TfG6TUW8BUO7GSd6TpMoTSd7GA==
,, |

Headline News

Resmi Ditutup, ART SURA 2025 Menjadikan Solo Episentrum Seni Rupa dan Budaya Nusantara

Walikota Surakarta Respati Ardi (kiri) bersama Direktur ART SURA dalam penutupan event tersebut

WARTAJOGLO, Solo – Setelah sembilan hari penuh semangat dan kreativitas, gelaran ART SURA 2025 by La Palapa: Indonesia Art Summit resmi ditutup pada Minggu, 29 Juni 2025, di Gedung Kesenian, Taman Balekambang, Surakarta. 

Dengan mengusung tema yang hangat dan penuh memori, “Wedangan, Rindu, dan Kenangan”, ART SURA 2025 tidak hanya menjadi festival seni, tetapi juga peristiwa budaya yang menggugah banyak hati.

Lebih dari 10.000 pengunjung dari dalam dan luar negeri seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Singapura, Korea Selatan, Malaysia, Amerika Serikat hingga Brasil, memadati berbagai titik pameran. 

Mereka berasal dari berbagai kalangan—anak-anak, pelajar, mahasiswa hingga pecinta seni profesional—semua datang dengan tujuan yang sama: merasakan seni, bukan sekadar melihatnya.

ART SURA 2025 tidak hanya menampilkan lukisan dan instalasi seni rupa. Di sini, seni menjadi pengalaman. 

Pengunjung menyentuh karya interaktif, menyelami realitas virtual dalam lukisan maestro Bali Made Wianta, mencoba pakaian digital melalui teknologi Augmented Reality, hingga mencipta karya seni pada jaket jeans bekas dalam proyek Rework Fashion FTW oleh Vonazsar.

Lukisan-lukisan dari para seniman papan atas seperti Ni Nyoman Sani, Bernandi Desanda, Apel Hendrawan, Onar Bermano, dan Gigih Wiyono menjadi magnet utama. 

Karya NFT, Art Toys, hingga AI Art dari komunitas The Collective Solutions dan IDNFT turut memperluas spektrum pengalaman yang ditawarkan ART SURA.

Tidak ketinggalan pertunjukan seni pertunjukan tari kontemporer dan klasik seperti Sus Scrofa: The Human Boar dan Bambangan Cakil oleh SMKN 8 Surakarta, serta penampilan istimewa dari Ki Amar Pradopo, dalang muda kebanggaan Solo, menambah kekayaan nuansa budaya.

Acara ini tidak hanya menjadi perhatian publik, tapi juga mendapatkan pujian tinggi dari kalangan pejabat dan tokoh seni. 

Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha, menyampaikan kekagumannya saat hadir bersama istri pada 26 Juni 2025:

“Selamat kepada ART SURA, sebuah langkah yang berani dan luar biasa. 60 persen senimannya dari Surakarta, dan mayoritas pengunjung anak muda. Ini luar biasa,” katanya.

Seniman dan influencer seni visual, Bill Mohdor, turut hadir dalam sesi diskusi dan menyebut ART SURA sebagai pameran yang memiliki akar budaya kuat. 

Tokoh nasional lainnya seperti Helmy Yahya, Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya, hingga KGPAA Mangkunegara X  juga hadir memberikan apresiasi dan optimisme atas masa depan ART SURA.

ART SURA 2025 memperkenalkan konsep baru: desentralisasi pameran. Taman Balekambang menjadi titik utama, namun perayaan seni meluas ke Museum Keris, Museum Radya Pustaka, Lokananta, Rumah Budaya Kratonan, hingga Headroom Coffee. 

ART SURA juga menggandeng Pura Mangkunegaran untuk menghadirkan Royal Heritage Dinner bagi para kolektor mancanegara.

Rangkaian acara juga disemarakkan dengan diskusi terbuka, live painting, workshop seni anak, lomba vlog dan foto, peluncuran platform digital LAPALAPA.ART, serta kolaborasi lintas sektor dengan UMKM, kafe, dan komunitas kriya.

Dalam penutupan yang penuh makna, Wali Kota Surakarta, Respati Ardi, menyampaikan monolog seni rupa yang menggugah:

“Kami tidak sedang membuat festival. Kami sedang membangun ingatan bersama. ART SURA adalah nafas seni rupa dan budaya yang lahir dari kota Surakarta,” jelasnya.

Ia juga menegaskan komitmen Pemkot untuk terus mendukung para seniman dan mengembangkan ekosistem seni, termasuk rencana pendirian Museum Art of Science di Surakarta.

Sementara itu, Direktur ART SURA, Adrian Zakhary, berharap ART SURA bisa menjadi lebih dari sekedar event tahunan.

“Kami berharap ART SURA menjadi lebih dari sekadar event tahunan. Kami ingin menjadikannya sebagai Intellectual Property (IP) yang hidup, yang bisa hadir dalam bentuk ruang tetap maupun berbagai agenda seni lintas kota,” ucapnya.

Panggung terakhir ART SURA 2025 ditutup dengan pertunjukan wayang kulit kontemporer oleh Ki Amar Pradopo. 

Kisah Gatotkaca dibawakan dengan sentuhan visual modern, menjadi simbol pertemuan masa lalu dan masa depan, tradisi dan teknologi, lokal dan global. //Bang

Type above and press Enter to search.