![]() |
Dr. BRM. Kusumo Putro, SH, MH, Ketua Forum Budaya Mataram |
WARTAJOGLO, Solo - Penetapan Hari Bahasa di kampus Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta pada Jumat 14 Februari 2025, langsung mendapat respon positif dari masyarakat Kota Solo.
Sebab dengan penetapan hari bahasa yang mewajibkan seluruh civitas akademika Unisri menggunakan Bahasa Jawa dalam percakapan di Hari Selasa, dilihat sebagai upaya pelestarian budaya Jawa yang saat ini semakin tergerus modernisasi.
Salah satu apresiasi diberikan oleh Ketua Forum Budaya Mataram (FBM) Dr. BRM. Kusumo Putro, SH, MH, yang melihat hal ini sebagai momentum kebangkitan bahasa Jawa, serta bagian dari upaya pelestarian budaya.
Hal ini penting karena bagaimanapun Solo selama ini dikenal sebagai Kota Budaya. Sehingga tentunya pelestarian budaya Jawa dalam hal ini bahasanya juga harus selalu jadi perhatian.
"Saya sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan oleh Unisri yang mewajibkan penggunaan bahasa Jawa pada hari tertentu. Hal ini merupakan langkah positif dalam upaya pelestarian budaya Jawa serta menguatkan predikat Solo sebagai Kota Budaya," ujar Kusumo pada Minggu 16 februari 2025.
Bagi Kusumo, pelestarian bahasa Jawa sangat penting karena bahasa yang satu ini memiliki banyak keistimewaan.
"Bahasa Jawa memiliki keistimewaan yang erat kaitannya dengan budaya masyarakat Jawa. Keistimewaan ini mencerminkan nilai-nilai sosial, tata krama, serta filosofi hidup yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa," lanjutnya.
Menurut Kusumo, penggunaan bahasa Jawa tidak sekadar untuk komunikasi, tetapi juga mencerminkan etika, tata krama, dan sikap rendah hati.
"Masyarakat Jawa diajarkan untuk berbicara dengan lembut, tidak kasar, dan menghindari konfrontasi langsung. Karenanya di masyarakat Jawa ada tiga tingkatan bahasa yang terkait dnegan penerapannya saat berkomunikasi. Yakni krama inggil, krama madya dan ngoko," jelasnya.
Kusumo juga mengusulkan agar langkah yang dilakukan Unisri dapat dijadikan contoh bagi Pemerintah Kota Surakarta.
Sebab ia menyoroti kebijakan Pemkot yang mewajibkan penggunaan pakaian adat Jawa setiap hari Kamis, tetapi belum diiringi dengan kewajiban penggunaan bahasa Jawa
"Saat ini kan pemkot sudah punya kebijakan memakai baju adat di hari Kamis. Tapi sayangnya hal itu tidak diikuti dnegan kewajiban menggunakan bahasa Jawa. Makanya apa yang dilakukan Unisri ini hendaknya dijadikan pelajaran untuk bisa diterapkan," tutur Kusumo.
Pria yang aktif dalam berbagai kegiatan budaya di Kota Solo ini pun mengimbau hendaknya kewajiban penggunaan bahasa Jawa pada hari tertentu, juga bisa diterapkan di lingkungan kantor pemerintahan yang lain, baik itu di tingkat legislatif, dinas serta BUMN dan BUMD.
Peringatan HUT Kota Solo ke-280 pada 17 Februari 2025, menurut Kusumo bisa dijadikan momentum untuk menerapkan kewajiban penggunaan bahasa Jawa, sebagai penguat identitas Kota Solo sebagai kota budaya.
"Saya berharap nantinya ada semacam Perwali yang mewajibkan penggunaan bahasa Jawa di lingkungan pemerintahan baik eksekutif maupun legislatif, pada hari tertentu. Serta perusahaan-perusahaan BUMN maupun BUMD, dan bahkan sekolah," harap Ketua Dewan Pemerhati dan Penyelamat Seni Budaya Indonesia (DPPSBI) ini.
Penerapan di sekolah menurut Kusumo sangat penting. Karena dia melihat bahwa porsi pelajaran bahasa Jawa yang selama ini diterapkan di sekolah sangat kurang. Sehingga para siswa saat ini masih banyak yang asing dengan bahasa Jawa.
"Saya melihat saat ini banyak anak muda terutama yang usia sekolah, sudah tidak bisa berbahasa Jawa dengan baik. Makanya saya melihat penting sekali untuk menerapkan pembiasaan penggunaan bahasa Jawa yang baik pada hari tertentu di sekolah-sekolah, dari tingkat bawah sampai atas," tandasnya.
Pentingnya Pelestarian Bahasa Jawa, Ketua FBM Dorong Pemkot Surakarta Terbitkan Kebijakan Khusus https://t.co/mmOXcNtIMz
— 🇼🇦🇷🇹🇦🇯🇴🇬🇱🇴 (@wartajoglo) February 16, 2025
Dengan kebijakan ini, diharapkan Bahasa Jawa dapat terus lestari dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa, terutama di Kota Solo yang dikenal sebagai pusat kebudayaan Jawa.
"Sekali lagi, bahasa bukan sebatas alat komunikasi, tapi juga alat pemersatu dan identitas bangsa. Karena itulah saya melihat upaya pelestarian bahasa daerah tidak hanya dilakukan untuk Bahasa Jawa saja. Tapi juga untuk daerah yang lain. Mengingat Indonesia ini memiliki ribuan bahasa daerah," pungkas Kusumo. //Sik