POPULER

Kirab Kerbau Bule dan Tuntunan Introspeksi Diri di Malam 1 Suro

Kirab Kerbau Bule dan Tuntunan Introspeksi Diri di Malam 1 Suro

WARTAJOGLO, Solo - Lima ekor kerbau bule keturunan Kyai Slamet, berjalan perlahan memecah kerumunan warga Solo yang bergerombol di pelataran Kori Kamandungan, Keraton Surakarta Hadiningrat pada Rabu 19 Juli 2023 malam. 

Kedatangan kerbau di saat menjelang puncak malam pergantian tahun ini, menandai dimulainya kirab pusaka milik keraton pecahan Mataram itu. 

Karena itulah, ribuan warga dengan antusias menantikan arak-arakan kirab pusaka, yang dibuka dnegan iring-iringan kerbau Kyai Slamet. 

Ada beberapa pusaka berbentuk tombak yang ikut dikirab di belakang Kyai Slamet. 

Namun terkait jenis dan namanya tidak ada seorangpun yang tahu. Karena pihak keraton memang merahasiakannya, demi terjaganya kerahasiaan kekuatan dari keraton.

Kerbau Kyai Slamet saat melintas di kawasan Gladak dalam kirab Malam 1 Suro

Pusaka memang menjadi salah satu penopang kekuatan keraton. Sehingga bila pusaka-pusaka itu dikirab, maka tentu akan ada kekosongan di beberapa pilar penyangga kekuatan di dalam keraton. Sehingga akan rentan diterobos oleh mereka yang berniat jahat. 

Maka dari itu, demi menjaga rahasia kekuatan keraton itu sendiri, nama-nama pusaka sengaja tidak diberitahukan ke masyarakat umum.

Bahkan tak hanya merahasiakan nama dan jenisnya, ribuan abdi dalem juga dilibatkan untuk mengawal pusaka-pusaka ini. 

Selain menjadi bagian dari ritual pergantian tahun, barisan ribuan abdi dalem keraton yang ikut dalam kirab juga bisa menjadi petunjuk terkait kekuatan pendukung keraton. 

Dengan berjalan tanpa alas kaki, para abdi dalem ini meyakini bahwa apa yang dilakukannya akan memberi dampak positif dalam perjalanan hidupnya ke depan. 

Sebab apa yang dilakukan adalah bagian dari iktiar atau tirakat di malam pergantian tahun. 

Bulan Suci

Datangnya malam pergantian tahun memang memiliki makna tersendiri bagi sebagian besar masyarakat Jawa, terutama yang tinggal di wilayah Surakarta dan sekitarnya. 

Ini karena datangnya bulan Suro yang menjadi bulan awal pada penanggalan kalender Jawa diyakini bisa memberi warna tersendiri dalam kehidupan manusia untuk satu tahun ke depan. 

Segala apa yang terjadi pada malam tahun baru itu dipandang akan mewarnai keseluruhan waktu hidup manusia selama satu tahun ke depan. 

Karena itulah pada malam tersebut, setiap orang dianjurkan untuk selalu melakukan tirakat sambil berdoa. Agar Tuhan senantiasa bisa memberikan keselamatan dan berkah dalam hidupnya. 

Nah, kirab pusaka keraton yang salah satunya adalah kerbau Kyai Slamet adalah bentuk simbolik dari tirakat tersebut. 

Sebab dalam acara tersebut, seluruh orang yang ikut serta dalam upacara memang tengah menjalani satu lelaku spiritual khusus. Yang salah satunya adalah tidak boleh saling bertegur sapa, apalagi berkata-kata kotor selama melakukan kirab. 

"Kirab pusaka menjadi puncak dari rangkaian ritual malam 1 Suro. Sebab sebelumnya juga ada beberapa prosesi ritual berupa wilujengan untuk memperingati haul Sinuhun Paku Buwono X yang meninggal pada 1 Suro," jelas Pengageng Sasono Wilopo KP Dani Nur Adiningrat di sela-sela persiapan rangkaian kirab pusaka.

Kirab sendiri adalah sebuah prosesi sakral yang menyangkut komunikasi batin antara manusia dengan Sang Pencipta. Karena itulah mereka yang ikut dalam kirab tersebut diharuskan untuk berkonsentrasi penuh hingga acara selesai. 

Pada prosesi kirab Kyai Slamet, Dani menyebut bahwa awalnya pihak keraton telah menyiapkan enam ekor. 

Namun beberapa saat sebelum pelaksanaan kirab, ternyata salah satu kerbau melahirkan, sehingga yang dikirab hanya 5 ekor.

Sementara di tempat terpisah, budayawan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang juga adik Sinuhun Paku Buwono XIII, KGPH Puger menyebut, bahwa bulan Suro sebagai bulan yang baik untuk iktiar.

Karena itu hendaknya sebelum melakukan laku batin tersebut, tubuh dan jiwa harus dalam keadaan bersih dan suci.

"Suro adalah bulan suci untuk introspeksi diri. Untuk menyambut Suro ini baiknya kita dalam keadaan bersih dan suci. Makanya sebelum tirakat atau ikut kirab hendaknya bersuci dulu baik itu mandi ataupun wudhu. Bahkan kalau perlu sehari sebelumnya juga puasa. Tujuannya tentu agar komunikasi yang dijalin bisa berjalan dengan baik. Sehingga segala harapan yang ada di hati bisa terkabul,” tandasnya. //Bang

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close