POPULER

Serap Energi Wuku Landep dengan Menjamas Pusaka

Serap Energi Wuku Landep dengan Menjamas Pusaka

WARTAJOGLO, Karanganyar - Asap kemenyan tak henti mengepul mengiringi prosesi jamasan pusaka yang digelar oleh Komunitas budayawan Darma Budaya Lestari di Pendapa Pura Sedaleman, Munggur, Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Jawa tengah pada Jumat (8/4/2022).

Acara yang bekerja sama dengan komunitas Semak Belukar (Sesarengan Makaryo Belusukan Karanganyar) itu sengaja digelar di Pura Sedaleman, karena sebagai rangkaian peringatan berdirinya pura itu.

Bersamaan dengan waktu wuku Landep, digelar jamasan pusaka di Pura Sedaleman

“Pura ini berdiri tepat Sabtu Kliwon Wuku Landep. Dan karena wuku Landep itu saat yang baik untuk menjalas pusaka, maka hari ini kita gelar prosesi jamasan pusaka,” jelas Murdiarso budayawan dari Paguyuban Pelestari Budaya Jawa Darma Budaya Lestari.

Puluhan bilah pusaka dari berbagai jenis dijamas satu persatu dengan menggunakan air bercampur bunga 7 rupa.

Serangkaian ritual juga dilakukan untuk mengiringi prosesi jamasan itu. Yang mana tujuannya agar semakin menajamkan energi yang tersimpan dalam benda tersebut.

“Landep itu dalam bahasa Indonesia artinya tajam. Karena itulah wuku Landep diidentikkan dengan upaya untuk merawat pusaka dalam hal ini menjamasnya. Agar bisa menjaga ketajamannya, baik secara fisik maupun spiritual,” lanjut pria yang akrab disapa Mbah Mur ini.

Yang menarik, dalam prosesi jamasan itu para pemilik pusaka juga diberikan pemahaman terkait pusaka dan berbagai hal yang melekat di dalamnya, oleh sang penjamas yang berasal dari Padepokan Keris Brojobuwono, Karanganyar.

“Dalam pusaka ada pamor yang diyakini mengandung energi sesuai dnegan namanya. Ada beras wutah yang diyakini bisa mendatangkan kemakmuran dan yang lainnya. Karena itulah, hendaknya sang pemilik juga merawatnya dengan baik, agar energi itu bisa memotivasi dirinya untuk mewujudkan apa yang selama ini diyakininya,” jelas Ridwan yang menjadi penjamas.

Prosesi jamasan sendiri terdiri dari beberapa tahap. Sebelum dilakukan prosesi penjamasan, bilah-bilah pusaka itu sehari sebelumnya diorendam dalam air kelapa. Tujuannya untuk merontokkan karat yang menempel.

Selanjutnya bilah-bilah itu digosok dengan buah mengkudu ataupun jeruk nipis, untuk membersihkan karat-karat yang susah terangkat.

Setelah semua bersih, maka prosesi utamanya adalah mencuci dengan air bercampur bunga 7 rupa, untuk menjaga energi di dalamnya.

Usai dicuci, keris dijerang di atas kepulan asap kemenyan sebagai penguat energi. Dan terakhir bilah keris dilumuri minyak jamas, untuk menjaga dari serangan karat. //Rad

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close