![]() |
Prosesi umbul donga dalam rangkaian tradisi tumbuk yuswo yang digelar KPH Ad Ar daryonagoro di Ndalem Daryonagaran Solo |
WARTAJOGLO, Solo - Suasana sakral menyelimuti setiap sudut Ndalem Daryonagaran, kediaman KPH. Ad. Ar. Daryonagoro atau yang akrab disapa Kanjeng Cuk, pada Minggu Wage, 10 Agustus 2025.
Hari itu, rumah berarsitektur Jawa kuno di Jalan Gajah Suranto, Kota Solo, menjadi saksi peringatan tumbuk yuswo ke-9 sang empunya rumah.
Tumbuk yuswo merupakan salah satu tradisi Jawa yang kini semakin jarang dijumpai.
Tradisi ini digelar untuk peringatan kelahiran setiap satu windu, atau delapan tahun sekali.
Dengan memperingati tumbuk yuswo ke-9, berarti Kanjeng Cuk telah menginjak usia 72 tahun.
Tradisi ini umumnya dimulai ketika seseorang mencapai usia 64 tahun (tumbuk yuswo ke-8), yang menjadi sebuah penanda penting dalam falsafah hidup masyarakat Jawa.
Menurut Kanjeng Cuk, meski asal-usul tumbuk yuswo tidak banyak tercatat dalam sejarah, ia menduga tradisi ini erat kaitannya dengan percampuran budaya Jawa dan Islam pada masa Sultan Agung.
“Sultan Agung menciptakan kalender Jawa yang diselaraskan dengan penanggalan Hijriah. Ada kemungkinan tumbuk yuswo terinspirasi dari usia wafat Nabi Muhammad, yang meninggal di usia 63 tahun,” ungkapnya.
Bagi masyarakat Jawa beragama Islam, usia 64 tahun menjadi momen bersyukur karena telah diberi umur lebih panjang dari Rasulullah.
“Tradisi ini adalah wujud syukur kepada Yang Maha Kuasa, atas anugerah umur panjang,” imbuhnya.
Prosesi acara dimulai dengan kirab tumpeng. Kanjeng Cuk berjalan beriringan dengan sang istri, RAy Nunung Daryonagoro, menuju ruang utama ndalem. Keduanya mengenakan busana adat Jawa lengkap.
Selesai kirab, keduanya duduk di sebuah kursi panjang yang dihiasi rangkaian bunga warna-warni, sehingga menghadirkan nuansa anggun dan berwibawa.
Prosesi dilanjutkan dengan umbul donga, di mana mpat pria dan seorang perempuan, berbusana Jawa, menari perlahan sambil melantunkan doa dalam bahasa Jawa.
Kanjeng Cuk pun turut bergerak mengikuti irama, larut dalam lantunan mantra yang memohon berkah dan keselamatan.
![]() |
Kanjeng Cuk menghaturkan sembah kepada RM Kus raharjo usai memberikan potongan tumpeng peringatan tumbuk yuswonya yang ke-9 |
Puncak acara tiba ketika tumpeng dipotong oleh Kanjeng Cuk. Potongan pertama diberikan kepada kakak tertua, RM Kus Raharjo, yang tak kuasa menahan air mata haru.
Potongan berikutnya diserahkan kepada sang istri tercinta, yang telah setia mendampinginya selama puluhan tahun.
“Usia 72 tahun adalah berkah besar. Saya hanya berharap mendapat perlindungan dari Yang Maha Kuasa untuk terus mendampingi istri, anak, dan cucu-cucu saya,” tutur Kanjeng Cuk.
Harapan serupa disampaikan RAy Nunung yang menginginkan kebersamaan mereka terjaga hingga akhir hayat.
"Tentunya saya bersyukur bisa mendampingi suami hingga saat ini. Semoga kebersamaan selalu menyertai kami hingga di masa tua nanti," ujar Nunung.
Mengintip Tradisi Tumbuk Yuswo, Jejak Warisan Sultan Agung yang Kian Langka di Tengah Masyarakat Jawa https://t.co/Bxry5GjOu2
— 🇼🇦🇷🇹🇦🇯🇴🇬🇱🇴 (@wartajoglo) August 10, 2025
Usai prosesi, ratusan tamu silih berganti memberikan ucapan selamat. Di antara mereka tampak sejumlah kerabat Keraton Surakarta Hadiningrat, termasuk Panembahan Agung Tedjowulan, adik Sinuhun Paku Buwono XIII, yang dikenal dekat dengan keluarga Kanjeng Cuk.
Momen itu menjadi ajang silaturahmi sekaligus pengingat bahwa tumbuk yuswo bukan sekadar pesta keluarga, tetapi juga warisan budaya yang memperkuat ikatan sosial. //Kls