TfG6TUW8BUO7GSd6TpMoTSd7GA==
,, |

Headline News

Aplikasi “Ayo Kerjo”, Andalan Jawa Tengah Jadi Provinsi dengan Serapan Tenaga Kerja Tertinggi Nasional

Gubernur Jateng Ahmad Luthfi berbincang dengan para pengunjung job fair 2025 

WARTAJOGLO, Semarang – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus berinovasi untuk menekan angka pengangguran dan mempermudah masyarakat mendapatkan pekerjaan. 

Salah satu terobosan unggulan yang kini menjadi andalan adalah aplikasi “Ayo Kerjo”, platform digital yang menyediakan informasi lowongan kerja secara lengkap dan dapat diakses 24 jam.

Kepala Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah, Ahmad Aziz, menjelaskan bahwa aplikasi ini adalah peremajaan dari sistem lama, e-Makaryo, dengan fitur yang lebih modern dan user friendly. 

“Ayo Kerjo sudah terkoneksi dengan aplikasi lowongan kerja milik 35 kabupaten/kota di Jateng. Masyarakat bisa melihat jenis lowongan, lokasi, jabatan yang dibutuhkan, syarat, hingga cara melamar secara online,” ujarnya, Jumat 22 Agustus 2025.

Sejak diluncurkan, aplikasi ini mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat, di mana 799.748 pencari kerja sudah mengakses, 181.251 orang tercatat sebagai pelamar, 5.634 lowongan tersedia, dan 1.957 penyedia kerja telah terdaftar.

“Aplikasi ini sudah dikunjungi lebih dari 700 ribu orang. Update lowongan terus berjalan setiap saat, baik untuk dalam negeri maupun luar negeri,” jelas Aziz.

Menariknya, aplikasi Ayo Kerjo tidak hanya menampilkan lowongan dalam negeri, tetapi juga peluang kerja ke luar negeri. 

Negara tujuan meliputi Jepang, Korea, Singapura, Malaysia, Taiwan, Hongkong, Timur Tengah, bahkan Uni Eropa seperti Jerman, Polandia, Spanyol, Portugal, hingga Yunani.

Di aplikasi ini, pencari kerja bisa melihat perkiraan gaji. Ada tawaran kerja luar negeri dengan kisaran pendapatan mulai Rp10 juta hingga Rp25 juta per bulan.

Ayo Kerjo melengkapi berbagai program ketenagakerjaan Pemprov Jateng, seperti Job fair dan pelatihan di 37 Balai Latihan Kerja (BLK). 

Dengan kapasitas 40 ribu peserta per tahun, BLK juga membantu mencetak tenaga kerja sesuai kebutuhan industri, sekaligus mengurangi mismatch antara pencari kerja dan perusahaan.

Meski akses informasi sudah terbuka lebar, Aziz mengakui masih ada tantangan berupa ketidakcocokan antara pencari kerja dengan lowongan yang tersedia. 

“Kadang lowongan ada, tapi jauh dari rumah, atau syarat tidak terpenuhi. Bahkan ada yang sudah dapat kerja, tapi masih cari lagi. Jadi perlu edukasi bahwa kerja adalah kebutuhan, bukan sekadar keinginan,” ujarnya.

Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menambahkan, tersedianya akses kerja yang lebih mudah ini berimplikasi langsung pada pertumbuhan ekonomi daerah. 

Pada triwulan I 2025, serapan tenaga kerja di Jateng mencapai 97.550 orang, tertinggi secara nasional. Angka ini menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menjadi 4,33%, lebih rendah dari tahun sebelumnya.

“Kalau tenaga kerja terserap, ekonomi ikut tumbuh. Ada warung, kos-kosan, ojek, hingga sektor informal lain yang ikut hidup. Jadi multiplier effect-nya sangat besar,” jelasnya.

Dengan kombinasi job fair, BLK, dan aplikasi Ayo Kerjo, Pemprov Jateng berupaya memastikan pencari kerja tidak lagi kesulitan mendapatkan informasi pekerjaan. 

“Kuncinya akses. Kami fasilitasi, masyarakat bisa manfaatkan. Tinggal bagaimana kita cocokkan kemampuan dengan kebutuhan industri,” tutup Aziz. //Sik

Type above and press Enter to search.