajinan limbah kayu
Kades Guli memantau aktifitas warganya yang membuat kerajinan dari limbah kayu

Sebelumnya hal ini tidak pernah terpikirkan, karena maish ramenya pesanan produk meubel. Namun seiring terjadinya pandemi, jumlah pesananpun menurun. Sehingga banyak di antara mereka yang akhirnya justru tidak berproduksi.

Nah di tengah kevakuman itulah, tiba-tiba warga terpikir untuk mengolah sisa-sisa limbah kayu yang biasanya hanya dimanfaatkan untuk kayu bakar. Mulailah dibuat beraneka bentuk kerajinan seperti nampan, kotak jam hingga pot bunga. Dan ternyata hasilnya memuaskan.

“Ada limbah kayu. Ini kalau mau dipoles bisa memberikan nilai lebih,” ungkap Kepala Desa Guli, Eko Fahrudin saat dijumpai di lokasi produksi limbah kayu di desa setempat, Kamis (25/3/2021).

Respon positif didapatkan dari pasar, di mana pesanan untuk pembuatan kerajinan ini terus meningkat. Terlebih setelah dilakukan pendampingan dan pelatihan untuk para pengrajin, sehingga hasil yang mereka buat lebih berkualitas.

“Dari pendampingan sendiri, pengrajin akan dibantu pemasaran dengan mencarikan vendor untuk calon pembeli. Nanti kita tinggal menciptakan atau memproduksi sesuai dengan apa yang diinginkan. Harapannya juga nanti akan memberikan pendapatan buat kelompok atau juga anggota kelompok,” lanjut Eko.

Salah satu pengrajin limbah kayu, Dwi Maryanto mengaku produksi limbah kayu yang dihasilkan mampu menambah pendapatan. Karena harga jual produk yang lebih tinggi saat dikreasikan dengan berbagai bentuk. Diakuinya, limbah kayu yang berasal dari kayu jati tersebut mampu menambah harga jual. Seperti contohnya nampan atau tepak yang dijual dengan harga Rp 25.000 dari harga Rp 15.000.

“Pot bunga itu sekitar Rp 50.000 mentah, finishing harga Rp 90.000-100.000,” ujarnya.

Dia mengaku dalam sehari mampu memproduksi kotak jam sebanyak 1.000 hingga 2.000 buah. Dan sudah dipesan dari luar daerah. Sedangkan untuk pot bunga, pihaknya mampu memproduksi hingga 20 buah setiap hari. //Mul

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close