POPULER

Dorong Pelestarian Kesenian Khas Mangkunegaran, ASGA Gelar Pertunjukan Seni Jawa di Dalam Mall

Dorong Pelestarian Kesenian Khas Mangkunegaran, ASGA Gelar Pertunjukan Seni Jawa di Dalam Mall

WARTAJOGLO, Solo - Sebagai salah satu pecahan Kerajaan Mataram, Pura Mangkunegaran juga menjadi salah satu pusat pengembangan budaya Jawa. Hal ini karena Pura Mangkunegaran juga memiliki serangkaian tradisi budaya yang memiliki ciri khas tersendiri, yang berbeda dengan kerajaan pecahan Mataram yang lain.

Ciri khas yang paling tampak adalah dari karya seni yang diciptakan, dalam hal ini tari. Di mana seni tari khas Mangkunegaran lebih banyak dipengaruhi oleh nuansa perjuangan. Sehingga tiap gerakannya terlihat begitu rancak. 

Hal ini tentu berbeda dengan karya tari dari tiga pecahan Kerajaan Mataram yang lain, yakni Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Kasultanan Ngayogjakarta Hadiningrat, serta Kadipaten Pakualaman. Di mana secara umum gerakan di ketiga kerajaan itu lebih terlihat lembut.

Tari Srimpi Mondrorini
Para penari dari ASGA membawakan Tari Srimpi Mondrorini

"Secara historis, berdirinya Mangkunegaran banyak diwarnai serangkaian kisah perjuangan dari Raden Mas Said yang kemudian menjadi Adipati Mangkunegoro pertama. Karena itulah banyak karya seni tari yang tercipta selalu berbau kisah-kisah perjuangan. Seperti salah satunya tari Srimpi Mondrorini, yang menggambarkan sosok prajurit wanita yang tangguh. Dan ini menjadi salah satu ciri seni tari khas Mangkunegaran," jelas seniman Mangkunegaran Dra. R.Ay. Irawati Kusumorasri, M.Sn.

Karena kekhasan yang dimiliki itulah, seni tari gaya Mangkunegaran menjadi begitu istimewa. Sehingga kemudian banyak dipelajari oleh masyarakat. 

Hanya saja, tidak semua orang tahu dan paham terkait perbedaan-perbedaan mendasar dari karya seni Pura Mangkunegaran dengan keraton yang lain. Karena itulah, sebagai seorang seniman yang dibesarkan dalam lingkungan Pura Mangkunegaran, Irawati terus berupaya untuk melestarikan tradisi budaya khas Mangkunegaran.

Salah satu upaya itu adalah melalui lembaga Akademi Seni Mangkunegaran Surakarta (ASGA). Di mana sebagai direktur, Irawati kerap menggelar pentas seni tari, yang bertujuan untuk mengenalkan karya seni tari gaya Mangkunegaran ke masyarakat luas. 

Agenda rutin yang biasanya digelar adalah acara Setuponan, untuk memperingati hari lahir mendiang KGPAA Mangkunegoro IX. Acara yang digelar di Pendapa Prangwedanan Pura Mangkunegaran ini, menampilkan beragam tarian karya para raja Mangkunegaran terdahulu. Sehingga masyarakat yang menyaksikan bisa tahu keindahan dan kekhasan gerak tari khas salah satu keraton di Kota Solo ini.

Namun sayangnya, karena digelar di dalam keraton, acara Setuponan ini kadang tidak banyak diketahui publik. Karena itulah ASGA mencoba membawanya ke ranah yang lebih terbuka, yakni di mall. Di mana karya seni tari yang dimainkan, akan bisa dilihat dan dinikmati oleh lebih banyak orang, terutama anak muda.

"Saat ini mall sudah mulai ramai. Karena itulah kita putuskan untuk menggelar pentas Pertunjukan Seni Jawa di Grand Mall. Dengan harapan akan semakin banyak orang yang melihat, terutama dari generasi muda. Sehingga mereka kemudian tertarik untuk mempelajari, demi kelestarian seni budaya khas Mangkunegaran," lanjut Irawati.

Dan benar, animo pengunjung mall pun terlihat sangat baik. Sehingga saat para penari dari ASGA menampilkan kebolehannya, para pengunjung langsung menyaksikan dengan seksama, serta banyak juga yang mencoba mengabadikannya lewat kamera ponsel mereka.

Tiga buah tarian khas Mangkunegaran ditampilkan dalam pertunjukkan ini. Di antaranya Irah-Irahan Sekar Puri, lalu Gambyong Retno Kusumo dan Srimpi Mondrorini. Lalu ada juga beberapa tarian dari daerah lain yang juga ditampilkan, untuk melengkapi kemeriahan acara pada Rabu (8/12) sore hari itu.

Fashion show busana adat Mangkunegaran
Fashion show busana adat Mangkunegaran

Bahkan tak hanya pertunjukan seni tari. Dalam acara itu digelar pula fashion show busana adat Jawa khas Mangkunegaran. Hal ini menarik, karena ternyata Pura Mangkunegaran juga memiliki kekhasan tersendiri dalam busana adatnya. 

"Sebenarnya secara garis besar tidak ada perbedaan yang terlalu mendasar dengan busana adat Jawa yang lain, dalam hal ini yang umum adalah khas Kasunanan Surakarta. Mungkin yang membedakan hanyalah pada jarik yang dikenakan. yang menggunakan batik dengan motif dan gaya khas Mangkunegaran. Lalu ada juga satu busana yang berbeda dan tidak ada di tempat lain, yaitu beskap Langenharjan," ungkap wanita yang dikenal sebagai penari berkaliber internasional ini.

Sementara itu, terkait pentas di dalam mall ini, kepala humas ASGA, Nuniek Kusumawati berharap agar jalinan kerja sama dengan mall bisa terus berlanjut. Sehingga upaya pengenalan seni budaya karya Pura Mangkunegaran bisa terus dilakukan. Dan semakin banyak anak-anak muda Kota Solo dan sekitarnya yang tertarik untuk mendalaminya.

"Di ASGA, selain seni tari juga diajarkan seni pedalangan, pambiwara dan yang lainnya, yang tentunya sesuai dengan gaya Mangkunegaran. Karena itulah dengan kegiatan seperti ini, kita berharap masyarakat bisa mengenal dan tertarik untuk ikut melestarikan dengan mempelajarinya. Semoga saja kita bisa terus menjalin kerja sama dengan mall, untuk menampilkan karya-karya kita," tandasnya saat ditemui usai pertunjukan. //Bang

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close