POPULER

Pengabdian Total Kompol (purn) Subarkah demi Sesama

Pengabdian Total Kompol (purn) Subarkah demi Sesama

WARTAJOGLO, Karanganyar - Pengabdian secara total untuk melayani dan mengayomi selalu diterapkan Kompol (purn) H. Subarkah, saat berdinas sebagai anggota Polri kepada masyarakat. 

Terlebih saat dirinya menjabat sebagai Kapolsek di wilayah Kecamatan Jatipuro dan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. 

Sehingga hal ini membuat namanya begitu melekat di hati masyarakat, yang tinggal di wilayah tempatnya bertugas.

Bahkan kedekatan hubungan itu masih bisa dirasakan, saat dirinya sudah pensiun. 

Di mana warga masih sangat menghormati sosoknya, di tiap kali dirinya singgah untuk menyapa dan bersilaturahmi dengan warga.

Salah satunya adalah Wagiman, tokoh masyarakat dari Desa Margorejo, Kecamatan Jatiyoso yang mengaku kenal cukup baik dengan sosok Subarkah.

Kompol (purn) Subarkah

"Dulu saya sering mampir ke Polsek. Kebetulan di sana banyak yang kenal, termasuk dengan Pak Barkah," ucapnya saat ditemui di rumahnya pada Minggu 28 Mei 2023.

Menurut Wagiman, Subarkah dikenal sangat dekat dengan warga. Sebab saat masih berdinas, dia selalu menyempatkan diri untuk ikut tarwih keliling ke berbagai pelosok desa. 

Kebiasaan untuk turun langsung ke warga guna menyapa dan menjalin silaturahmi, memang sudah biasa dilakukan Subarkah sejak dia menjabat di Polsek Jatipuro dan Jatiyoso.

Terlebih saat musim bencana alam, di mana wilayah Kecamatan Jatiyoso merupakan wilayah yang kerap dilanda bencana tanah longsor.

"Saat kita mendekati mereka dengan 'hati', pasti segala saran dan nasihat yang kita sampaikan akan didengar dan diikuti. Itulah kenapa sampai sekarang saya masih berhubungan baik dengan warga di Jatipuro dan Jatiyoso," ujar Subarkah saat bertamu ke rumah Wagiman.

Ya, meski sudah tidak lagi berdinas di kesatuan Polri karena pensiun pada awal Mei 2023 lalu, Subarkah memang masih kerap berkunjung ke wilayah Jatiyoso dan Jatipuro, untuk menyapa dan bersilaturahmi dengan beberapa warga yang dikenalnya.

Sambutan hangat pun selalu didapatkan pria yang tercatat sebagai salah satu pengurus di Pondok Pesantren Santri Manjung Wonogiri ini.

Bahkan satu kenangan indah yang tak pernah terlupakan sempat dirasakan oleh Cici Dayanti, gadis asal Desa Wonokeling, Jatiyoso, yang pernah ditolong oleh Subarkah, semasa masih berdinas.

"Saat itu saya kesulitan untuk sekolah, karena tidak punya kendaraan, karena jarak sekolah sekitar 15 km dari rumah. Biasanya saya nebeng teman atau tetangga. Sampai akhirnya Pak Barkah membantu saya dengan membelikan sebuah sepeda motor. Selain itu saya juga diberi kesempatan untuk menjalani PKL di kantor Polsek bersama teman-teman saya. Makanya sampai sekarang saya dan teman-teman tidak bisa lupa dengan kebaikan Pak Barkah," aku Cici yang ikut datang menemui Subarkah di rumah Wagiman.

Kompol (purn) Subarkah (kiri) saat dijamu warga Jatiyoso yang dikunjunginya

Terkait bantuan itu, Subarkah menjelaskan bahwa dana untuk membeli sepeda motor itu didapatkan dari patungan. Hal itu dilakukan karena rasa iba dan kepedulian dirinya dan rekan-rekan sesama anggota polisi akan kesulitan Cici. 

"Bagi kami pendidikan itu yang utama. Jadi jangan sampai pendidikan terganggu hanya karena masalah alat transportasi. Makanya kemudian saya rundingan dengan teman-teman hingga kemudian terkumpul dana, dan kita belikan sepeda motor bekas. Jadi intinya jangan lihat harganya, yang terpenting sekolah bisa tetap lanjut," kenang Subarkah.

Filosofi bahwa hidup harus selalu membawa manfaat bagi sesama selalu dipegang Subarkah. 

Karena itulah di masa pensiunnya, pria asli Pemalang, Jawa tengah ini lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengabdikan diri pada berbagai kegiatan sosial, salah satunya LazisNU.

Bekal ilmu dari sanggar pawiyatan Keraton Surakarta Hadiningrat, ikut membentuk pribadinya sebagai sosok yang sederhana dan lembah manah. 

"Asal saya dari daerah yang bahasanya cenderung ngapak. Makanya saat masuk ke Karanganyar, saya banyak belajar tentang tata cara Jawa di Sanggar pawiyatan Keraton Surakarta Hadiningrat. Bahkan saya juga sempat diberi penghargaan gelar KRT (Kanjeng Raden Tumenggung) Hadinagoro. Dan tahun kemarin gelar itu naik jadi KRAT (Kanjeng Raden Aryo Tumenggung)," ungkap Subarkah.

Bagi Subarkah, mendalami adat sitiadat dan adab budaya Jawa adalah hal yang sangat penting di tengah perkembangan zaman saat ini. 

Sebab seiring berjalannya waktu, masyarakat semakin lupa dengan adab dan tatanan yang adi luhung, sehingga semakin banyak ditemukan perilaku-perilaku negatif terjadi di muka umum.

"Ada banyak nilai filosofi dalam tradisi budaya nenek moyang, terutama Jawa. Dan hal itu bisa menjadi tuntunan bagi kita untuk hidup di tengah masyarakat. Makanya saya selalu berpesan kepada siapapun yang saya temui untuk selalu menjaga adab dan kesederhanaan, untuk menciptakan ketenangan dan ketentraman di masyarakat. Dadio wiguno kanggo wong liyo (jadikan diri kita bermanfaat untuk orang lain)," pungkasnya. //Sik

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close