POPULER

Jadi Ikon Baru Wisata Boyolali, Begini Kisah Heroik Paku Buwono VI di Lereng Merapi

Jadi Ikon Baru Wisata Boyolali, Begini Kisah Heroik Paku Buwono VI di Lereng Merapi

WARTAJOGLO, Boyolali -  Melengkapi nilai historis dari Taman Simpang PB VI Selo Boyolali, sebuah patung dipasang di taman tersebut pada Rabu (8/9) sore. Patung itu berwujud sosok Sri Susuhunan Paku Buwono VI, Raja Keraton Surakarta Hadiningrat. Yang memang identik dengan kawasan itu.

Patung dengan tinggi sekitar 4 meteran itu dibuat dan dirancang oleh para abdi dalem Keraton Surakarta, yang tergabung dalam Pakasa atau Paguyuban Kawula Keraton SUrakarta Hadiningrat cabang Boyolali. 

Patung Sinuhun Paku Buwono VI
Patung Sinuhun Paku Buwono VI di Taman Simpang Selo Boyolali

Proses pembuatannya sendiri dilakukan di Pesanggrahan Pracimoharjo, Cepogo, Boyolali. Dan yang mengerjakannya adalah orang-orang yang memang ahli di bidang seni pembuatan patung.

"Patung itu dibuat oleh mas Lumadi (abdi dalem Cepogo) dan Kangjeng Purwono. Keduanya memang dikenal ahli di bidang seni rupa, sehingga garapan detil busana termasuk keris bagus sekali," jelas pemerhati sejarah asal Boyolali, RM Surodjo.

Keputusan dibuatnya patung SInuhun PB VI tak lepas dari saran dan usul para budayawan Boyolali, untuk menguatkan ikon historis di kawasan Taman Simpang PB VI. Selanjutnya proyek ini ditawarkan melalui lelang. 

"Tender sempat akan diberikan ke sebuah perusahaan dari Yogyakarta. Namun Ketua Pakasa KP Wirabhumi mengusulkan agar diberikan ke orang Boyolali sendiri saja. Karena di Boyolali ada abdi dalem yang memang sangat ahli dalam pembuatan patung. Termasuk patung Sinuhun PB X yang dipasang di Pesanggrahan Pracimoharjo," lanjut Surodjo. 

Proses pemasangan patung memang sudah dilakukan sejak Rabu (8/9) sore. Namun untuk peresmiannya baru akan dilakukan beberapa hari ke depan. Dan saat ini masih dilakukan pembenahan-pembenahan pada beberapa bagian patung. 

Sejarah

Dengan berdirinya patung PB VI di Taman Simpang Selo, maka akan menjadi satu destinasi wisata baru bagi para wisatawan yang datang ke tempat ini. Selain itu tentu untuk mengingatkan peran besar Sinuhun PB VI dalam perjuangan kemerdekaan.

Ya, Sinuhun PB VI memang merupakan salah seorang pahlawan nasional yang ditetapkan di masa presiden Soekarno, tepatnya tanggal 17 Nopember 1964. Dan penghargaan ini tentu tak lepas dari jasa besarnya dalam membantu Pangeran Diponegoro saat mengobarkan perang melawan Belanda pada 1825 - 1830.

"Saat itu Sinuhun PB VI memang harus menempatkan diri di dua sisi yang berbeda. Secara kelembagaan dia harus tunduk dan membantu Belanda. Namun di belakang dia juga memberikan bantuan tak terhingga untuk Pangeran Diponegoro. Dan justru bantuan kepada Belanda menjadi salah satu strateginya, agar persekongkolan dengan Pangeran Diponegoro tidak terungkap," papar salah seorang pengurus di Forum Budaya Mataram ini. 

Surodjo pun menyebut nama Soijoyo, sebagai sosok yang sangat berperan dalam membantu pertemuan rahasia antara Pangeran Diponegoro dan Sinuhun PB VI. Soijoyo adalah salah satu prajurit telik sandi Pangeran Diponegoro yang ditempatkan di wilayah Musuk Boyolali. Dan pertemuan kedua tokoh itu seringkali dilakukan di sebuah goa yang berada di dekat Taman Simpang Selo saat ini.

"Semasa hidupnya Sinuhun PB VI memang diceritakan suka sekali melakukan tapa semedi ke berbagai tempat, termasuk goa di Selo. Karena itulah dia juga mendapat sebutan Sinuhun Banguntapan. Hal inilah yang kemudian memudahkan baginya untuk bisa bertemu dengan Pangeran Diponegoro, tanpa dicurigai Belanda. Dan seorang prajurit kepercayaan Pangeran Diponegoro yang bernama Soijoyo berperan sebagai perantara untuk mempersiapkan pertemuan itu," ungkap pria yang juga salah satu sentana di Keraton Surakarta Hadiningrat ini. 

Jalur Gunung Merapi memang sengaja dipilih sebagai tempat pertemuan karena alasan kemudahan dalam akses, serta merupakan salah satu tempat gerilya Pangeran Diponegoro. Namun demikian, pertemuan tidak hanya dilakukan di Goa PB VI saja. Beberapa tempat lain juga disebut sebagai lokasi bertemunya kedua tokoh dari dua kerajaan yang berbeda itu. Dan bahkan pertemuan juga sempat dilakukan di dalam Keraton Surakarta Hadiningrat dengan sebuah cara khusus, agar tidak diketahui Belanda. 

Penangkapan Diponegoro
Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro

Dari gambaran itu jelas terlihat begitu besar peran dari Sinuhun PB VI dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Hingga puncaknya, setelah perang Diponegoro bisa dipadamkan dan Pangeran Diponegoro ditangkap, aksi Sinuhun PB VI pun tercium Belanda. 

Raja Solo inipun ditangkap oleh Residen Yogyakarta Van Nes dan Letnan Kolonel B. Sollewijn di kawasan Mancingan, Yogyakarta. Dan seperti halnya yang dilakukan kepada para tokoh pergerakan lainnya, Belanda lantas mengasingkan Sinuhun PB VI ke luar Jawa, tepatnya ke Ambon pada 8 Juli 1830. 

Agaknya pemberian bantuan yang dilakukan kepada Pangeran Diponegoro dianggap Belanda sebagai sebuah pengkhianatan besar. Sebab untuk menghadapi perang Diponegoro ini, kabarnya Belanda harsu mengalami kerugian yang sangat besar. Karena itulah, Belanda sangat dendam dengan apa yang dilakukan Sinuhun PB VI, sampai ada dugaan kalau dia disiksa dan dibunuh pada 2 Juni 1849.

Dugaan ini muncul setelah jenasah Sinuhun PB VI dipindahkan dari Ambon ke Astana Pajimatan Imogiri pada 1957. Di mana salah seorang kerabat keraton yakni KGPH Djatikusumo yang juga seorang jenderal militer, mendapati ada lubang peluru di tengkorak Sinuhun PB VI. 

"Dari lubang di tengkorak itu jelas menunjukkan kalau Sinuhun PB VI ditembak. Hal ini bertolak belakang dnegan laporan dari Belanda yang mengatakan kalau beliau meninggal karena tertimpa tiang kapal saat berlayar. Dan ini menjadi salah satu dasar penetapan beliau menjadi pahlawan nasional," tandas Surodjo. //Sik

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close