Pelatihan Kuratorial Perfilman Desa di Desa Karang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar |
WARTAJOGLO, Karanganyar - Desa Karang, yang terletak di Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, semakin mempertegas posisinya sebagai Desa Kreatif Inisiatif di bidang perfilman.
Status ini diberikan oleh Bupati Karanganyar dan didukung oleh berbagai inisiatif lokal untuk memperkuat ekosistem perfilman di desa tersebut.
Salah satu langkah signifikan yang diambil adalah penyelenggaraan Pelatihan Kuratorial Perfilman Desa, yang merupakan hasil kolaborasi dengan Institut Seni Indonesia Surakarta (ISI Solo) melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat Tematik Kemitraan.
Pelatihan ini berlangsung sejak April hingga Agustus 2024, berpusat di Kafe Dandang Gulo, tempat yang menjadi sentra kegiatan komunitas di Desa Karang.
Pelatihan Kuratorial Perfilman ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang peran kurator dalam dunia perfilman.
Para peserta dilatih untuk dapat memilih, memilah, dan menilai film yang tidak hanya sesuai dengan selera penonton, tetapi juga relevan dengan nilai-nilai budaya dan realitas sosial masyarakat Desa Karang.
Titus Soepono Adji, pelaksana pelatihan, menyatakan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari upaya membangun ekosistem perfilman di desa agar lebih inklusif dan mampu menghadirkan perspektif lokal dalam perfilman nasional.
"Pelatihan ini bukan hanya tentang menonton film, tetapi juga bagaimana masyarakat dapat berperan sebagai kurator, yang mampu memilih film sesuai dengan potensi dan kebutuhan desa mereka," ungkap Titus.
Pelatihan ini difasilitasi oleh Dirmawan Hatta, seorang sineas terkemuka dari Tumbuh Sinema Rakyat, yang membimbing para peserta dalam memahami aspek teknis dan artistik kurasi film, mulai dari pemilihan tema hingga penilaian konten.
Pelatihan ini melibatkan enam tokoh masyarakat Desa Karang yang memiliki minat dan potensi dalam perfilman.
Mereka adalah Sugino S.Pd., Sutarto, Eny Suhartini, Sri Hartanto, Vera Fitri K., dan Sigit Yogatama.
Menurut Sugino S.Pd., koordinator peserta pelatihan, program ini membuka wawasan masyarakat tentang bagaimana film dapat digunakan sebagai alat untuk menyuarakan isu-isu lokal yang penting.
"Pelatihan ini memberikan kami keterampilan untuk menilai film dari sudut pandang kami sendiri, dan itu sangat memberdayakan," ungkap Sugino.
Pelatihan ini terbagi dalam dua tahapan. Tahap pertama berfokus pada analisis mendalam terhadap film yang ditonton, sementara tahap kedua bersifat teknis, di mana peserta belajar tentang sejarah sinema, dasar-dasar penceritaan, dan penilaian film.
Dalam kegiatan Ngarangka Fest pada Juni 2024, peserta diberi kesempatan untuk menyeleksi film tanpa intervensi dari fasilitator.
Punya Kurator Film Desa, Pertegas Posisi Karang sebagai Desa Kreatif Inisiatif di Bidang Perfilman https://t.co/gcycsbGGhW
— 🇼🇦🇷🇹🇦🇯🇴🇬🇱🇴 (@wartajoglo) October 1, 2024
Proses ini menunjukkan keberhasilan pelatihan, dengan peserta mampu menerapkan keterampilan kuratorial yang mereka pelajari.
Menurut Sugino, masyarakat Desa Karang kini lebih percaya diri dalam berkontribusi pada pengembangan perfilman di desa mereka.
"Kurasi bukan hanya tentang memilih film terbaik, tetapi memastikan film tersebut relevan dengan kehidupan dan nilai-nilai kami," jelasnya.
Sebagai puncak dari pelatihan ini, pada Sabtu, 21 September 2024, diadakan penutupan resmi yang juga menjadi momen pengukuhan Tim Kurator Perfilman Desa.
Pengukuhan ini dilakukan oleh Kepala Desa Karang, Dwi Purwoto, yang menyatakan bahwa Desa Karang kini memiliki tim kurator yang akan mengkurasi film-film untuk ditayangkan di desa.
"SK Tim Kurator pada tingkat Desa ini mungkin satu-satunya dan pertama di Indonesia. Kami sangat bangga dengan capaian ini, dan berharap tim kurator dapat menjadikan Desa Karang sebagai pusat kreativitas perfilman yang berkelanjutan," tegas Dwi Purwoto.
Dengan terbentuknya tim kurator dan beragam inisiatif perfilman yang sedang berkembang, Desa Karang diharapkan terus tumbuh sebagai desa kreatif.
Yang tidak hanya berkontribusi pada dunia perfilman nasional, tetapi juga memberdayakan masyarakatnya untuk menyuarakan potensi dan identitas lokal mereka melalui film. //Hum