![]() |
GKR Timoer Rumbai (baju biru) membagikan nasi Kyai Dudo ke para abdi dalem usai pelaksanaan Kembul Bujana |
WARTAJOGLO, Solo - Suasana sakral menyelimuti Sasana Parasdya Keraton Surakarta Hadiningrat pada Senin, 8 September 2025.
Hari itu, keraton menggelar tradisi Kembul Bujana, sebuah ritual khusus yang hanya dilaksanakan sekali dalam sewindu atau delapan tahun sekali.
Tahun ini, bertepatan dengan Tahun Dal dalam kalender Jawa—tahun kelima dalam siklus windu yang diyakini membawa peristiwa besar dan lahirnya tokoh penting.
Tak heran jika prosesi Kembul Bujana menjadi momen yang sarat makna dan penuh harapan.
Keistimewaan utama dari tradisi ini adalah penyajian nasi yang dimasak menggunakan dandang pusaka Kyai Dudo.
Pusaka ini dipercaya sebagai warisan tokoh legendaris Joko Tarub, yang diyakini mampu mendatangkan berkah bagi siapa pun yang memakannya.
“Karena ini masuk Tahun Dal, maka setelah grebeg akan ada tradisi adang sego atau memasak nasi menggunakan pusaka dandang Kyai Dudo. Nasi itu kemudian digunakan dalam prosesi Kembul Bujana, yakni makan bersama Sinuhun, kerabat, dan abdi dalem,” jelas GKR Koes Moertiyah (Gusti Moeng), Ketua Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta Hadiningrat.
Menurutnya, kondisi nasi hasil masakan dari Kyai Dudo sering kali dianggap sebagai pertanda perjalanan negeri.
“Pada Tahun Dal sebelumnya, yakni 2017, katanya nasi yang dimasak ngletis (tidak matang sempurna) dan warnanya kecoklatan. Kita tahu sendiri delapan tahun terakhir kondisi keraton memang banyak masalah. Maka tahun ini, kita berharap segalanya berjalan dengan baik,” imbuhnya.
Prosesi memasak nasi ini tidak sembarangan. Seluruh bahan diambil dari tempat-tempat sakral. Air diambil dari Pengging, Boyolali, sementara tanah untuk tungku (pawon) berasal dari Grobogan, Masjid Demak, Makam Ki Ageng Selo, Ki Ageng Tarub, hingga Sunan Tembayat Klaten.
Air tersebut juga dipakai untuk menjamas dandang Kyai Dudo sebelum digunakan. Rangkaian prosesi dimulai sejak 6 September 2025 dengan penjamasan pusaka, hingga puncaknya pada 8 September 2025 ketika nasi disantap bersama di ruang Kajogan, dekat Sasana Parasdya.
“Kembul Bujana ini bukan syukuran biasa, karena digelar 8 tahun sekali. Di sini Sinuhun, para kerabat, dan abdi dalem duduk bersama, menyantap nasi dari Kyai Dudo sembari berharap Gusti Allah senantiasa memberikan berkah kepada semuanya, termasuk negeri Indonesia tercinta,” tutur GPH Puger, adik Sinuhun Paku Buwono XIII.
![]() |
GPH Puger menunjukkan sate pentul yang menjadi lauk wajib dalam tradisi Kembul Bujana |
Dijelaskan bahwa selain nasi, ada lauk wajib yang tidak boleh diganti yakni dendeng ragi dan sate pentul.
Dendeng ragi adalah irisan daging yang dimasak dengan parutan kelapa hingga kering, sedangkan sate pentul berupa daging giling yang dikepal pada bilah bambu.
“Alhamdulillah nasi dari proses memasak semalam hasilnya bagus dan pulen. Sehingga kita harapkan kondisi ke depan baik keraton maupun Indonesia secara umum bisa senantiasa dilimpahi keberkahan. Semua bisa hidup rukun, bersatu seperti sate pentul,” lanjut GPH Puger.
Usai santap bersama, nasi hasil masakan Kyai Dudo dibagikan kepada seluruh hadirin dalam wadah kecil.
Nasi itu boleh dimakan langsung, dikeringkan untuk dicampur dengan beras agar tidak cepat habis, atau disebar ke sawah sebagai sarana ngalap berkah agar panen melimpah.
Tradisi ini erat kaitannya dengan legenda Joko Tarub, yang konon tak pernah kehabisan beras karena memasaknya dengan dandang Kyai Dudo.
“Tentunya semua itu atas kehendak Gusti Allah. Semua itu hanya bagian dari ikhtiar saja,” tandas GPH Puger.
Berharap Berkah dari Nasi Dandang Kyai Dudo dalam Tradisi Kembul Bujana https://t.co/btwqHfxqKf
— 🇼🇦🇷🇹🇦🇯🇴🇬🇱🇴 (@wartajoglo) September 9, 2025
Sebagai penutup rangkaian Sekaten dan Kembul Bujana, seluruh benda yang digunakan dalam prosesi akan dilarung ke Laut Selatan.
Hal ini melambangkan penyucian sekaligus penghormatan terhadap kekuatan alam semesta. //Bang