POPULER

Lagi-lagi Fenomena Tubo Belerang Sebabkan Ratusan Ton Ikan di Danau Maninjau Mati Massal

Lagi-lagi Fenomena Tubo Belerang Sebabkan Ratusan Ton Ikan di Danau Maninjau Mati Massal

WARTAJOGLO,  Lubukbasung - Sedikitnya 130 ton ikan di Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat mati sejak Jumat (11/2).

Kematian massal ini diduga karena fenomena tubo belerang yang melanda daerah itu, sehingga menyebabkan oksigen berkurang di danau vulkanik itu.

Fenomena tubo belerang sendiri dipicu oleh bertiupnya angin timur yang kencang, sehingga mendinginkan suhu air permukaan. Yang selanjutnya diikuti dengan pembalikan air yang membawa kualitas air tidak bagus karena tinggi kandungan belerang. 

Kematian massal ikan menjadi rutinitas di kawasan Danau Maninjau sejak kawasan itu dimanfaatkan untuk budidaya ikan beberapa tahun lalu.

Sehingga tiap tahun fenomena kematian massal ikan budidaya selalu terjadi, dan menyebabkan kerugian besar di kalangan para petani keramba.

Salah seorang petani keramba jaring apung di Danau Maninjau, Naziruddin di Lubukbasung, Selasa, mengatakan udara sekitar danau mengeluarkan bau belerang yang sangat pekat.

 

Danau Maninjau
Dua orang nelayan melintas di antara bangkai ikan yang mengapung di atas Danau Maninjau

Ia mengatakan, kematian ikan itu berawal saat cuaca sangat panas melanda daerah itu pada Jumat siang. Kemudian tiba-tiba turun hujan dengan curah hujan cukup tinggi melanda daerah itu.

Setelah berlangsung cuaca terik yang disambung dengan hujan deras maka ikan-ikan di keramba jaring apung mulai mengapung ke permukaan dan beberapa waktu kemudian ikan mati. 

"Ikan dalam keramba jaring apung milik warga mati. Keramba jaring apung saya dalam kondisi kosong," katanya.

Sementara Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Rosva Deswira menambahkan kematian ikan akibat pembalikan massa air dan membawa belerang naik ke permukaan.

"Permukaan danau tenang, tapi tiba-tiba hujan dan tidak ada angin kencang melanda daerah itu," katanya.

Akibat kejadian itu, sekitar 130 ton ikan mati secara massal di Rambai Nagari Koto Malintang.

Jumlah itu tersebar sebanyak 50 ton di 76 petak keramba jaring apung milik 30 petani. Dan 80 ton tersebar di 100 petak keramba jaring apung milik 15 orang petani Linggai Nagari Duo Koto.

"Petani mengalami kerugian sekitar Rp2,6 miliar, karena harga tingkat petani Rp20 ribu per kilogram," katanya. //Ant

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close