![]() |
Gus Yasin berbincang dengan salah satu penyandang disabilitas yang memiliki kemampuan membatik |
WARTAJOGLO, Boyolali – Penyandang disabilitas sering kali dianggap sebagai kelompok yang lemah dan terbatas.
Namun kenyataan di lapangan justru sebaliknya, mereka punya potensi besar untuk berdaya, mandiri, bahkan menjadi penggerak ekonomi.
Hal itu ditegaskan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin), saat meresmikan Program CSR Disabilitas Pertamina dan Kecamatan Berdaya di Kecamatan Kemusu, Boyolali, Selasa 23 September 2025.
“Teman-teman difabel sudah membuktikan bahwa mereka berdaya, mampu mandiri, dan memberikan kontribusi nyata. Apa yang dilakukan kelompok Pandawa, misalnya, sangat luar biasa. Mereka belajar pertanian terintegrasi, lalu membawa ilmu itu ke rumah dan menyebarkannya ke masyarakat,” ujarnya.
Gus Yasin bahkan menyinggung pengalamannya bersama sahabat tunanetra.
“Saya sering kalah main catur dengan mereka. Artinya, mereka punya potensi besar, tinggal kita yang mendampingi,” katanya.
Program Kecamatan Berdaya, menurutnya, didesain agar potensi tersebut semakin berkembang.
Dari 149 pilot project, 94 kecamatan sudah berjalan, dan ditargetkan pada semester I 2026, minimal 50% difabel di Jawa Tengah merasakan dampaknya.
Kisah nyata datang dari komunitas Pandawa Patra. Salah satu anggotanya, Wawan (21), sudah konsisten membatik sejak 2018.
“Kadang bisa bikin dua atau tiga batik dalam sebulan, tergantung motif,” ujarnya.
Menurut pendamping difabel, Haryono, Pandawa Patra kini memiliki 28 anggota aktif plus 4 keluarga rentan.
“Dulu hanya kumpul-kumpul, sekarang benar-benar berlatih. Mindset berubah jadi lebih produktif dan optimis,” jelasnya.
Selain membatik, mereka juga mengembangkan integrated farming, sebuah sistem pertanian terpadu yang berkelanjutan.
Hasilnya, para difabel bukan hanya bisa memenuhi kebutuhan sendiri, tapi juga memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.
Komitmen untuk menggali potensi difabel juga datang dari Pertamina Patra Niaga yang telah melaksanakan lima program pemberdayaan dalam lima tahun terakhir, melibatkan lebih dari 650 difabel.
Beberapa program unggulannya antara lain:
- Kresna Patra: menjahit dan konveksi (550 difabel)
- Srikandi Patra: pelatihan membatik
- Pandawa Patra: pertanian terpadu
- Difabel Ampel: perekrutan kurir Bright Gas
- Gita Patra: rumah terapi ramah difabel di Semarang
Komisaris Independen PT Pertamina, Condro Kirono, menyebut semua ini dilakukan agar potensi difabel tidak sia-sia.
“Pertamina tak bisa bekerja sendiri. Perlu kolaborasi dengan pemerintah dan masyarakat agar sahabat difabel bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya,” katanya.
Bupati Boyolali, Agus Irawan, menegaskan pihaknya membuka akses seluas mungkin bagi difabel.
“Boyolali sudah punya 4 kecamatan sebagai lokasi Kecamatan Berdaya. Kami juga bekerja sama dengan perusahaan untuk membuka peluang kerja dan beasiswa bagi difabel,” jelasnya.
Pada kesempatan ini, juga diresmikan PKBM Dwija Praja Amarta di Klewor, Kecamatan Kemusu, sebagai pusat belajar masyarakat.
Lembaga ini dirancang khusus untuk meningkatkan kapasitas kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas.
Apa yang dilakukan para difabel di Boyolali membuktikan satu hal: keterbatasan bukanlah halangan untuk berkarya.
Punya Potensi Besar, Gus Yasin: Difabel Bukan Lagi Masalah https://t.co/aYfU81z9lB
— 🇼🇦🇷🇹🇦🇯🇴🇬🇱🇴 (@wartajoglo) September 23, 2025
Dengan ruang, pendampingan, dan kesempatan, mereka bisa menunjukkan potensi yang tak kalah dari kelompok lain.
“Difabel bukan masalah, mereka justru solusi,” tegas Gus Yasin. //Sik