TfG6TUW8BUO7GSd6TpMoTSd7GA==
,, |

Headline News

Rayakan Perjalanan 100 Tahun Musik Keroncong, Lokananta Hadirkan “Senandung Lokananta, Seabad Keroncong Surakarta”

Pengunjung melihat benda-benda yang berkaitan dengan sejarah keroncong di salah satu ruangan pameran "Senandung Lokananta, Seabad Keroncong Surakarta"

WARTAJOGLO, Solo - Bertajuk “Senandung Lokananta: Seabad Keroncong Surakarta”, studio legendaris Lokananta menggelar pameran temporer yang menjanjikan pengalaman imersif bagi para pecinta musik dan sejarah budaya Indonesia.

Pameran yang dibuka untuk umum mulai 28 Juni hingga 30 November 2025, di Galeri Lokananta, ini merupakan penghormatan terhadap warisan panjang musik keroncong.

Musik keroncong sendiri merupakan genre yang telah mengakar sejak abad ke-16 dan terus bertransformasi namun tetap menjaga identitas lokalnya. 

Dari Keroncong Tugu hingga Keroncong Soloan, keroncong tumbuh sebagai bentuk negosiasi budaya yang unik dan khas, mengiringi perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

Mengangkat tajuk "Seabad Keroncong Surakarta", pameran ini menyajikan kaleidoskop visual dan dokumentatif yang menggambarkan dinamika perkembangan musik keroncong di Kota Solo. 

Pameran dibagi ke dalam tiga segmen utama: Rangkaian, Momentum, dan Sepanjang Masa.

Rangkaian menyajikan narasi sejarah panjang keroncong di Surakarta, dari akar kolonialnya hingga menjadi bagian dari identitas budaya lokal.

Momentum menggali peristiwa-peristiwa bersejarah seperti Keroncong Concours, Bintang Radio, dan munculnya subgenre seperti langgam dan Stamboel.

Dan Sepanjang Masa mengajak pengunjung untuk mengenal lebih dekat sosok-sosok penting yang mewarnai musik keroncong, dari Waldjinah hingga Gesang.

“Pameran ini adalah perayaan historis dan artistik dari musik keroncong yang telah menjadi bagian dari identitas bangsa. Lewat arsip langka, instalasi audio-visual, dan memorabilia musisi legendaris, kami ingin menghadirkan kembali semangat serta estetika musik yang telah membentuk karakter musikal Indonesia,” ujar Wendi Putranto, CEO Lokananta.

Wendi juga menegaskan bahwa salah satu misi dari digelarnya pameran ini adalah untuk mengenalkan keroncong ke generasi muda.

"Pameran keroncong ini kami hadirkan salah satu misinya adalah untuk mengenalkan musik keroncong ke generasi muda, di tengah gempuran musik pop dari luar negeri," ungkapnya.

Berbeda dengan pameran sebelumnya, Senandung Lokananta sepenuhnya diinisiasi dan digarap oleh tim internal Galeri Lokananta bekerja sama dengan Rupa Rupa Collective, kelompok art handling asal Surakarta. 

Leica Kartika, sang kurator, bersama tim arsiparis Lokananta—Bemby Ananto dan Sherina—melakukan penelusuran mendalam, mengunjungi tempat-tempat penting seperti RRI Surakarta, rumah Waldjinah, hingga kediaman maestro Gesang.

Turut terlibat juga Erie Setiawan, peneliti utama yang dikenal lewat proyek Ensiklopedia Musik Keroncong. 

Kehadiran para pakar ini menjadikan pameran tak hanya informatif, tapi juga sangat kaya secara akademik dan emosional.

“Lewat pameran ini, kami ingin menegaskan bahwa keroncong bukan sekadar musik tempo dulu, melainkan budaya populer yang terus hidup, dekat dengan masyarakat, dan lintas generasi,” ungkap Leica Kartika.

Pameran ini juga dimeriahkan dengan berbagai program publik, di antaranya Roadshow Solo Keroncong Festival, Workshop Merangkai Bunga dan Lirik Keroricong, Peringatan 80 Tahun Waldjinah, Walking Tour ke Lokus Keroncong serta Bedah Buku dan Jagongan RRI.

Rangkaian acara ini menjadikan Lokananta tak hanya sebagai galeri sejarah, tetapi juga ruang hidup bagi komunitas dan pecinta musik keroncong untuk terus berinteraksi dan merayakan warisan budaya. //Bang

Type above and press Enter to search.