TfG6TUW8BUO7GSd6TpMoTSd7GA==
,, |

Headline News

Mengangkat Pariwisata Lewat Arsitektur, Dinda Satriya Utama Terpilih jadi Duta Wisata Wonogiri 2025

Dinda Satriya Utama berfoto bersama Bupati Wonogiri, Setyo Sukarno, usai terpilih jadi Duta Pariwisata Wonogiri 2025

WARTAJOGLO, Wonogiri – Tidak banyak yang menyangka bahwa latar belakang pendidikan di bidang arsitektur bisa menjadi jembatan menuju dunia pariwisata. 

Namun Dinda Satriya Utama, S.Ars, alumni Program Studi Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), membuktikan sebaliknya. 

Dengan gagasan brilian yang menggabungkan arsitektur dan pariwisata, Dinda sukses menyabet gelar Duta Wisata Wonogiri 2025, menginspirasi banyak anak muda di daerahnya.

Kecintaan Dinda terhadap Wonogiri bukan muncul tiba-tiba. Ia sudah lama menyaksikan langsung gegap gempita ajang Duta Wisata di Alun-Alun Giri Krida Bakti, dan dari sanalah benih keinginannya tumbuh. 

“Dua kali saya nonton grand final, dan dari situ muncul niat untuk ikut serta dan berkontribusi bagi daerah,” ujar pria kelahiran Wonogiri itu.

Namun jalan menuju panggung utama tidak mudah. Usaha pertamanya pada tahun 2021 belum membuahkan hasil. 

Tapi Dinda bukan tipe yang mudah menyerah. Ia menjadikan kegagalan sebagai cermin untuk evaluasi diri. Kesempatan terakhir datang di tahun 2024, saat usianya menyentuh batas maksimal peserta.

“Waktu itu sempat kehilangan harapan karena biasanya pengumuman akhir tahun, padahal saya sudah masuk usia 25 tahun bulan Agustus. Tapi ternyata pengumuman kali ini dimajukan ke bulan Mei, jadi saya langsung daftar,” kenangnya.

Berkuliah di UMS, Dinda tidak hanya mengejar gelar, tapi juga kontribusi nyata. Tugas akhirnya berupa desain Tourist Information Center (TIC) yang terintegrasi dengan terminal wisata antar kecamatan di Wonogiri menjadi titik balik yang membedakannya dari peserta lain. 

Gagasan ini ia presentasikan di masa karantina sebagai solusi konkret atas rendahnya konektivitas antar destinasi wisata di daerahnya.

“Wonogiri punya banyak potensi wisata, tapi konektivitasnya kurang. Saya ingin desain ini bisa menjadi solusi aksesibilitas wisatawan,” paparnya.

Proses seleksi Duta Wisata berlangsung hampir satu bulan, termasuk masa karantina selama seminggu. 

Di malam final, Dinda memilih tampil berbeda dengan bakat berbicara menggunakan boneka tangan—menyampaikan pesan penting: jangan takut gagal. 

Sikap jujur, sederhana, dan penuh semangat menjadi daya tarik tersendiri bagi juri.

“Banyak peserta dari SMA, dan dari segi usia saya yang paling senior. Tapi saya memilih tampil jujur dan apa adanya, menunjukkan sisi personal saya, termasuk saat deep interview yang sangat emosional,” ujar Dinda yang kini bekerja sebagai arsitek di perusahaan swasta di Klaten.

Kemenangannya tidak hanya menjadi kebanggaan pribadi, tapi juga membawa nama UMS ke ranah non-akademik. 

Dinda mengaku, nilai-nilai yang ia pelajari selama kuliah, seperti adab, sopan santun, dan etika kepada yang lebih tua, menjadi bekal penting selama masa seleksi.

“Itu semua berbekas dan saya bawa dalam keseharian, termasuk saat berinteraksi dengan sesama finalis dan panitia,” katanya.

Sebagai Duta Wisata, Dinda kini memikul tanggung jawab besar untuk mempromosikan potensi Wonogiri, mulai dari membuat konten media sosial, menyusun program kerja, hingga tampil dalam berbagai event regional. 

Meski tinggal dan bekerja di Klaten, dukungan dari lingkungan kerja memberinya ruang untuk tetap aktif menjalankan peran ini.

Dinda berharap, Wonogiri bisa dikenal lebih luas, terutama destinasi-destinasi tersembunyi yang belum mudah dijangkau. 

Ia juga ingin menjadi inspirasi bagi anak muda untuk tidak takut bermimpi dan mencoba hal-hal baru.

“Kalau tidak dicoba, kita tidak pernah tahu rezeki akan datang dari mana,” tutupnya dengan senyum penuh makna. //Bang

Type above and press Enter to search.