TfG6TUW8BUO7GSd6TpMoTSd7GA==
,, |

Headline News

Tak Ingin Ada Gejolak Lagi, Yayasan Al Abidin Solo Tegaskan Aturan Ini

Kuasa hukum Yayasan Al Abidin Solo, Imam Al Ghazali Hide Wulakada saat menyampaikan pernyataan sikap yayasan

WARTAJOGLO, Solo — Setelah sempat menjadi sorotan publik Kota Solo beberapa bulan lalu, situasi antara orang tua siswa dan Yayasan Al Abidin kini berangsur kondusif. 

Aksi damai yang sempat digelar tiga kali oleh puluhan orang tua murid di bawah naungan Persatuan Orang Tua Murid Al Abidin (Portal), menjadi babak penting dalam perjalanan komunikasi antara orang tua dan pihak yayasan.

Aksi tersebut menuai perhatian luas lantaran menyuarakan isu-isu sensitif seputar pengelolaan keuangan di lembaga pendidikan bertaraf internasional. 

Tuntutan yang dibawa bukan tanpa dasar. Portal mengangkat sejumlah isu penting, mulai dari transparansi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), evaluasi program Makan Bergizi Gratis (MBG), penolakan terhadap biaya air galon yang dianggap tidak layak minum, hingga permintaan untuk membebaskan guru dari pengelolaan dana sedekah siswa seperti Peduli Kawan (Peka) dan Tabungan Sedekah Subuh Keluarga (TSSK).

Kekecewaan sempat memuncak karena Ketua Yayasan tak hadir dalam tiga kali kesempatan dialog, bahkan ketika difasilitasi langsung oleh DPRD Kota Surakarta dan Dinas Pendidikan. 

Puncaknya, Portal mengancam akan menghentikan pembayaran SPP jika tuntutan tidak segera ditanggapi.

Menanggapi dinamika tersebut, pihak Yayasan Al Abidin mengambil langkah akomodatif dengan menghentikan program Peka dan TSSK. 

Program yang awalnya bertujuan mengasah kepedulian sosial siswa itu, justru dinilai mengganggu ritme belajar dan membuat guru kewalahan karena turut mengelola iuran.

Seiring berjalannya waktu dan beberapa kebijakan baru yang diterapkan, suhu hubungan antara orang tua dan pihak sekolah pun mulai mereda. Situasi yang sempat memanas kini dinilai telah kembali stabil.

Untuk menjaga situasi agar tetap kondusif, pihak Yayasan Al Abidin melalui kuasa hukumnya Imam Al Ghazali Hide Wulakada, berharap tidak ada lagi gejolak.

Sebab gejolak yang sempat muncul kemarin pada dasarnya disebabkan oleh kesalahpahaman mengenai pengelolaan dana yayasan. 

Ia menegaskan bahwa dana yang masuk dari orang tua murid tidak digunakan untuk kepentingan satuan sekolah semata, melainkan juga untuk pengembangan unit pendidikan yayasan secara menyeluruh, termasuk pembangunan di wilayah baru.

“Semua ini berakar pada miskomunikasi. Dana yang masuk akan dikelola untuk kepentingan pengembangan seluruh sekolah di bawah Yayasan Al Abidin, bukan hanya satu sekolah saja,” jelas Al Ghazali saat ditemui di kantornya, kawasan Nusukan, Surakarta, Selasa 29 Juli 2025.

Ia juga menekankan bahwa pihak yayasan berkomitmen menjalankan seluruh kebijakan sesuai regulasi pemerintah melalui Kementerian Pendidikan. 

Oleh karena itu, masukan dari orang tua siswa sebaiknya disampaikan melalui jalur formal, yakni Komite Sekolah, bukan melalui aksi terbuka atau media sosial.

“Untuk menjaga efektivitas dan etika dalam komunikasi, kami hanya akan menanggapi masukan yang masuk melalui Komite Sekolah,” tegasnya.

Lebih lanjut, Al Ghazali mengajak seluruh orang tua siswa untuk membangun kembali jembatan kepercayaan. 

Ia menekankan pentingnya menjaga etika komunikasi, terutama di ruang digital yang rentan menyebarkan informasi keliru atau bahkan mengarah pada pencemaran nama baik.

“Mari jaga semangat kebersamaan. Hindari penyebaran informasi yang bersifat fitnah, karena hanya akan mencederai citra lembaga dan merusak relasi antarwarga sekolah,” tutupnya.

Kini, harapan besar ada pada kedua belah pihak—baik yayasan maupun orang tua siswa—untuk bersama-sama membangun ekosistem pendidikan yang sehat, transparan, dan harmonis. 

Sebab, pendidikan sejatinya bukan hanya tanggung jawab lembaga, tetapi juga buah kolaborasi semua elemen yang terlibat di dalamnya. //Sik

Type above and press Enter to search.