POPULER

 Mengais Berkah dari Tradisi Sebar Apem

Mengais Berkah dari Tradisi Sebar Apem

WARTAJOGLO - Tangan-tangan para pengunjung tampak terangkat menengadah ke atas, saat ribuan kue apem mulai disebar dari atas panggung, dalam tradisi sebar apem Yaqowiyyu di Klaten. 

Kericuhan pun segera tercipta karena warga yang hadir saling berebut untuk mendapatkan kue-kue apem tersebut. 

Tak jarang mereka harus jatuh bangun demi untuk mendapatkan sepotong kue apem yang diyakini bisa mendatangkan berkah.

Ya, kue apem memang dipandang memiliki nilai yang istimewa bagi warga di beberapa wilayah, hingga kemudian menggelar tradisi sebar apem.

Perayaan tradisi sebar apem Yaaqowiyyu

Setidaknya ada 3 wilayah yang menggelar tradisi tersebut di tiap Bulan Sapar, yakni makam Ki Ageng Wonolelo, Ngemplak, Kabupaten Sleman, DI Yogjakarta. Lalu makam Ki Ageng Gribig, Jatinom, Kabupaten Klaten, dan makam Yosodipuro di Pengging, Kabupaten Boyolali, Jawa tengah. 

Ada keyakinan di antara masyarakat yang hadir dalam perayaan tersebut, bahwa apem-apem itu bisa dijadikan jimat pembawa keberuntungan. 

Hal ini seperti pengakuan Yati, perempuan asal Solo yang datang dalam ritual sebar apem keong emas di kawasan Pengging, Boyolali. 

Pemilik warung nasi di kawasan Terminal Tirtonadi itu mengaku kalau apem itu nantinya akan dikeringkan dan kemudian disimpan di tempat penyimpanan uang. Tujuannya agar bisa menarik pembeli. 

Sebar apem keong emas sendiri terbilang sebuah perayaan baru yang digagas oleh pemkab Boyolali. Perayaan ini mengadopsi bentuk perayaan yang sama yang digelar di Klaten dan Yogjakarta, yaitu sebar apem Yaqowiyyu dan sebar apem Ki Ageng Wonolelo. 

Namun demikian antusiasme warga untuk mengikuti acara yang digelar di Jumat Pahing bulan Sapar ini, terlihat sangat besar. Terbukti dari berjubelnya pengunjung di puncak acara tersebut.  

Khusus untuk sebar apem Yaqowiyyu dan Wonolelo, perayaan ini lebih didasari upaya napak tilas dari apa yang pernah dilakukan oleh kedua tokoh sakti penyebar agama Islam itu. 

Dan secara garis besar, latar belakang diadakannya pun nyaris sama, yaitu keinginan Ki Ageng Gribig untuk berbagi kue apem yang dibawanya dari tanah suci usai berhaji. 

Namun karena jumlah kue yang dibawa tidak sebanding dengan jumlah warga, maka dia kemudian mengolah kembali kue tersebut dengan menambahkan bahan baru agar bisa diperbanyak. 

Setelah selesai, kue itu kemudian dibagi-bagikan dengan berucap Yaa Qowiyyu, yang berarti Ya Allah, Berilah Kekuatan! Hingga akhirnya tradisi itu dikenal dengan sebutan sebar apem Yaqowiyyu. 

Pun demikian halnya dengan tradisi yang digelar masyarakat di wilayah Pondok Wonolelo, Sleman. 

Hanya saja bedanya, sebar apem di Wonolelo diselenggarakan pada malam hari, dan diiringi dengan acara kirab pusaka tokoh sakti di jaman Mataram itu. //Rad

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close