Gusti Bhre (kiri) dan Iwan Fals (kanan) melakukan penanaman pohon sawo kecik di sisi timur Pura Mangkunegaran |
WARTAJOGLO, Solo - Sebagai rangkaian acara Pengetan Kamardikan Indonesia, Pengageng Pura Mangkunegaran, KGPAA Mangkunagoro X bersama penyanyi legendaris Iwan Fals, melakukan penanaman pohon sawo kecik di sisi timur Pura Mangkunegaran, pada Sabtu 17 Agustus 2024.
Iwan Fals sendiri hadir karena kebetulan akan mengisi acara dalam Konser Dua Generasi yang digelar di Pamedan Pura Mangkunegaran pada Minggu 18 Agustus 2024.
Penanaman pohon sawo kecik ini tidak hanya sekadar aksi seremonial, namun mengandung makna filosofis yang mendalam.
Sawo kecik (Manilkara kauki) adalah salah satu tanaman yang memiliki makna mendalam dalam budaya Jawa.
Pohon ini, meskipun kecil dan sederhana, menyimpan filosofi yang kaya dan sarat dengan nilai-nilai kehidupan yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Tidak hanya sebagai tanaman hias atau peneduh, sawo kecik memiliki simbolisme yang erat kaitannya dengan kebijaksanaan, kebaikan, dan kesederhanaan.
Dalam bahasa Jawa, kata “sawo” berasal dari “sarwo” yang berarti serba, dan “kecik” yang berarti kecil. Namun kata kecik juga dimaknai sebagai becik atau baik.
Gabungan kedua kata ini melahirkan makna bahwa kebaikan bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, bahkan dari hal-hal yang kecil sekalipun.
Filosofi ini mengajarkan bahwa tidak ada kebaikan yang terlalu kecil untuk dilakukan, dan bahwa kebijaksanaan sering kali tumbuh dari tindakan-tindakan sederhana yang penuh keikhlasan.
Pohon sawo kecik sering ditanam di sekitar rumah, terutama di halaman keraton atau tempat-tempat suci di Jawa.
Ini menunjukkan bahwa meskipun pohon ini tidak memiliki penampilan yang mencolok, ia tetap dihargai dan diberikan tempat khusus.
Ini mencerminkan ajaran hidup sederhana yang sering diajarkan dalam budaya Jawa, di mana kesederhanaan dianggap sebagai nilai yang luhur dan harus dipertahankan.
Selain itu, masyarakat Jawa juga percaya bahwa sawo kecik memiliki kekuatan magis sebagai penolak bala atau penjaga dari pengaruh buruk.
Oleh karena itu, pohon ini sering ditanam di tempat-tempat yang dianggap keramat atau di lingkungan rumah untuk menjaga penghuninya dari marabahaya.
Keyakinan ini menambah dimensi spiritual pada makna sawo kecik, menjadikannya lebih dari sekadar tanaman biasa.
Sawo kecik juga memiliki nilai historis yang kuat dalam kebudayaan Jawa. Di masa lalu, buah sawo kecik sering digunakan dalam berbagai upacara adat sebagai bagian dari persembahan atau sesaji.
Buahnya yang kecil dan manis melambangkan kehidupan yang penuh dengan kebaikan dan kebahagiaan.
Hingga kini, sawo kecik masih sering muncul dalam berbagai ritus tradisional, mempertahankan keberadaannya sebagai simbol yang penting dalam budaya Jawa.
Di era modern, sawo kecik tetap relevan sebagai simbol kebaikan dan kebijaksanaan, terutama di tengah kehidupan yang semakin kompleks.
Filosofi yang terkandung dalam sawo kecik mengingatkan kita untuk tidak melupakan pentingnya tindakan-tindakan kecil yang bermakna, serta untuk terus menjaga kesederhanaan dan kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Pohon sawo kecik mengajarkan kita bahwa dalam kesederhanaan, tersimpan kekuatan besar untuk berbuat kebaikan.
Maknanya yang dalam dan filosofis membuatnya terus dihormati dan dilestarikan dalam kebudayaan Jawa hingga hari ini, sebagai warisan yang sarat dengan nilai-nilai kebajikan dan kebijaksanaan.
Sarat Makna Filosofis, Ini Tujuan Gusti Bhre Ajak Iwan Fals Tanam Pohon Sawo Kecik di Pura Mangkunegaran https://t.co/cOOcLf3cBA
— 🇼🇦🇷🇹🇦🇯🇴🇬🇱🇴 (@wartajoglo) August 19, 2024
Iwan Fals menyambut baik kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Sebab langkah ini juga sebagai bentuk respon terhadap tantangan besar dalam isu lingkungan, khususnya terkait perubahan iklim, deforestasi, dan kerusakan ekosistem.
“Alhamdulillah menanam kebaikan, ya makin sayang sama lingkungan dan kita nggak bisa hidup tanpa oksigen. Ini dimulai dari tempat yang central ya, Mangkunegaran,” ujar Iwan Fals.
Setelah penanaman pohon, KGPAA Mangkunagoro X atau yang akrab disapa Gusti Bhre mengundang Iwan Fals beserta rombongannya untuk bersantai di Taman Pracima.
Mereka disambut dengan atraksi dari prajurit Pura Mangkunegaran dan disuguhi jamu beras kencur sebagai welcome drink, menciptakan suasana yang semakin hangat dan akrab.
Kegiatan Pengetan Kamardikan Indonesia di Pura Mangkunegaran tidak hanya berhenti di situ.
Serangkaian acara lainnya seperti Konser Dua Generasi, Festival Kuliner Dua Generasi, dan Mangkunegaran Digital Day akan digelar selama dua hari, pada 17-18 Agustus 2024.
Acara ini dibuka oleh Marah Andhika, Direktur Sisiplus Kata Data. Dalam sambutannya, Andhika menyampaikan rasa syukur dan semangat kolaborasi dalam mewujudkan acara yang diharapkan dapat memberikan hiburan sekaligus dampak positif bagi masyarakat.
"Kata Data bersama Mangkunegaran sekali lagi berkolaborasi dan kami sangat senang sekali dapat mewujudkan salah satu kegiatan yang baru, dan ini memang semangatnya adalah bagaimana memberikan hiburan dan kegiatan yang Insya Allah punya dampak untuk kita semua,” ujarnya.
Rangkaian acara ini menunjukkan betapa pentingnya merawat tradisi, lingkungan, serta membangun kesadaran bersama demi masa depan yang lebih baik.
Melalui kolaborasi antara budaya, musik, dan aksi nyata, Pura Mangkunegaran berhasil menyatukan berbagai elemen masyarakat dalam semangat kemerdekaan yang sejati. //Bang