POPULER

Menyerap Energi Tempuran Kedung Pasiraman Kahyangan Wonogiri

Menyerap Energi Tempuran Kedung Pasiraman Kahyangan Wonogiri

WARTAJOGLO, Wonogiri - Dikelilingi hutan yang masih rimbun, kawasan Kedung Pasiraman yang berada di Dusun Kahyangan, Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo menjadi salah satu destinasi wisata unggulan yang ada di Kabupaten Wonogiri. 
 
Tak hanya menyajikan keindahan alam kaki Gunung Lawu, kawasan Hutan Kahyangan juga dikenal karena diyakini memiliki hubungan erat dengan sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Islam.
 
Dalam kitab-kitab Babad Tanah Jawi ataupun Babad Mataram disebutkan bahwa Panembahan Senopati yang menjadi pendiri Kerajaan Mataram, kerap datang ke berbagai tempat untuk melakukan meditasi. Dan salah satu tempat itu adalah Kedung Pasiraman di Hutan Kahyangan.
 
Kedung Pasiraman
Kedung Pasiraman menjadi saksi pertemuan Panembahan Senopati dengan Ratu Kidul

Bahkan dalam laku mediasinya itu, konon Panembahan Senopati bertemu dengan sosok gaib Ratu Kidul, yang lantas menjadi istrinya.
 
Dari hubungan dengan Ratu Kidul inilah, Panembahan Senopati mendapat bantuan kekuatan untuk menghancurkan Kerajaan Pajang, hingga akhirnya berhasil mendirikan Kerajaan Mataram.
 
Keyakinan-keyakinan supranatural inilah yang kemudian banyak memikat hati sebagian masyarakat, untuk datang dan melakukan meditasi di tempat ini. Tujuannya tentu ingin agar bisa mengalami nasib serupa dnegan Panembahan Senopati.
 
Karenanya, pada malam-malam tertentu, kawasan ini akan ramai didatangi masyarakat dari berbagai tempat. Mereka biasanya akan sekedar menikmati malam atau ada juga yang melakukan meditasi, di beberapa titik di kawasan ini.
 
Di sini memang tak hanya Kedung Pasiraman, yang merupakan pertemuan dua aliran sungai dari Gunung Lawu dan Pegunungan Seribu. Ada beberapa goa yang juga menjadi tempat favorit para pengunjung, untuk bermeditasi. Di antaranya adalah Selo Payung.
 
Namun lepas dari serangkaian keyakinan spiritual masyarakat, kawasan Kedung Pasiraman memang menyimpan keindahan alam luar biasa. Gugusan bukit-bukit kecil dengan pepohonan yang rimbun, menyajikan kesegaran tersendiri bagi siapa saja yang berkunjung ke sana.
 
Dan tentunya gemuruh suara air terjun Kedung Pasiraman, terasa mampu menghapus segala penat, akibat padatnya aktifitas sehari-hari.
 
Nama Kedung Pasiraman sendiri berasal dari kata kedung dan pasiraman. Kata kedung berarti cekungan yang menjadi titik pertemuan dua air terjun dari dua aliran sungai berbeda.
 
Sedangkan pasiraman berasal dari kata siram yang dalam bahasa Jawa berarti mandi. Sehingga pasiraman diartikan sebagai tempat untuk mandi. Karena merujuk pada cerita bahwa Panembahan Senopati mandi di tempat itu.
 
Khusus untuk Kedung Pasiraman yang merupakan kawasan tempuran, tempat ini dipercaya memiliki pancaran energi yang paling besar. Sebab di sana terjadi pertemuan dua aliran sungai yang merupakan perwujudan aliran energi dari dua tempat yang berbeda. Sehingga perpaduan dua energi yang berbeda ini akan menciptakan energi baru, yang bisa mempengaruhi siapa saja yang mandi di dalamnya.
 
Dan bersamaan dengan euforia batu akik di masyarakat, Kedung Pasiraman menjadi salah satu tempat yang banyak didatangi para pemburu batu bertuah. Sebab di dalam kedung ini dan di sepanjang aliran sungai kahyangan diyakini banyak ditemukan batu combong keramat, sisa untaian tasbih Panembahan Senopati yang putus.
 
Batu combong adalah batu yang berlubang karena proses alam. Artinya lubang yang terdapat pada batu ini bukan sengaja dibuat oleh manusia. Karena itulah, batu seperti ini diyakini memiliki kekuatan tersendiri, terutama dalam membantu mewujudkan berbagai harapan.
 
