WARTAJOGLO, Solo - Aspek nonfisik atau yoni dari sebilah keris seringkali dijadikan alasan utama seseorang saat hendak memiliki benda pusaka ini.
Dan yoni inilah yang menyebabkan sebilah keris begitu diburu oleh seorang kolektor, selain nilai artistik dari benda itu secara fisik.
Yoni atau mungkin ada pula yang menyebutnya tuah dalam dunia perkerisan memang dipandang sebagai sesuatu yang otomatis melekat bila sebilah keris dibuat dengan serius dan menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi.
Sebab sebilah keris yang memiliki tuah sangat tinggi adalah keris yang di dalamnya terjadi perpaduan tiga unsur alam, dengan daya cipta seorang empu yang benar-benar tahu kekuatan energi dari unsur-unsur alam itu.
Proses pengisian khadam pada keris |
Keselarasan energi yang terpancar dari unsur-unsur alam yang dalam hal ini adalah besi, baja dan batu pamor dengan energi yang dimiliki oleh seorang empu akan menghasilkan karya cipta keris yang benar-benar sempurna.
Dan dalam sebuah keris yang sempurna, otomatis akan memancarkan energi tertentu yang selama ini dipandang sebagai yoni atau tuah.
Hal ini disampaikan oleh pemerhati tosan aji asal Mojokerto, KRT Eko Wahyudi Reksomulyo, yang menyebut bahwa energi-energi itulah yang kemudian akan memberi pengaruh tersendiri pada orang yang memilikinya.
“Secara umum keris yang memiliki energi tinggi adalah keris yang secara fisik sempurna. Sebab keselarasan energi daya cipta si empu dengan tiga unsur alam sebagai bahan keris, akan menciptakan hasil karya yang benar-benar sempurna. Sedangkan bila unsur-unsur yang ada tidak bisa sinergis, maka hasil yang tercipta biasanya akan sangat buruk secara fisik. Sehingga tentu energi yang terkandung juga tidak akan besar, atau malah tidak ada,” jelasnya saat dihubungi melalui sambungan telepon beberapa waktu lalu.
Eko juga menjelaskan bahwa jenis-jenis keris yang tidak sempurna inilah yang kemudian banyak dipakai oleh para dukun guna diisi dengan kekuatan-kekuatan sejenis khadam.
Hal ini karena pancaran energi yang terkandung di dalamnya sangat lemah, sehingga khadam-khadam itu bisa masuk dengan mudah.
“Pada dasarnya energi yang tertanam dalam sebilah keris akan mampu menetralkan berbagai kekuatan jahat atau energi negatif yang ada di sekitarnya. Karena itulah orang yang memilikinya biasanya akan merasakan efek positif dari benda ini. Sehingga tentunya tidak mungkin kalau diisi dengan jenis-jenis khadam yang berupa jin atau lainnya. Sebab pasti akan terjadi penolakan secara alami," lanjutnya.
"Beda dengan keris-keris yang tidak bagus. Benda ini akan sama seperti benda-benda lain yang tanpa energi. Sehingga bisa dengan mudah diisi kekuatan dari khadam,” tandasnya.
Ditegaskan oleh Eko bahwa sebilah keris yang baik adalah yang tercipta dari sebuah proses yang tidak sembarangan.
Artinya bahwa di dalamnya ada sebuah laku spiritual tingkat tinggi, sehingga tercipta energi yang bisa merasuk ke dalam keris yang sedang dibuat.
Menurut Eko yang juga mengoleksi ratusan keris bertuah ini, tuah sebilah keris yang baik bukanlah tuah yang diisikan. Melainkan tuah yang muncul dari proses pembuatannya.
Dari proses inilah kemudian tercipta keris dengan pamor serta luk tertentu yang masing-masing memiliki pancaran energi berbeda sesuai bentuk masing-masing.
“Ada keris itu yang bertuah karena luknya, tapi ada pula yang karena pamornya. Namun yang pasti setiap keris yang bertuah, tentu diikuti dengan proses pembuatan yang sangat sakral. Sehingga tuah itu benar-benar bisa memberikan berkah bagi orang yang memilikinya,” ungkap pria yang juga guru besar Perguruan Silat Bhakti Persada ini.
Karena itulah ditegaskan bahwa keris yang bertuah tentu yang memiliki fisik yang bagus. Sebab hal itu menandakan kalau dia dibuat dengan tidak sembarangan.
Tak hanya itu, dengan kondisi fisik yang bagus, tentu pemiliknya juga akan merawatnya dengan baik, sehingga tentu wujud fisiknya akan selalu terjaga meski sudah berusia ratusan tahun.
Karenanya Eko menyarankan bahwa perawatan sebilah keris cukup dengan menggunakan minyak kelapa.
Hal ini bertujuan untuk menjaga agar bilah keris tidak mengalami kerusakan. Selain itu, Eko juga menambahkan bahwa usahakan agar badan keris tidak tersentuh tangan secara langsung. Sebab hal itu bisa memicu munculnya karat yag bisa merusak bagian itu.
Perawatan itu sendiri cukup dilakukan sebulan sekali. Namun demikian sebilah keris juga tetap perlu dijamas yang bisa dilakukan setahun sekali, dan biasanya dilakukan di bulan Suro.
Tujuannya adalah untuk membersihkan sisa-sisa kotoran dan karat yang menempel di badan keris, sehingga tidak sampai terus bertambah. //Rad