![]() |
Kemendiktisaintek memberi dukungan perubahan politeknik menjadi Universitas Terapan |
WARTAJOGLO, Jakarta — Sebuah momentum besar tengah terbuka lebar di dunia pendidikan tinggi Indonesia.
Pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), menyatakan komitmen kuat untuk mendorong transformasi pendidikan vokasi ke tingkat yang lebih tinggi.
Dalam sebuah audiensi strategis yang berlangsung Selasa 3 Juni 2025 siang di kantor Kemdiktisaintek, Jakarta, Mendiktisaintek Prof. Brian Yuliarto, Ph.D., secara terbuka mendukung gagasan menjadikan politeknik sebagai universitas terapan.
Pertemuan penting ini menghadirkan jajaran pengurus nasional Perkumpulan Politeknik Swasta Indonesia (PELITA), termasuk Ketua Umum Akhwanul Akhmal dan para ketua bidang.
Tak ketinggalan para pejabat kunci dari pemerintah seperti Dirjen Dikti Prof. Khairul Munadi, Direktur Sumberdaya Prof. Dr. Sri Suning Kusumawardani, dan Direktur Kelembagaan Prof. Mukhamad Najib.
Salah satu agenda utama yang diangkat PELITA adalah pentingnya menghapus stigma lama bahwa politeknik hanyalah “kelas dua” dalam sistem pendidikan tinggi.
Ketua Umum PELITA, Akhwanul Akhmal, dengan tegas menyatakan bahwa politeknik bukan sekadar alternatif universitas, melainkan mitra sejajar yang menawarkan pendidikan berbasis keterampilan dan kebutuhan nyata dunia kerja.
“Ini bukan sekadar perubahan nama, melainkan perubahan paradigma,” tegas Akhwanul.
Dalam paparan strategisnya, PELITA mengusulkan reorganisasi kelembagaan yang revolusioner: membedakan antara universitas akademik berbasis riset dan sains dengan universitas terapan berbasis vokasi.
Usulan ini dinilai akan memperjelas identitas pendidikan vokasi di tengah tantangan globalisasi dan revolusi industri 4.0.
Lebih lanjut, PELITA menekankan perlunya penyelarasan antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri.
Gagasan seperti program dual system, kurikulum berbasis kebutuhan lapangan kerja, serta sertifikasi industri terintegrasi menjadi titik tekan utama.
Salah satu isu yang selama ini kerap terabaikan adalah karier dosen vokasi. PELITA menyoroti bahwa jalur karier dosen vokasi seharusnya tidak diseragamkan dengan jalur akademik.
Karya nyata di industri, inovasi teknologi tepat guna, dan kontribusi langsung ke dunia kerja harus menjadi indikator utama, bukan sekadar publikasi ilmiah.
Ginanjar Wiro Sasmito, Direktur Eksekutif PELITA, menambahkan bahwa politeknik harus dipandang sebagai pilar utama pendidikan vokasional, bukan pelengkap.
“Kami tidak minta perlakuan istimewa. Cukup pengakuan dan dukungan setara,” ujarnya tegas.
Menanggapi seluruh usulan tersebut, Menteri Brian Yuliarto menyatakan dukungan penuhnya.
Ia menyebut inisiatif PELITA sebagai cerminan realitas di lapangan dan selaras dengan arah kebijakan nasional.
“Pendidikan vokasi adalah prioritas. Kami sedang menyiapkan transformasi menyeluruh, termasuk akreditasi, pendanaan berbasis kinerja, dan kemitraan industri,” kata Menteri Brian.
Audiensi ini bukan sekadar pertemuan formal, melainkan titik temu antara aspirasi dan kebijakan.
Transformasi Politeknik menjadi Universitas Terapan, Mendiktisaintek: Pendidikan Vokasi adalah Prioritas https://t.co/zXMiB5yMew
— 🇼🇦🇷🇹🇦🇯🇴🇬🇱🇴 (@wartajoglo) June 6, 2025
Dengan sinergi yang kuat antara komunitas politeknik dan pemerintah, Indonesia sedang menapaki jalur yang menjanjikan menuju sistem pendidikan tinggi yang lebih relevan, inklusif, dan berdaya saing global.
Transformasi ini membuka peluang besar bagi politeknik untuk berperan strategis dalam mencetak SDM unggul, menjadi garda terdepan dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. //Bang