POPULER

Mengantar Arwah dengan Membakar Kapal di Upacara King Hoo Ping

Mengantar Arwah dengan Membakar Kapal di Upacara King Hoo Ping

WARTAJOGLO, Solo - Sebuah ritual ibadah unik digelar oleh Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) pada Minggu 10 September 2023 di Lithang Gerbang Kebajikan, Jalan jagalan, Kota Solo.

Ritual yang dinamakan upacara sembahyang arwah atau King Hoo Ping tersebut digelar bertepatan dengan tanggal 26 bulan ke-7 tahun 2574 Imlek.

Yang mana menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, merupakan bulan di mana para arwah akan datang ke dunia dan mengunjungi keluarganya.

Replika kapal dibakar di halaman Lithang sebagai simbol penyempurnaan arwah dalam upacara King Hoo Ping

Namun terkadang, ada banyak keluarga yang tidak perhatian dengan para arwah leluhur mereka. Sehingga kemudian mereka tidak menggelar ritual untuk menjamu para arwah tersebut.

Untuk itulah, selanjutnya masyarakat keturunan Tionghoa lantas menggelar sembahyang King Hoo Ping secara bersama-sama di Lithang ataupun kelenteng.

Tujuannya agar bisa menjamu para arwah yang turun ke bumi tersbeut, serta kemudian mengantarnya kembali ke dunia arwah dengan sebuah ritual khusus.

Beragam jamuan pun disediakan di atas altar sebagai pelengkap dalam sembahyangan ini, yang berupa berbagai jenis makanan dan minuman.

Yang menarik, jamuan itu dibagi dalam dua kelompok yakni jamuan untuk yang vegetarian serta umum.

Pendeta memimpin doa di depan altar berisi beragam sesaji untuk menghormati arwah

"Meski ini hanya sebuah simbolisasi jamuan kita terhadap arwah leluhur, tentunya kita juga menyesuaikan dengan kesukaan mereka semasa hidup. Kalau semasa hidupnya mereka seorang vegetarian, tentunya tidak akan mungkin mau memakan sajian daging. Karena itulah jamuan itu kita bagi dalam dua kelompok," jelas Ws. Adjie Chandra, pendeta yang memimpin sembahyang King Hoo Ping.

Selain sesaji beragam makanan, ada satu benda yang tak kalah menarik perhatian siapapun yang melihatnya. Yakni sebuah replika kapal berukuran panjang sekitar 2 meter, yang di dalamnya berisi gulungan kertas berwarna paduan merah dan emas.

Gulungan kertas ini menurut Adjie adalah simbolisasi dari arwah-arwah leluhur yang didoakan pada sembahyang King Hoo Ping kali ini.

"Kali ini ada sekitar 560 an arwah leluhur yang kita doakan. Dan Kapal ini adalah simbol alat transportasi yang akan mengantar mereka kembali ke alam keabadian. Karena itulah, nantinya di akhir ibadah, kapal ini akan kita bakar sebagai simbol penyempurnaan," ungkap Adjie yang merupakan pendeta muda di Lithang Gerbang Kebajikan.

Masyarakat Tionghoa sendiri biasanya menggelar ibadah secara khusus sebanyak 3 kali dalam setahun, yakni pada tahun baru Imlek, lalu pada saat Cingbing serta King Hoo Ping.

Hal ini dilakukan sebagai wujud penghormatan mereka pada arwah leluhur yang telah banyak berjasa.

Karena itulah dalam ajaran Khonghucu, para umatnya diperintahkan untuk selalu menghormati para arwah leluhur itu dengan memosisikan mereka seolah masih hidup. Sehingga salah satu wujudnya adalah dengan emmberikan persembahan makanan yang disukainya semasa hidup.

Menurut legenda, pada Jit Gwe (bulan 7 Imlek ) pintu akherat dibuka, para arwah diberikan kesempatan untuk turun ke dunia menengok sanak keluarganya.

Untuk itu masyarakat Tionghoa khususnya umat Khonghucu diwajibkan melakukan sembahyang penghormatan kepada mereka yang dilaksanakan tgl 15 bulan 7 Imlek (Jit Gwe Poa) di rumah masing-masing.

Sedangkan di akhir Jit Gwe sebelum para arwah kembali ke alamnya diadakan upacara King Hoo Ping untuk menghormati mereka seakan mengantar mereka untuk segera kembali.

Dan MAKIN Surakarta biasanya memilih hari Minggu yang paling akhir di bulan 7 Imlek (10 September 2023).

Karena itulah, bagi masyarakat Tionghoa yang masih memegang adat tradisional, pada Jit Gwe ini ada yang pantang mengadakan kegiatan hajatan misalnya pernikahan atau yang lainnya.

Hal ini lantaran bulan 7 Imlek diyakini sebagai bulan khusus untuk persembahyangan.

"Upacara sembahyang King Hoo Ping merupakan bentuk pendidikan etika moral dan budi pekerti kepada umat Khonghucu khususnya para generasi muda, agar selalu mengenang para leluhur serta bersedia membantu orang lain," pungkas Adjie. //Bang

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close