![]() |
Annisa Suryadani (tengah) menjelaskan tentang penyelenggaraan Solo Documentary Film Festival 2024 |
WARTAJOGLO, Solo - Solo Documentary Film Festival atau yang lebih akrab disebut Sodoc Film Festival, kembali hadir pada tahun 2024.
Ini adalah gelaran kelima kalinya, sejak pertama kali dilaksanakan pada 2016. Dan akan digelar selama 3 hari dari 17 - 19 Oktober 2024, di Rumah Banjarsari, Solo.
Festival ini tidak hanya menjadi ajang tontonan film dokumenter, tetapi juga sebuah ruang kolaboratif bagi masyarakat, seniman, dan sineas untuk berbagi cerita dan wawasan.
Tahun ini, Sodoc mengangkat tema “Komunal,” yang berarti milik rakyat atau segala sesuatu yang dimiliki bersama.
Melalui tema ini, festival ini diharapkan dapat semakin mendekatkan film dokumenter kepada masyarakat luas, terutama di wilayah Jawa Tengah, khususnya Kota Solo.
Sebagai bagian dari upaya mengangkat kekayaan budaya Solo, termasuk kulinernya, berbagai program pemutaran film diberi nama berdasarkan makanan khas Solo.
Penggunaan nama-nama makanan khas Solo ini merupakan salah satu cara Sodoc memperkenalkan budaya lokal kepada penonton.
Melalui setiap layar pemutaran, festival ini ingin menggugah selera penonton untuk menikmati kekayaan budaya dan cerita yang dimiliki oleh masyarakat Solo.
"Untuk pemutaran film ini, kita bagi dalam beberapa layar, yang masing-masing kita beri nama ragam makanan khas Solo. Hal ini bertujuan untuk ikut mengangkat kekayaan tradisi kuliner Solo. Di antaranya Layar Liwet, Layar Selat, Layar Tengkleng, Layar Brambang Asem, Layar Bancakan, Sodoc Child, Layar Dhayoh, serta Layar Spesial Difabe," jelas Annisa Suryadani, selaku Direktur Festival saat ditemui di lokasi acara pada Kamis 17 Oktober 2024.
Tidak hanya pemutaran film, Sodoc Film Festival juga menghadirkan beberapa program non-pemutaran, di antaranya:
FYP (Forum Yang Peripurna): Diskusi interaktif yang melibatkan berbagai narasumber untuk membahas isu-isu terkait perfilman dan dokumenter.
Creative Sharing: Sesi berbagi ide dan pengalaman dari para profesional di dunia film dokumenter.
Awarding: Acara penghargaan untuk menghormati karya-karya terbaik yang telah diputar selama festival.
Selain itu, Sodoc juga menampilkan pameran fotografi sepanjang area masuk yang berkolaborasi dengan Asosiasi Profesi Fotografi Indonesia (APFI) Pengcab Solo.
"Kami juga bekerja sama dengan APFI untuk menggelar karya fotografi yang temanya sesuai dengan tema festival, yakni "Komunal". Dalam pameran itu, hasil karya fotografer akan dipajang berdampingan dengan poster-poster film yang akan diputar," sambung Dani, sapaan Annisa Suryadani.
Dani juga menjelaskan bahwa Solo Documentary Film Festival sendiri digelar setiap dua tahun sekali.
Dan dalam pelaksanaannya tidak hanya berfokus pada peningkatan jumlah film dan penonton, tetapi juga pada kualitas penyelenggaraan dan karya-karya yang ditampilkan.
Festival ini didukung oleh Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia serta Dinas Pariwisata Kota Surakarta.
Usung Tema "Komunal", Sodoc Film Festival 2024 Angkat Kearifan Lokal Kuliner Solo https://t.co/cM8297jV1D
— 🇼🇦🇷🇹🇦🇯🇴🇬🇱🇴 (@wartajoglo) October 17, 2024
Dukungan ini memungkinkan festival untuk menjadi sarana penyampaian isu-isu masyarakat dan membuka pandangan publik terhadap berbagai sudut pandang dunia melalui medium dokumenter.
Solo Documentary Film Festival ini juga diharapkan bisa menjadi wadah alternatif edukasi bagi pelajar dan mahasiswa, serta membuka ruang bagi masyarakat untuk lebih memahami isu-isu sosial, budaya, dan kemanusiaan yang ada di sekitar mereka.
Dengan setiap edisi, Sodoc Film Festival terus berupaya memperkaya pengalaman menonton dan berdiskusi, sehingga masyarakat dapat lebih memiliki dan menghargai film dokumenter sebagai bentuk karya seni yang bermakna.
Melalui festival ini, penyelenggara berharap film dokumenter bisa semakin dekat dengan masyarakat dan menjadi salah satu alternatif hiburan sekaligus sarana edukasi, terutama bagi pelajar dan mahasiswa.
"Tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi kita semua, agar masyarakat terutama anak-anak tertarik untuk menyaksikan film dokumenter. Karena itulah nanti akan ada game-game sederhana sebelum para penonton terutama anak-anak masuk dan menyaksikan film. Sehingga mereka senang dan menikmati film yang ditonton," ungkap Dani. //Bang