TfG6TUW8BUO7GSd6TpMoTSd7GA==
,, |

Headline News

Wujudkan Kampus Inklusif dan Ramah Difabel, UTP Surakarta Gagas Pembentukan Unit Layanan Disabilitas

Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta menggelar Focus Group Discussion (FGD) sebagai tahap awal pembentukan Unit Layanan Disabilitas (ULD)

WARTAJOGLO, Solo — Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta meneguhkan langkahnya menuju kampus inklusif dengan menggelar Focus Group Discussion (FGD) sebagai tahap awal pembentukan Unit Layanan Disabilitas (ULD). 

Kegiatan yang berlangsung pada Kamis 30 Oktober 2025 di Kusuma Sahid Prince Hotel Solo ini, didanai oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi tahun 2025.

FGD ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan dari dunia pendidikan, olahraga, dan komunitas penyandang disabilitas. 

Hadir di antaranya perwakilan Dinas Pendidikan Kota Surakarta, Dinas Pemuda dan Olahraga, KONI, NPC (National Paralympic Committee), sejumlah SMA/SMK di wilayah Solo Raya, serta mahasiswa difabel UTP yang juga merupakan atlet angkat besi Indonesia. 

Para peserta memberikan pandangan dan pengalaman langsung mengenai tantangan serta kebutuhan penyandang disabilitas di dunia pendidikan.

Dua narasumber utama turut memperkaya diskusi, yakni Prof. Munawir Yusuf dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dan Prof. Parmin dari Universitas Tidar Magelang. 

Keduanya menyoroti pentingnya menciptakan lingkungan kampus yang adaptif dan inklusif bagi semua kalangan, termasuk mahasiswa berkebutuhan khusus. 

Diskusi tersebut dipandu oleh Imam Setyo Nugroho, dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK) FKIP UTP Surakarta.

Dalam sambutannya, Rektor UTP Surakarta, Prof. Winarti, menegaskan bahwa pembentukan ULD merupakan komitmen nyata UTP untuk menjadi kampus yang ramah bagi semua kalangan.

“UTP berkomitmen untuk menjadi lingkungan pendidikan yang terbuka bagi siapa pun, termasuk bagi mahasiswa penyandang disabilitas. Melalui pembentukan ULD, kami ingin memastikan bahwa setiap mahasiswa mendapatkan hak yang sama dalam mengakses pendidikan tinggi, fasilitas, dan kesempatan akademik,” ujar Prof. Winarti.

FGD ini tidak sekadar forum akademik, tetapi juga wadah dialog strategis antara akademisi, pemerintah, dan komunitas disabilitas. 

Tujuannya untuk merumuskan strategi pelayanan yang inklusif, berkelanjutan, dan mampu menjawab tantangan nyata yang dihadapi mahasiswa difabel di lingkungan perguruan tinggi.

Sementara itu, Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama sekaligus Koordinator ULD UTP Surakarta, Prof. Nuruddin, menjelaskan bahwa ULD nantinya akan berperan sebagai pusat layanan terpadu untuk mahasiswa disabilitas.

“Melalui ULD, kami ingin menciptakan sistem pendukung yang komprehensif bagi mahasiswa difabel, tidak hanya dari sisi akademik, tetapi juga pengembangan bakat, minat, dan kepercayaan diri mereka. Kami berharap UTP menjadi contoh kampus inklusif yang sesungguhnya,” terang Prof. Nuruddin.

Dalam sesi diskusi, para peserta sepakat bahwa kolaborasi lintas sektor mulai dari lembaga pendidikan, pemerintah daerah, hingga organisasi olahraga, menjadi kunci keberhasilan dalam membangun ekosistem pendidikan tinggi yang inklusif. 

Dukungan dari berbagai pihak diharapkan dapat memperkuat implementasi ULD UTP dan menjadi inspirasi bagi universitas lain di Indonesia untuk mengambil langkah serupa. //Sik

Type above and press Enter to search.