POPULER

Pertaruhan Hidup Mati Pengusaha Kuliner, di Tengah Penerapan PSBB

Pertaruhan Hidup Mati Pengusaha Kuliner, di Tengah Penerapan PSBB


Kebijakan PSBB memaksa para pengusaha kuliner harus berjuang antara hidup dan mati, karena tak sepi pembeli

WARTAJOGLO, Solo - Masih belum teratasinya wabah corona, tak bisa dipungkiri telah memunculkan permasalahan tersendiri di masyarakat. Terutama dalam sektor ekonomi. Sebab, akibat ketidak pastian kondisi yang terjadi, banyak pelaku bisnis yang harus menghentikan usahanya. Sehingga banyak pengangguran baru akibat PHK di mana-mana.

Salah satu dunia usaha yang sangat terdampak oleh krisis corona ini adalah kuliner. Sebab dengan kebijakan social distancing yang kemudian meningkat menjadi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Banyak restoran ataupun warung makan yang harus terseok dan bahkan tutup. Terutama mereka yang selama ini mengandalkan pelayanan makan di tempat, sebagai sumber pendapatan utama.

Salah satunya adalah restoran milik Wong Solo Group. Yang terpaksa harus mengalami kerugian besar akibat kebijakan ini. Sebab dengan adanya larangan makan di tempat, otomatis tidak ada lagi  tamu yang berkunjung. Untuk menikmati makanan sembari duduk santai.

Puspo Wardoyo saat melakukan tele conference bersama para tokoh masyarakat dan pengusaha membahas PSBB

Karena itulah, Puspo Wardoyo sang pemilik mengkritik keras kebijakan itu. Yang menurutnya sangat tidak adil. Sebab di saat usaha kuliner harus dibatasi dengan tudak boleh menerima tamu yang makan di tempat. Tapi di sisi lain supermarket diberi kebebasan untuk tetap buka. Hingga pembelinya berjubel.

"PSBB itu kebijakan yang tidak jelas. Harusnya restoran itu tidak perlu dilarang menerima pembeli yang makan di tempat. Cukup diberi batasan yang lebih ketat saja. Misalnya kalau sebelumnya satu meja bisa untuk dua orang, sekarang wajib hanya untuk satu orang. Jadi kita sebagai pengusaha juga tetap bisa hidup," ujar Puspo dalam sebuah acara tele conference bersama media dan tokoh maayarakat, Jumat (17/4) siang.
Sebagai pengusaha kuliner yang sudah berpengalaman selama puluhan tahun, Puspo tentu tahu batasan kemampuannya dalam bertahan di tengah krisis. Karena itu, pria yang namanya sempat muncul sebagai salah satu bakal calon Walikota Surakarta ini, menyebut bahwa lockdown jauh lebih baik daripada PSBB.

Dia menjelaskan bahwa sebagai pengusaha, tentu dirinya sudah memiliki hitung-hitungan terkait modal serta biaya operasional yang harus dikeluarkan dalam sekian waktu. Sehingga saat kebijakan lockdown ditetapkan dalam kurun waktu tertentu, setidaknya dia bisa melakukan perhitungan yang tepat untuk langkah-langkah ke depannya.

"Sebagai pengusaha, kita butuh sesuatu yang terukur dengan jelas. Misalnya ditentukan lockdown satu atau dua bulan. Dari situ kita bisa berhitung dan merencanakan langkah-langkah ke depan dengan lebih tepat. Nah kalau PSBB ini kan nggak jelas ukurannya. Akan sampai kapan, kita juga belum tahu. Karena dengan masih banyak orang beraktifitas, lalu supermarket buka, otomatis penyebaran corona tidak akan bisa dicegah dengan maksimal. Sementara orang dilarang makan di restoran. Makanya kami lebih suka lockdown sekalian. Daripada seperti ini, di mana kami tetap harus mengeluarkan bjaya operasional, tapi tidak ada pembeli yang datang," lanjut Puspo.

Dengan kondisi ini, Puspo mengatakan bahwa usaha-usaha kuliner hanya akan mampu bertahan setidaknya dua bulan. Dan bila kondisi ini tidak segera berakhir, maka akan banyak yang gulung tikar termasuk usaha miliknya.

"Kuliner itu usaha yang vital di masyarakat. Karena dari bisnis ini sektor lain bisa bergerak. Mulai dari pertanian, peternakan, transportasi dan lain-lain. Kalau sampai industri kuliner habis, maka kita semua bisa terpuruk," ungkap Puspo.

Tentu saja tidak ada yang ingin negara ini terpuruk dan memicu gejolak sosial. Karenanya Puspo berharap hendaknya pemerintah juga mengundang para pengusaha kuliner, untuk mendiskusikan permasalahan ini. Sehingga tahu kebijakan seperti apa yang harus diterapkan.

"Di negeri ini banyak pengusaha kaya. Ajak mereka berdiskusi untuk memikirkan bangsa ini. Minta partisipasi mereka untuk ikut memberi makan warga miskin di sekitarnya. Dengan begitu kondisi akan baik-baik saja meskipun kita harus lockdown," pungkasnya. //sik

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close