![]() |
Program Studi Teknologi Laboratorium Medis (TLM) Politeknik Indonusa Surakarta menyelenggarakan seminar kesehatan bertajuk “Kontrol Diabetes Melitus, Kendalikan Stres” |
WARTAJOGLO, Solo - Dalam angka prevalensi penyakit degeneratif di Indonesia, diabetes melitus menempati posisi yang semakin mengkhawatirkan.
Bukan hanya menyasar usia dewasa dan lanjut usia, kini penyakit ini juga mulai mengincar kelompok usia remaja akibat pola hidup modern dan tekanan psikologis yang kian tinggi.
Melihat fenomena ini, Program Studi Teknologi Laboratorium Medis (TLM) Politeknik Indonusa Surakarta mengambil langkah strategis dengan menyelenggarakan seminar kesehatan bertajuk “Kontrol Diabetes Melitus, Kendalikan Stres” yang digelar di aula Kampus 2 Politeknik Indonusa Surakarta, pada Senin 30 Juni 2025 lalu.
Seminar ini tidak hanya menjadi wadah edukasi ilmiah, tetapi juga menjadi ruang kolaborasi antara mahasiswa, dosen, dan praktisi kesehatan.
Tujuannya untuk membedah lebih dalam hubungan antara stres kronis dan gangguan metabolik pada penderita diabetes melitus, serta bagaimana teknologi laboratorium medis memiliki peran penting dalam menegakkan diagnosis yang akurat dan presisi.
dr. Wahyu Aji Wibowo, M.Sc., Sp.PD, FINASIM, selaku narasumber utama sekaligus Wakil Direktur Penunjang dan Pemasaran RS PKU Muhammadiyah Surakarta, menjelaskan dengan gamblang bagaimana stres kronis berdampak signifikan terhadap gangguan metabolisme tubuh.
Pada pasien diabetes melitus, stres psikologis dapat memicu lonjakan hormon kortisol yang berujung pada peningkatan kadar gula darah.
Mekanisme inilah yang menyebabkan kontrol glukosa menjadi semakin sulit dilakukan, meski pasien sudah mengikuti terapi medis.
Menurut dr. Wahyu, aspek ini sering kali terabaikan dalam pendekatan klinis, padahal manajemen stres adalah bagian tak terpisahkan dalam pengendalian penyakit diabetes.
Karena itu, penguatan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya keseimbangan mental dan fisik menjadi bagian penting dari upaya preventif dan kuratif terhadap penyakit ini.
Ketua Program Studi Teknologi Laboratorium Medis, Ibu Emma Ismawatie, S.ST., M.Kes, dalam sambutannya menegaskan bahwa tenaga laboratorium medis memainkan peran vital dalam upaya deteksi dini, diagnosis, hingga monitoring terapi pada pasien diabetes melitus.
Melalui pemeriksaan laboratorium yang akurat dan dilakukan tepat waktu, risiko komplikasi dapat ditekan secara signifikan.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa akurasi hasil laboratorium bukan hanya soal teknologi semata, tetapi juga membutuhkan tenaga ahli yang kompeten dan memahami secara mendalam mekanisme penyakit yang diperiksa.
"Pemahaman yang kuat mengenai proses metabolik pada diabetes melitus, terutama terkait dengan stres sebagai faktor pemicu, menjadi landasan penting bagi para tenaga TLM dalam menjalankan tugasnya dengan profesional,” tegasnya.
Kegiatan seminar ini menjadi bagian dari komitmen Program Studi TLM untuk tidak hanya menghasilkan lulusan yang siap pakai di dunia kerja, tetapi juga memiliki kedalaman pemahaman ilmiah yang mumpuni.
Dengan menghadirkan narasumber ahli dan membuka ruang diskusi antara akademisi dan praktisi, mahasiswa dibekali wawasan holistik tentang keterkaitan antara aspek klinis, psikologis, dan teknologi laboratorium dalam penanganan diabetes.
Para peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan praktisi kesehatan diajak untuk melihat bahwa diagnosis bukan sekadar proses teknis, melainkan bagian dari pelayanan kesehatan yang membutuhkan ketelitian, ketepatan waktu, serta pemahaman menyeluruh terhadap kondisi pasien.
Seminar ini menegaskan kembali bahwa diagnosis berbasis laboratorium adalah fondasi dari pelayanan kesehatan modern.
Angka Prevalensi Diabetes Makin Tinggi, Ahli Ingatkan Tekanan Psikologi bisa Picu Peningkatan Risiko https://t.co/lHsEC8fxre
— 🇼🇦🇷🇹🇦🇯🇴🇬🇱🇴 (@wartajoglo) July 4, 2025
Diabetes melitus, sebagai penyakit kompleks, membutuhkan pendekatan multidisipliner di mana teknologi laboratorium medis menjadi salah satu kunci utama.
Dengan alat diagnostik yang semakin canggih, TLM dituntut untuk berperan tidak hanya sebagai pelaksana teknis, tetapi juga sebagai mitra strategis dalam pengambilan keputusan klinis. //Kls