![]() |
Mendikdasmen RI, Prof. Abdul Mu'ti saat memberikan tausiyah di acara Milad Muhammadiyah dan RS PKU Muhammadiyah Surakarta |
WARTAJOGLO, Solo - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI, Prof. Dr. Abdul Mu'ti, M.Ed, menyampaikan pesan penting tentang kemakmuran bersama, dalam tabligh akbar yang digelar untuk memperingati Milad Muhammadiyah ke-112, Milad RS PKU Muhammadiyah Surakarta ke-97, dan Hari Bermuhammadiyah.
Acara ini berlangsung pada Minggu, 8 Desember 2024, di halaman parkir RS PKU Muhammadiyah Surakarta.
Mengangkat tema "Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua," Abdul Mu'ti mengajak seluruh masyarakat untuk terus berupaya mewujudkan kemakmuran yang berlandaskan nilai-nilai keimanan dan moral.
Menurutnya, tema ini relevan dengan perjuangan Muhammadiyah untuk menghadirkan kesejahteraan yang tidak hanya bersifat material, tetapi juga mendatangkan rahmat Tuhan.
Dalam ceramahnya, Abdul Mu'ti menjelaskan bahwa konsep kemakmuran memiliki akar teologis yang kuat dalam Al-Quran.
Ia mengutip beberapa ayat, seperti Surat Ar Rum ayat 9, yang menggambarkan bangsa-bangsa yang berupaya memakmurkan diri namun gagal karena hanya berfokus pada kemakmuran material.
Sementara itu, Surat Hud ayat 61 menyebutkan bahwa manusia memiliki kewajiban untuk menciptakan kemakmuran di bumi, karenanya Tuhan memilih pemimpin dari kaum itu sendiri.
Abdul Mu'ti menegaskan bahwa pemimpin yang memahami kondisi dan kebutuhan kaumnya akan lebih mampu membawa mereka menuju kesejahteraan.
"Dalam Quran dijelaskan bahwa Allah selalu mengangkat pemimpin dari satu kaum, yang diambil dari kaum itu sendiri. Hal ini tentu bertujuan agar dia bisa memahami dan lebih mudah untuk membawa kaum itu pada kemakmuran yang diharapkan," ujar Abdul Mu'ti.
Ditambahkan pula bahwa Tuhan mengutus seorang rasul dikarenakan dalam satu kaum itu terjadi iliterate.
"Namun iliterate di sini bukan berarti bodoh, tapi lebih pada konteks tuna moral. Sebelum nabi Muhammad diutus, di Arab sebelumnya sudah banyak orang pandai. Hanya saja kepandaian itu tidak diimbangi dengan akhlak yang baik. Sehingga terciptalah kondisi yang dinamakan jahiliyah," lanjut Mendikdasmen.
Karena itulah, untuk bisa mengubah kondisi tersebut, diutuslan Nabi Muhammad yang berasal dari bangsa Arab,sehingga bisa lebih mudah untuk memahami situasi yang ada.
"Allah selalu mengutus pemimpin atau rasul itu dengan bahasa dari kaum yang dipimpinnya. Nabi Musa misalnya, dia menggunakan Kitab Taurat yang berbahasa Ibrani. Lalu Nabi Muhammad dengan menggunakan bahasa Arab. Sehingga (pemimpin) Wong Jawa nek ora njawani, berarti tidak sesuai dengan tuntunan Quran," tandasnya.
Istilah njawani di sini merujuk pada kemampuan memahami dan menerapkan falsafah masyarakat Jawa yang menjunjung nilai-nilai luhur seperti kebijaksanaan, gotong royong, dan keadilan.
Bicara Soal Kemakmuran, Mendikdasmen: Wong Jawa Nek Ora Njawani, Berarti tidak Sesuai Tuntunan Quran https://t.co/E24CEPo9dG
— 🇼🇦🇷🇹🇦🇯🇴🇬🇱🇴 (@wartajoglo) December 9, 2024
Abdul Mu'ti berharap agar tema "Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua" tidak hanya menjadi slogan, tetapi juga menjadi spirit yang diimplementasikan oleh seluruh masyarakat.
Dengan demikian, cita-cita para pendiri bangsa dan Muhammadiyah untuk menciptakan kesejahteraan yang menyeluruh dapat tercapai.
Selain diisi dengan tausiyah oleh Abdul Mu'ti, acara ini juga menjadi momen istimewa bagi RS PKU Muhammadiyah Surakarta.
Pihak rumah sakit memberikan penghargaan kepada beberapa pegawai yang telah mengabdi selama 25 tahun, sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi mereka. //Bang