WARTAJOGLO, Boyolali – Dikenal sebagai kota susu, Kabupaten Boyolali memang menjadikan susu sapi menjadi salah satu komoditas unggulan. Salah satunya di wilayah Dukuh Bendosari, Desa Karangkendal, Kecamatan Tamansari, yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai peternak sapi perah.
Bahkan di masa pandemi, produksi susu sapi di wilayah ini tetap tidak terpengaruh. Hanya saja beberapa waktu terakhir, ada sedikit kendala yang agak merisaukan warga. Sebab, meski kapasitas produksi susu sapi masih terbilang tinggi, namun daya serap pabrik cenderung turun.
Hal ini lantaran pihak pabrik menetapkan susu dengan kualitas A yang akan ditampung. Sementara sejauh ini para peternak hanya mampu menyediakan susu berkualitas B.
Kades Karangkendal menyaksikan warganya yang sedang memerah susu sapi |
“Untuk permintaan pasar terutama pabrik, agak susah. Karena mereka minta kualitas yang bagus. Kualitas yang bagus harus sampai kurang lebih [angka] 12. Sebab kalau kualitas kurang bagus, pabrik akan mengalami kesulitan untuk mengolahnya. Kualitas susu sendiri ditentukan oleh kualitas makanan dari sapi,” ungkap Wartono salah seorang peternak asal Bendosari saat ditemui pada Kamis (1/4) siang.
Hal ini tentu memunculkan dilema di kalangan peternak. Pasalnya harga susu sapi mengikuti kualitas susu itu sendiri. Namun demikian, sejauh ini untuk produksi tidak ada kendala.
Standar Kualitas Terlalu Tinggi, Peternak Kewalahan Penuhi Permintaan Pabrik Susu https://t.co/tv76aXwD9z
— WARTAJOGLO (@wartajoglo) April 1, 2021
“Saat pandemi produksi kami relatif normal-normal saja. Tapi kalau harga, tentu mengikuti kualitas susu itu sendiri," imbuhnya.
Apabila kualitas susu sapi dengan kualitas A harganya mampu mencapai Rp 6.000 per liter. Sedangkan untuk harga susu kualitas B dihargai Rp 5.000 sampai Rp 5.500 per liter. Dengan biaya pakan ternak sapi perah sebesar Rp 2,5 juta selama 10 hari untuk lima sapi perah.
Hal yang sama juga ditegaskan oleh Kepala Desa Karangkendal, Selamat Sunarno, yang mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 tidak terlalu mempengaruhi aktifitas warganya dalam memproduksi susu sapi. Dia juga menambahkan bahwa mayoritas warganya merupakan peternak sapi perah. Dari total penduduk 3.256 sebanyak 80 persen penduduk merupakan peternak sapi yang menghasilkan susu sapi.
“Kami memang menggalakkan peternakan sapi perah. Dan ini terkait dengan UMKM, yang mana desa sendiri mengupayakan agar usaha warga terus berkembang. Sedangkan terkait pandemi, sejauh ini warga tidak terlalu kena dampak. Mereka tetap eksis,” tandasnya. //Mul