TfG6TUW8BUO7GSd6TpMoTSd7GA==
,, |

Headline News

Bangun Dapur SPPG Canggih, Bibit Waluyo Dukung Program Makan Bergizi Gratis di Magelang

Mantan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo membangun dapur SPPG di Magelang untuk mendukung program MBG

WARTAJOGLO, Magelang — Semangat membangun negeri rupanya tak pernah padam dalam diri Bibit Waluyo. 

Di usianya yang ke-76 tahun, mantan Gubernur Jawa Tengah periode 2008–2013 itu kembali turun tangan, kali ini untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto.

Bukan sekadar mendukung dengan kata-kata, Bibit bahkan membangun dapur MBG sendiri di Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. 

Dapur yang disebut SPPG (Sentra Pelayanan Pemenuhan Gizi) itu berdiri di atas lahan kebun di tepi sawah, dan kini dikenal sebagai dapur MBG paling standar di Jawa Tengah.

“Ini dapur yang benar-benar standar BGN (Badan Gizi Nasional). Bukan sekadar dapur masak, karena dibangun untuk jangka panjang hingga 50 tahun,” ujar Bibit, usai menerima jenderal kehormatan (HOR) bintang empat dari Presiden Prabowo, Jumat 10 Oktober 2025.

Bangunan dapur itu menggunakan rangka bahan besi berkualitas tinggi, dilengkapi peralatan masak modern super canggih, dengan total investasi lebih dari Rp 3 miliar. 

Semua dirancang agar kegiatan produksi makanan bergizi bisa berlangsung cepat, higienis, dan efisien.

Setiap hari, dapur MBG milik Bibit Waluyo memasak sekitar 3.500 porsi makanan bergizi. Hidangan itu didistribusikan untuk anak-anak PAUD, TK, SD, SMP, hingga SMA/SMK di wilayah sekitar Bandongan.

Yang istimewa, proses memasak baru dimulai pukul 04.30 pagi, bukan dini hari seperti dapur lain yang harus bekerja sejak jam dua. 

Hal itu dimungkinkan karena peralatan dapurnya sudah menggunakan teknologi pemanas dan pengukus bertekanan tinggi, sehingga proses masak menjadi jauh lebih cepat.

“Makanan bisa diantar ke sekolah jam delapan pagi masih dalam keadaan hangat. Alat masaknya mahal, tapi memang begitulah standar yang diharapkan,” ujarnya.

Bagi Bibit, program MBG bukan hanya soal gizi anak-anak, tapi juga pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal. 

Dapurnya kini mempekerjakan 47 warga sekitar, mulai dari juru masak, sopir, tenaga kebersihan, hingga petugas pengemasan.

Selain itu, seluruh bahan makanan mulai dari sayur, beras, hingga ayam, dibeli dari hasil pertanian dan peternakan warga sekitar.

“Selain menyehatkan anak, program ini juga menggerakkan ekonomi rakyat kecil. Maka saya bilang, ini program yang harus disukseskan,” tegasnya.

Meski beberapa daerah sempat mengalami kejadian luar biasa (KLB) keracunan, Bibit menilai hal itu lumrah terjadi pada tahap awal program besar seperti MBG.

“Yang kurang diperbaiki, yang bagus diteruskan. Jangan dihentikan dan jangan dipolitisir,” pesannya tegas.

Ia juga menyoroti bahwa beberapa kasus keracunan tampak janggal.

“Kalau makanan benar-benar beracun, mestinya semua yang makan kena. Tapi kenapa hanya tiga atau sepuluh anak dari dua ratus porsi? Itu perlu dikaji,” ucapnya dengan nada kritis.

Menurut Bibit, program MBG bukan sekadar pemenuhan janji politik Presiden Prabowo, melainkan sebuah investasi jangka panjang untuk membangun generasi bangsa yang cerdas dan sehat.

“Ini program yang sangat elok, satu-satunya dalam sejarah Indonesia. Belum pernah sebelumnya negara memberi makan gratis dan bergizi untuk anak-anaknya,” katanya dengan mata berbinar.

Bibit juga memberikan apresiasi tinggi kepada Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi dan Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) yang dinilainya cepat tanggap dalam menyukseskan program MBG.

“Saya salut dengan Pak Gubernur yang segera membentuk posko pengaduan MBG di setiap daerah. Itu bukti keseriusan pemerintah daerah mendukung program pusat,” ujarnya.

Pemprov Jateng diketahui telah mewajibkan seluruh SPPG memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) dan membentuk posko penanganan KLB MBG dengan membuka hotline pengaduan masyarakat di berbagai kabupaten/kota.

Bagi Bibit Waluyo, membangun dapur MBG bukan semata proyek sosial, tapi warisan moral untuk generasi penerus bangsa.

“Saya ini seharusnya sudah pensiun dari semua urusan. Tapi kalau untuk anak-anak bangsa, masa saya diam saja?” katanya sambil tersenyum.

Baginya, dapur MBG di Bandongan bukan sekadar tempat memasak. Ini adalah simbol pengabdian dan semangat kebangsaan, bahwa setiap orang, di usia berapapun, masih bisa berbuat sesuatu untuk negeri.

“Selama hidup masih diberi tenaga dan rezeki, saya akan terus bantu negara ini. Karena masa depan bangsa ada di piring-piring kecil anak-anak kita,” tutupnya penuh makna. //Sik

Type above and press Enter to search.