Karena kekuatan yang dimiliki batu inilah, maka Panembahan Senopati menggunakannya sebagai tasbih. Batu-batu ini dirangkai dengan seutas benang hingga sejumlah 99 buah, yang merupakan perwujudan jumlah asma’ul husna.
 
Wakino, juru kunci komplek Kahyangan Dlepih mengatakan bahwa batu yang diyakini sebagai bagian dari tasbih Panembahan Senopati memang menjadi salah satu incaran para pengalab berkah. Karena itu, banyak yang berusaha melakukan ritual penarikan secara gaib terhadap batu-batu itu.
 
“Biasanya setelah melakukan ritual, orang-orang akan mencoba menyusuri sungai untuk mencari batu combong. Tapi ada juga yang melakukan ritual lain yang tujuannya untuk menarik batu-batu itu secara gaib. Sebab mereka yakin bahwa batu-batu itu memiliki keistimewaan lebih dibanding batu-batu yang lainnya,” jelasnya.
 
Tali tasbih Panembahan Senopati sendiri putus bukannya tanpa sebab. Konon tasbih yang selalu dipakai sebagai kalung saat tidak digunakan itu, ditarik oleh Ratu Kidul. Ini karena Ratu Kidul terkejut setelah ada orang yang mengintipnya saat sedang bermesraan dengan Panembahan Senopati. Sehingga kemudian tasbih itu tertarik dan putus hingga biji tasbihnya berjatuhan ke dalam Kedung Pasiraman.
 
Tak hanya batu combong bekas tasbih. Panembahan Senopati juga meninggalkan jenis batu lain yang sampai saat ini juga dipandang istimewa. Batu itu adalah batu hitam yang digunakan untuk menggosok tubuhnya saat mandi.
 
Namun tak hanya sebatas untuk menggosok tubuh, batu yang disebut dnegan istilah watu bonglot itu juga kerap dipakai Panembahan Senopati untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Sebab konon pancaran energi dari batu itu bisa memulihkan berbagai gangguan kesehatan yang dialami seseorang. Caranya hanya dnegan menempelkan batu itu di bagian yang sakit, serta meminum air rendamannya.
 
Entah benar atau tidak, namun hal ini banyak dipercaya oleh warga sekitar Kahyangan. Karena itulah, banyak pula orang yang berusaha untuk mencari batu yang kabarnya hanya terdapat di dasar Kedung Pasiraman. Sehingga untuk mendapatkannya, butuh perjuangan tersendiri. Agar tidak sampai tenggelam diterjang derasnya air terjun yang jatuh ke dalam kedung itu.
 
Sunarman adalah salah seorang warga yang kerap mencari batu bonglot. Kebiasaannya mencari rumput di sekitar Kedung Pasiraman kerap dimanfaatkannya untuk mencari batu tersebut, saat debit air tidak terlalu besar. Apalagi pria 60 tahunan ini juga kerap mendapatkan pesanan dari para pengunjung yang menginginkan batu tersebut. Sehingga pada saat-saat tertentu, dia akan berburu di sekitar Kedung Pasiraman.
 
“Biasanya banyak pengunjung yang pesan ke saya. Sehingga saat kondisinya memungkinkan, saya pasti akan mencarinya. Tapi karena batu ini terbilang gaib, saya tidak bisa dapat banyak. Malah seringkali saya tidak menemukannya,” ungkapnya.
 
Wujud batu bonglot sendiri sangatlah biasa. Sebab benda ini hanya berwujud sebongkah batu hitam legam dengan permukaan yang halus. Namun di balik itu, terlepas dari kisah yang menyertainya, batu ini juga memiliki kelebihan pada kekerasannya. Di mana karena begitu kerasnya, benturan antara dua batu bonglot bisa menghasilkan bunyi berdenting seperti logam yang saling beradu.
 
Selain itu, menurut Sunarman, batu ini juga memiliki daya hisap yang cukup besar. Sehingga tidak salah kalau kemudian dipakai untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Sebab selain memancarkan energi untuk memulihkan kondisi fisik yang bermasalah. Daya hisap batu ini akan berfungsi sebagai pembersih racun yang berupa energi negatif dalam tubuh.
 
“Kebanyakan orang-orang yang memesan batu bonglot ke saya, katanya untuk terapi. Malahan ada yang mengatakan kalau batu itu memiliki kekuatan penyembuh yang setara dengan batu giok. Dan sejauh ini saya sudah membuktikan kalau batu ini ampuh untuk mengusir masuk angin. Caranya adalah dengan menempelkan batu ini di atas perut yang sakit. Dalam waktu singkat masuk anginnya pasti sembuh,” terangnya.//Rad

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close