POPULER

Ironi Hari Cek Fakta Internasional, di Tengah Gempuran Berita Hoaks


Lembaga itu membangun koalisi yang lebih luas, terdiri dari para jurnalis, mahasiswa, dan konsumen media untuk mempersenjatai diri dengan alat dan metode yang diperlukan dalam menguraikan mana saja yang fakta dan hoaks.

Terkait hal ini sebenarnya kita bisa menggunakan tips dan trik yang dipakai oleh para ahli seperti jurnalis/pengecek fakta. Untuk memilah mana berita hoaks dan tidak.

Setidaknya ada lima pertanyaan yang sering dipakai oleh jurnalis dan pengecek fakta, ketika membaca suatu artikel. Berikut ini penjabarannya.

Pertama. Apakah artikelnya memberikan sudut pandang berimbang? Kita semua tahu bahwa ada dua sisi dari setiap cerita. Ini sangat penting jika ingin melaporkan suatu peristiwa secara faktual dan berimbang.


Oleh karena itu, jika artikel yang Anda baca hanya melaporkan satu sisi saja, tanyakan dan cari tahu apakah ada hal lain dari topik ini yang tidak Anda ketahui. Dan temukan sumber lain yang memberitakannya secara berimbang.

Pertanyaan kedua, apakah media/jurnalisnya menggunakan sudut pandang tertentu? Media punya berbagai cara untuk melaporkan suatu berita, bergantung pada target audiensnya. Jadi, coba cek lagi apakah berita yang Anda baca hanya ditujukan untuk audiens tertentu. Sehingga Anda bisa tahu apakah jurnalis yang menulis artikel tersebut hanya mengambil sudut pandang tertentu pula.

Lalu ketiga, adakah bukti yang mendukung klaim yang disebutkan dalam artikel? Peristiwa yang diberitakan langsung dan dikutip dalam artikel selalu lebih dapat diandalkan daripada rumor belaka. Sebuah artikel yang mencantumkan link ke berbagai sumber, foto, dan video, menunjukkan bahwa ada bukti yang mendukung klaim tersebut. Jika bukti-buktinya kurang, ada baiknya Anda bertanya-tanya dan melakukan riset sendiri.

Selanjutnya, apakah yang disampaikan itu pendapat ahli atau sekadar opini? Dalam artikelnya, jurnalis akan meliput sebuah situasi dengan menghadirkan berbagai narasumber untuk mengilustrasikan atau mendukung kisah yang disampaikan.

Namun, narasumber ini punya tingkat kompetensi yang bervariasi terhadap suatu topik tertentu. Misalnya, seorang dokter akan menghadirkan perspektif yang lebih profesional terhadap suatu penyakit, yang didasari oleh bukti-bukti ilmiah, dan pengalaman merawat banyak pasien yang menderita penyakit tersebut. Sementara itu, pasien dari penyakit yang sama akan memberikan perspektif yang lebih emosional dan berbasis opini. Kedua pendekatan ini tidak dapat dianggap setara dalam hal ilmu, dan tidak dapat dipertukarkan.

Dan yang terakhir adalah, kenapa artikelnya diterbitkan sekarang? Berita biasanya jarang muncul tiba-tiba, jadi kemungkinan ada cerita yang lebih besar di balik munculnya suatu berita. Misalnya, jika ada seorang politisi yang bersedia diwawancarai sebelum pemilu, kemungkinan besar itu untuk mengumpulkan dukungan saat kampanye. Memahami konteks yang lebih luas dapat membantu menempatkan berita ke dalam sebuah perspektif tertentu. //lis

Halaman:
| 1 | 2 |

close