POPULER

Serap Energi Pusaka untuk Dongkrak Derajat di Kirab Pusaka Pura Mangkunegaran

Serap Energi Pusaka untuk Dongkrak Derajat di Kirab Pusaka Pura Mangkunegaran

WARTAJOGLO, Solo - Barisan prajurit berjajar rapi di pelataran Pendapa Ageng Pura Mangkunegaran Surakarta, jelang pelaksanaan kirab pusaka menyambut tahun baru Jawa pada Selasa 18 Juli 2023.

Sejenak kemudian barisan prajurit dan abdi dalem mulai berjalan sambil berbaris rapi mengiringi pusaka peninggalan Pangeran Samber Nyawa, yang menjadi pendiri Pura Mangkunegaran.

Begitu rombongan terakhir para abdi dalem dan prajurit Pura Mangkunegara Surakarta diberangkatkan, ribuan warga yang sejak sore berjubel di halaman salah satu kerajaan Jawa tersebut langsung merangsek maju. 

Abdi dalem Pura Mangkunegaran mengamankan baskom kuningan berisi air bunga, yang jadi rebutan warga

Mereka berebut air berisi bunga yang menjadi bagian dari proses jamasan pusaka tombak dan keris milik Pura Mangkunegara. 

Seolah tak mengindahkan keselamatannya, warga yang rata-rata wanita dan manula ini saling berdesakan, demi mendapatkan air dan bunga yang diyakini bisa mendatangkan berkah. 

Berbagai peralatan pun digunakan untuk bisa mendapatkan air itu, meski hanya sedikit. 

Begitu banyaknya warga yang berebut, membuat suasana terlihat begitu riuh. Hingga tampak beberapa orang harus jatuh bangun untuk berjuang mendapatkan air bunga itu.

Air dan bunga yang menjadi sesaji dalam jamasan pusaka Pura Mangkunegara memang menjadi benda favorit yang selalu diperebutkan warga. 

Makanya halaman Pendapa Ageng Mangkunegaran sudah dipadati warga sejak sore. Dan rata-rata mereka justru datang dari wilayah-wilayah di luar Kota Solo, seperti Wonogiri, Boyolali, Klaten dan bahkan Pacitan. 

Seperti Sunarti misalnya, yang sengaja datang jauh-jauh dari Selogiri Kabupaten Wonogiri.

Bersama tiga orang tetangganya yang kesemuanya sudah berusia senja, Sunarti sengaja datang hanya demi mendapatkan air jamasan Pura Mangkunegara. Yang diyakininya bisa membantu melariskan dagangan miliknya di pasar.

“Kami ke sini tadi naik bis. Terus turun di Gemblegan dan jalan kaki ke sini. Jalannya memang agak jauh, tapi anggap aja bagian dari tirakat," ucapnya saat ditemui usai berburu air bunga.

Usianya yang hampir 60 tahun membuat wanita ini agak kesusahan saat harus berebut dengan mereka yang lebih muda.

"Alhamdulillah, tadi masih bisa dapat airnya, meski cuma sedikit dan saya bagi dengan teman-teman. Tapi saya yakin, usaha untuk mendapatkan air ini yang begitu berat, nanti akan dibalas dengan berkah yang berlimpah oleh Yang Maha Kuasa,” lanjutnya sembari menunjukkan air bercampur bunga yang dibungkusnya dalam sebuah plastik kecil.

Sunarti mungkin masih beruntung bisa mendapatkan air untuk dibawa pulang. Karena banyak warga lainnya yang tidak kebagian, sehingga cuma sebatas menggunakannya untuk mencuci muka.

Upacara jamasan ini sendiri berbeda dengan jamasan yang biasa dilakukan pada pusaka-pusaka umumnya. 

Karena dalam upacara ini tidak ada pencucian terhadap pusaka berupa tombak dan keris serta pakaian, yang pernah dipakai KGPAA Mangkunagoro I. 

Pusaka-pusaka itu hanya diletakkan di atas sebuah meja panjang yang telah ditaburi dengan bunga tujuh rupa. Selanjutnya didoai oleh pemimpin spiritual keraton. 

Warga meyakini bahwa aura pusaka itu telah terserap dan menyatu dengan bunga dan air yang diletakkan di meja tersebut. 

Karenanya, begitu pusaka-pusaka itu mulai diangkat untuk dikirab, warga langsung merangsek maju untuk berebut mendapatkan bunga dan airnya. 

Laku Prihatin 

Jamasan pusaka adalah rangkaian dari perayaan tahun baru Jawa. Karena itu pelaksanaannya digelar pada malam 1 Suro, dan diikuti dengan kirab pusaka berkeliling tembok luar keraton. 

Joli berisi benda-benda peninggalan Pangeran Samber Nyawa dikirab dalam peringatan malam 1 Suro di Puro Mangkunegaran

Yang menarik, dalam kirab tersebut, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka serta Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, ikut melakukan kirab.

Tentu sja keikutsertaan mereka langsung menjadi perhatian para warga yang menyaksikan.

Ada beberapa pusaka yang dikirab ratusan abdi dalem dan prajurit Keraton Mangkunegara. Dan salah satu yang menarik adalah sebuah tandu dengan sebuah kotak kaca di atasnya. 

Benda yang biasa disebut joli ini konon bersisi baju serta mahkota milik Raden Mas Said, pendiri Pura Mangkunegara. 

Pusaka-pusaka yang dikirab adalah milik Raja Mangkunegara I, yang diyakini memiliki tuah, sehingga begitu diistimewakan oleh warga. 

Karena itulah, begitu rombongan ini melintas, banyak warga yang terdengar berkomat-kamit membaca doa. 

Entah doa apa yang dibaca, namun umumnya warga meyakini bahwa tuah dari pusaka-pusaka itu memang bisa menjadi sarana atau media pengantar doa mereka. Sehingga segala doa yang disampaikan bisa langsung didengar. 

“Pada dasarnya pusaka-pusaka ini memancarkan energi positif yang menghapus energi negatif di sekitarnya. Karena itulah dengan kekuatan energi positif yang terpancar itu, maka sugesti yang kita tanamkan melaui bacaan doa akan semakin kuat. Dan hal itu akan membuat doa tersebut bisa lebih cepat terkabul,” terang Dewi Sri Sapawi seorang spiritualis asal Solo yang juga kerap menggelar acara kirab pusaka. //Bang

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close