![]() |
Aipda Ridha saat melatih menari di sanggar tari yang dipimpinnya |
WARTAJOGLO, Magelang - Seni tari tradisional bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga bagian dari identitas budaya yang harus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.
Pemahaman inilah yang dipegang teguh oleh Aipda Ridha Susadam, seorang Bhabinkamtibmas Kelurahan Tidar Selatan, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang.
Di balik tugasnya sebagai anggota kepolisian, ia juga menjadi penjaga budaya melalui seni tari.
Dengan penuh dedikasi, Ridha mengelola Sanggar Tari Rampak Buto, sebuah wadah bagi 30 anak didik untuk belajar seni tari tradisional tanpa dipungut biaya.
Baginya, melestarikan budaya harus dimulai dari generasi muda agar mereka mengenal, mencintai, dan merasa bangga terhadap warisan leluhur.
Ridha mengungkapkan bahwa kecintaannya terhadap seni tari sudah tumbuh sejak lama.
"Saya sudah lama menggeluti dunia tari. Pada tahun 2003, saya mendirikan Sanggar Tari Satrio Budaya di Muntilan. Kebetulan saya lahir di sana. Kemudian, setelah bertugas di Magelang pada tahun 2022, saya mulai membina Group Tari Cipto Manunggal, yang sebenarnya telah berdiri sejak 1982," jelas Ridha ada Sabtu 8 Februari 2025.
Kehadirannya membawa perubahan dengan manajemen yang lebih modern, sehingga grup tari ini semakin berkembang pesat.
Beberapa tarian khas yang diajarkan oleh Aipda Ridha di antaranya Tari Topeng Ireng, Tari Kubro Siswo serta Tari rampak Buto.
Tari Topeng Ireng sendiri merupakan tarian dengan makna filosofis mendalam, menggambarkan semangat perjuangan dan ketangguhan.
Sementara Tari Kubro Siswo merupakan tari dengan unsur spiritual yang kuat, serta sering dikaitkan dengan nilai-nilai keagamaan dan kebersamaan.
Sedangkan Tari Rampak Buto merupakan tarian yang mencerminkan energi, kekuatan, dan keberanian.
Selain memberikan pelatihan tari, Ridha juga aktif mengajak anak-anak sanggarnya tampil dalam berbagai acara budaya, seperti Kirab Budaya HUT Kota Magelang.
Partisipasi dalam event semacam ini tidak hanya menjadi ajang unjuk kebolehan, tetapi juga menumbuhkan kebanggaan sebagai pewaris budaya daerah.
Ridha menegaskan bahwa pelestarian budaya adalah panggilan jiwa yang harus terus diperjuangkan.
"Saya ingin kesenian ini tetap lestari dan diwariskan kepada generasi muda. Semoga apa yang saya lakukan bisa menginspirasi banyak orang, tidak hanya pelajar, tetapi juga masyarakat luas," tandasnya.
Salah satu peserta sanggar, Kurniawan, menyampaikan rasa bangganya bisa belajar dari seorang polisi yang juga seorang seniman.
"Saya merasa senang ada guru tari seperti Pak Sadam (panggilan akrab Ridha), apalagi beliau seorang polisi. Harapan saya, ke depan sanggar ini bisa mendapat dukungan dari Pemda maupun Polres agar kesenian di Magelang tetap lestari dan memiliki generasi penerus," ujarnya.
Apresiasi juga datang dari Kapolres Magelang Kota, AKBP Anita Indah Setyaningrum, yang melihat dedikasi Aipda Ridha sebagai contoh nyata polisi yang humanis dan inspiratif.
Peduli Budaya, Aipda Ridha Dedikasikan Diri Lestarikan Seni Tari https://t.co/QlORlQChd6
— 🇼🇦🇷🇹🇦🇯🇴🇬🇱🇴 (@wartajoglo) February 8, 2025
"Apa yang dilakukan oleh Aipda Ridha adalah bentuk nyata kepedulian Polres Magelang Kota terhadap pelestarian budaya bangsa. Ini adalah contoh bahwa polisi berperan dalam membangun karakter generasi muda melalui seni dan budaya. Kami sangat mengapresiasi dan mendukung penuh upaya beliau dalam melestarikan kesenian daerah," ujar Kapolres. //Hum