TfG6TUW8BUO7GSd6TpMoTSd7GA==
,, |

Headline News

Normalisasi Sungai Hidupkan Kembali 450 Hektare Sawah di Demak

Wagub Taj Yasin mencoba mengoperasikan mesin penanam padi di sawah Desa Karangtengah, Demak (foto: humas)

WARTAJOGLO, Demak – Harapan petani Karangtengah, Kabupaten Demak, untuk kembali menanam padi akhirnya terwujud. 

Lebih dari 450 hektare sawah yang sebelumnya terendam banjir berbulan-bulan kini bisa digarap kembali, setelah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama lintas instansi sukses melakukan program normalisasi sungai.

Empat desa terdampak, yakni Desa Dukun, Klitih, Pidodo, dan Kedunguter, yang semula menjadi lahan tidur akibat banjir, kini kembali hijau oleh tanaman padi. 

Program ini menjadi bukti nyata bahwa kerja sama lintas sektor mampu mengembalikan denyut kehidupan pertanian sekaligus memperkuat ketahanan pangan di Jawa Tengah.

Rifan, petani asal Desa Dukun, tak kuasa menahan haru saat menyampaikan rasa syukur di hadapan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen. 

Ia mengungkapkan, setelah beberapa musim gagal panen akibat banjir, sawah di desanya kini kembali bisa ditanami.

“Terima kasih sudah dibantu normalisasi. Tapi kalau bisa, aliran sungai sampai desa sebelah juga ikut dinormalisasi. Karena kemarin baru sempat menanam sebentar, langsung banjir lagi,” ucapnya penuh harap dalam acara Wiwitan Tandur Pari bertema Sinergi Penanganan Sawah Terdampak Banjir untuk Peningkatan Produksi Padi, Rabu 27 Agustus 2025.

Hal senada juga disampaikan Sayugo, petani lain di Desa Dukun. Ia berharap hasil panen tahun ini bisa menjadi pemulih semangat setelah beberapa kali kehilangan pendapatan karena gagal tanam.

Upaya normalisasi Sungai Pelayaran sepanjang 300 meter yang menghubungkan saluran irigasi ke Sungai Wonokerto menjadi kunci keberhasilan pemulihan lahan. 

Dari total 512 hektare sawah yang terendam, kini sekitar 231,9 hektare sudah kembali ditanami padi. Sisanya tengah dipersiapkan untuk musim tanam berikutnya.

Wakil Gubernur Taj Yasin mengapresiasi kerja sama lintas pihak, mulai dari Dinas Pertanian, Dinas Pekerjaan Umum, BBWS Pemali-Juana, Bank Indonesia Jateng, Pertamina, hingga perusahaan swasta.

“Alhamdulillah, pada 3 Juli lalu saya datang ke sini, masih 512 hektare sawah terendam air. Hari ini sudah kering dan bisa ditanami. Ini bukti gotong royong bisa memulihkan potensi pangan kita,” kata Taj Yasin.

Ia menegaskan, Demak yang sempat turun peringkat dari penyumbang padi terbesar ketiga menjadi kelima di Jawa Tengah, perlu kembali digenjot agar kontribusinya pada pangan nasional tetap kuat. 

Bahkan, di Kecamatan Mijen terdapat 7.000 hektare lahan potensial yang siap ditanami padi.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng, Defransisco Dasilva Tavares, mencatat banjir yang merendam 512 hektare sawah di awal 2025 menimbulkan kerugian hingga Rp18,6 miliar per musim tanam. Potensi kehilangan produksi padi mencapai 2.867 ton gabah kering panen.

Namun, dengan normalisasi dan perbaikan saluran irigasi, petani bisa menanam hingga tiga kali dalam setahun. 

“Artinya, pendapatan masyarakat bisa pulih hingga Rp55,89 miliar per tahun,” jelasnya.

Tak hanya berdampak pada petani, upaya ini juga berpengaruh langsung terhadap kestabilan harga beras di Jawa Tengah. 

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jateng, Rahmat Dwisaputra, mengingatkan bahwa beras termasuk lima besar penyumbang inflasi di provinsi ini.

“Banjir kemarin menekan pasokan beras dan memicu kenaikan harga. Dengan normalisasi irigasi dan kembalinya sawah ke produksi, pasokan bisa stabil, sehingga harga beras lebih terkendali,” ujar Rahmat. //Kls

Type above and press Enter to search.